Buah Manggis Sudaji, Lemukih, dan Padangan Tembus Ekspor ke Cina

Badung, Berita71 Views

Buah lokal Bali semakin diminati luar negeri dan bernilai ekspor. Terbukti, manggis-manggis kelas super dari Desa Lemukih dan Desa Sudaji Kabupaten Buleleng, serta Desa Padangan Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan, berhasil menembus pasar ekspor ke Negeri Tirai Bambu, Cina.

Legalitas ekspor tersebut ditandai dengan penandatanganan antara PT Radja Manggis Sejati dengan PT Jinxiang Demei Internasional. Rencananya, China akan menyerap sampai 900 ton per tahun.

Ketua Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura (Aspehorti) Provinsi Bali Wayan Sugiarta mengungkapkan, pihaknya berupaya menjembatani kepentingan petani dan pasar dari tradisional hingga ekspor.

“Ini juga turut serta menyukseskan penerapan Pergub 99 tahun 2018. Mulai banyak dampaknya di Bali, banyak investor yang mulai menanam modal di Bali. Sebelumnya justru produk luar yang banjir ke Bali,” kata Sugiarta disela acara Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama dan Peluncuran Ekspor Manggis Bali ke China, bertempat di Terminal Cargo Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Kuta, Badung, Kamis (28/11/2019).

Salah seorang petani asal Padangan, Pupuan, Tabanan, Made Suastika mengaku pihak eksportir menghargai manggisnya seharga Rp50 ribu per kilogram untuk kelas super.

“Sebelum diekspor, panen raya harganya bisa hanya Rp5.000 per kilogram. Bersyukur ada perjanjian ini, sehingga menunjang naiknya harga manggis,” ucapnya.

Sementara itu Gubernur Bali Wayan Koster menyatakan, Pemerintah Provinsi Bali dibawah kepemimpinannya bersama Wagub Cok Ace akan semakin serius memperhatikan dan menangani sektor pertanian di Bali.

“Sejak lama masalah yang dialami petani Bali, jika musim panen, harga produknya anjlok. Sampai tidak berani memetik karena harga anjlok. Ini sangat memprihatinkan. Tak boleh lagi terjadi,” ujarnya.

Selama ini kebijakan pertanian terlalu bertumpu di hulu, sedangkan di bagian hilirnya tidak terperhatikan dengan maksimal. Alhasil saat panen harga anjlok.

“Hasilnya, di musim panen, harga jatuh. Petani malah makin susah, harapan dapat uang, tinggal harapan. Pemerintah tidak ambil bagian di sana, tidak diurus dengan tuntas,” urai Gubernur kelahiran Sembiran, Buleleng ini.

Kedepannya, Gubernur Koster akan membuat sentra-sentra hasil pertanian dan sekaligus industri olahan sesuai daerahnya. “Kita juga fasilitasi ekspor, adakan promosi ke luar negeri. Industri dan pasarnya dibangun. Sampai packaging kita perhatikan. Tidak ada lagi cerita harga panen di Bali anjlok,” ungkap pejabat kelahiran Desa Sembiran, Buleleng ini.

Ditambah lagi, Pergub Nomor 99 Tahun 2019 tentang Produk Pertanian, Perkebunan dan Perikanan Bali akan dibuatkan tim percepatan sehingga hotel, swalayan dan katering segera bisa menyerap hasil keringat petani Bali.

“Dan yang tak kalah penting, semuanya harus mengarah ke pertanian organik, yang aman bagi alam dan manusia,” ujarnya. (red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *