DPK Peradah Indonesia Kabupaten Bangli, PC KMHDI Bangli, dan Komunitas Bangli Sastra Komala, menyelenggarakan lomba Masatue (bercerita dalam bahasa Bali), dan Ngerupak (menulis di atas daun lontar menggunakan pengrupak). Lomba yang diikuti puluhan siswa SD se-Kecamatan Bangli dan SMP se-Kabupaten Bangli digelar dalam rangka Peringatan Bulan Bahasa Bali tahun 2019, di STKIP Suar Bangli, Sabtu (9/2). Peserta SD mengikuti lomba Masatue. Sedangkan lomba Ngerupak diikuti peserta SMP.
“Timpal-timpal nawang ane madan lesung ngajak lu? Lu lan lesung nika sane anggena nebuk padi, yen cara mangkine slip (teman-teman tahu yang bernama lesung dan penumbuknya? Penumbuk dan lesung itu yang digunakan menumbuk padi, slip jika dipandkan saat ini, red),” kata salah satu peserta Masatue.
Lomba Masatue mengusung tema “Sastra, Bangli, lan Merdeka Seratus Persen”. Peserta menceritakan kisah tradisional Bali berjudul “Ni Bawang teken Ni Kesuna” dan cerita “Ni Ketimun Mas”. Antusias nampak ketika para peserta dengan lancar bercerita dalam bahasa Bali ditambah diakhir penampilan, mereka juga menyatakan hikmah dari kisah-kisah yang diceritakan. Beberapa peserta juga tampak mendeskripsikan sejumlah kata arkais bahasa Bali disela-sela cerita yang dibawakan.
Sementara itu, untuk lomba Ngerupak diikuti sembilan orang peserta dari SMP se-Kabupaten Bangli. Secara umun tulisan para peserta rata-rata sangat baik, memenuhi tata aturan menulis aksara Bali diatas daun lontar.
Ketua Panitia Pelaksana Peringatan Bulan Bahasa Bali, I Putu Edi Swastawan menerangkan, lomba tersebut merupakan bentuk respon para pemuda Bangli terhadap perkembangan dan pelestarian bahasa Bali. Terlebih, Pemerintah Provinsi Bali telah mengukuhkan komitmen menjaga bahasa, aksara, dan sastra Bali melalui Pergub Bali nomor 80 tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali, serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali.
“Peringatan Bulan Bahasa Bali yang pertama ini kami nilai sebagai momentum yang tepat melestarikan bahasa Bali. Sebab, bagi kami, tetamian puniki (Basa Bali) nenten kaicen, sakewanten sangkaning kapapetang turmaning tanggung jawab (warisan ini bukanlah sesuatu yang diberikan, tapi sebuah titipan serta tanggung jawab,” ungkap pemuda asal Dusun Langkan, Landih, Bangli ini.
Selain lomba masatue dan ngerupak, pihaknya juga menggelar lomba cipta puisi Bali Anyar yang diikuti siswa SMA dan pemuda se-Kabupaten Bangli dalam rentang usia 15 s.d. 30 tahun. Puisi-puisi yang terkumpul akan dibukukan sebagai wujud nyata bangkitnya kehidupan bersastra di Bangli.
“Pengumuman pemenang lomba puisi Bali Anyar akan kami umumkam saat gelaran rembug sastra pada Sabtu (16/2) minggu depan. Rembug itu juga kami gelar untuk mendiskusikan keberadaan sastra, Bangli, dan merdeka seratus persen, jargon kemerdekaan pahlawan Bangli, Anak Agung Anom Mudita,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua DPK Peradah Indonesia Kabupaten Bangli, I Ketut Eriadi Ariana, menambahkan, peringatan Bulan Bahasa Bali yang digelar di Kabupaten Bangli merupakan upaya pihaknya mengasah dan menumbuhkan minat dan bakat di bidang bahasa, aksara, dan sastra Bali di Bangli. Ia menilai, Bangli memiliki potensi yang kuat di bidang sastra, namun saat ini masih terkubur lantaran kurangnya media ekspresi.
“Kami bersama PC KMHDI Bangli dan Komunitas Bangli Sastra Komala yakin Bangli sangat potensial menjadi pusat sastra di Bali. Rekam jejak sejarah menegaskan kawasan Bangli, khususnya Perbukitan Kintamani (Bukit Cintamani Mal) sebagai kawasan perguruan dan spiritual sejak masa Bali Kuno. Dalam bidang keberaksaraan, Bali memiliki hutang budi Prasasti Sukawana A1 sebagai tonggak keberaksaraan pertama di Bali,” ucapnya.
Potensi itu pun sudah mulai tampak, yang dibuktikan dengan keberhasilan sejumlah pemuda Bangli menetaskan karya sastra, baik yang dibukukan maupun dimuat di media-media massa. Bahkan, sastrawan muda Bangli, Agus Darma Putra berhasil meraih penghargaan Sastra Rancage 2018 atas karyanya “Bulan Sisi Kauh”.
Ia berharap, ke depan potensi terpendam kesastraan itu dapat dilirik pemerintah daerah dengan mendukung pembentukan lembaga pembinaan sastra maupun even-even sejenis yang mendukung perkembangan sastra di Bangli.
“Kintamani juga memiliki Balai Seni dan Budaya STA Toya Bungkah yang didirikan sastrawan Indonesia terkemuka, Sutan Takdir Alisjahbana. Sayangnya, balai itu sekarang mati suri, padahal bisa dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata, yang belum tentu dimiliki kabupaten lain. Barangkali ke depan bisa dipikirkan sebuah festival sastra yang digelar di Bangli,” tutupnya.
Adapun pemenang pertama, kedua dan ketiga lomba masatue Bali masing-masing Pande Gede Dimas Widana (SDN 2 Kawan), Putu Pande Ari Padma Ulandari (SDN 1 Taman Bali), dan Sang Ayu Putu Gita Kharisma Putri (SDN 2 Taman Bali). Sementara untuk lomba ngerupak adalah juara pertama I Kadek Adi Guna (SMPN 1 Kintamani), disusul I Kadek Hery Mudyana (SMPN 3 Bangli) sebagai juara II, dan pemenang ketiga Desak Nyoman Kurnia Cahyani (SMPN 5 Bangli). (red)