Di Program Bimtek dan BISA, Tari Jaya Perbangsa Jadi Tanda Kebangkitan Pariwisata Majalengka

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) fotografi dan Gerakan Bersih, Indah, Aman dan Sehat (BISA). Kegiatan ini dimaksudkan untuk menguatkan destinasi wisata di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, khususnya Desa Wisata Argamukti dan Gunung Kuning.

Di Gunung Kuning, kegiatan ditandai dengan pementasan Tari Jaipong Jaya Perbangsa. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Majalengka, Lilis Yuliasih berkisah, tarian ini menceritakan tentang Epos Gatotkaca yang gugur sebagai Kusuma Bangsa. Cerita ini bermula ketika terjadi perang Brathayudha. Alkisah, pada masa itu Gatotkaca memiliki tingkat spiritual yang cukup tinggi. Hal itu ia dapatkan atas bimbingan Ibunda Dewi Arimbi dan ayahanda Bima serta ajaran dan wejangan dari Prabu Kresna.

Berkat wejangan Prabu Kresna, Gatotkaca sadar bahwa sebagai abdi negara, yang yakin akan ke-Illahian Yang Maha Pencipta, maka dia wajib patuh terhadap apapun perintah raja dan negaranya demi kesejahteraan rakyatnya.

Pada saat yang tepat, Prabu Kresna mengangkat Gatotkaca menjadi senapati perang di Kurusetra dan gugur dengan senjata Kuntawijayadanu oleh Senopati agung dari Astina Adipati Karna.

Senjata Kunta Wijayadanu itu melesat menembus perut Gatotkaca melalui pusarnya dan masuk ke dalam perut Gatotkaca seakan dibantu ruh paman Kalabendana, ‘Konta Manjing Warangka’, sehingga akhirnya Gatotkaca gugur sebagai Kusuma Bangsa bergelar Jaya Perbangsa.

Lilis menerangkan, Tari Jaipong Jaya Perbangsa berinduk dari Tari Jaipong yang lahir dari kreativitas seorang seniman Bandung bernama Gugum Gumbira. Gugum Gumbira sendiri menaruh perhatian besar pada kesenian rakyat seperti tari pergaulan Ketuk Tilu. Gugum Gumbira memang sangat mengenal pola-pola gerak tari tradisional Ketuk Tilu, seperti gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan gerakan-gerakan lainnya.

Pada awal kemunculannya, Tari Jaipong disebut dengan Ketuk Tilu Perkembangan, karena tarian ini memang dikembangkan dari tari Ketuk Tilu.

“Bisa dikatakan, Tari Jaipong sudah menjadi salah satu ikon keseniaan Jawa Barat dan sering dipertontonkan pada acara-acara penting untuk menghibur tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat. Juga, saat melakukan misi kesenian ke mancanegara,” kata Lilis.

Analis Kebijakan Ahli Madya, Koordinator Edukasi III Direktorat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekonomi Kreatif, Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf, Toar Ramses E. Mangaribi menerangkan dasar penyelenggaraan acara. Bimtek fotografi dan Gerakan BISA dikreasi untuk mengakselerasi pariwisata dan ekonomi kreatif. Gerakan ini juga sebagai bentuk dukungan dan penguatan terhadap industri pariwisata di Kabupaten Majalengka.

Program BISA, Toar menerangkan, digagas untuk memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata ke sejumlah destinasi di Indonesia, salah satunya ke Desa Wisata Argamukti dan Gunung Kuning di Majalengka.

“Tarian pembuka tadi menjadi semangat Majalengka untuk bangkit dan tetap menjaga protokoler. Seperti diketahui, program BISA menjadi bagian dari padat karya. Untuk itu, kami ajak peserta untuk membersihkan destinasi wisata Gunung Kuning dan Desa Wisata Argamukti di Majalengka. Kegiatan ini untuk semakin menaikkan kesadaran semua pihak akan pentingnya kebersihan lingkungan. Kalau desa wisata bersih, otomatis akan indah, sehat dan aman,” tegas Toar.

Di sisi lain, Toar menjelaskan Bimtek fotografi diselenggarakan dengan narasumber berkompeten yang merupakan fotografer bersertifikat yakni Denny Harliyanso yang langsung mengaplikasikannya di Desa Wisata Argamukti dan Gunung Kuning Majalengka.

Tujuannya, kata Toar, untuk mempromosikan destinasi wisata Gunung Kuning dan Desa Wisata Argamukti untuk menarik perhatian wisatawan berkunjung ke Majalengka.

Mengenai aspek perlindungan wisatawan selama berlibur, Toar menegaskan Gerakan BISA menjadi landasan bagi sebuah destinasi wisata berbasis penerapan protokol kesehatan sebagaimana ditetapkan oleh pemerintah.

Kedua hal ini, Bimtek fotografi dan Gerakan BISA akan mendukung penuh kebangkitan pariwasata Kabupaten Majalengka yang terdampak covid-19. Keduanya merupakan sinergi apik untuk menggeliatkan kembali industri pariwisata Majalengka.

“Bimtek fotografi menjadi pemikat wisatawan, sementara Gerakan BISA menjadi pedoman pengelola destinasi dan wisatawan untuk dapat melakukan perjalanan wisata yang aman di masa adaptasi kebiasaan baru ini,” tambah Direktur Pengembangan SDM Ekonomi Kreatif Muh. Ricky Fauziyani.

Pada Bimtek fotogeafi, peserta yang berjumlah sekitar 100 orang itu akan diajarkan mengambil foto dengan alat sederhana seperti smartphone namun dengan teknik dan kualitas tinggi.

“Konten branding menjadi kebutuhan yang sangat vital. Bukan hanya harus bagus, tapi foto harus bisa merepresentasikan dan bercerita sebuah obyek atau destinasi wisata secara menyeluruh. Dengan begitu, wisatawan bisa langsung tergerak untuk datang ke destinasi wisata. Hal seperti inilah yang diperlukan,” jelas Ricky lagi.

Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf, Wisnu Bawa Tarunajaya mengungkapkan, program BISA dan Bimtek sudah barang tentu akan memperkuat posisi Desa Wisata Argamukti dan Gunung Kuning di Majalengka di masa pandemi ini.

“Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan kesiapan Desa Wisata Argamukti dan Gunung Kuning dalam menyambut wisatawan di masa adaptasi kebiasaan baru terus ditingkatkan melalui program BISA. Sementara program Bimtek fotografi merupakan stimulus bagi mereka untuk melakukan branding dengan konten-konten yang semakin bagus,” ungkap Wisnu.

Program Gerakan BISA, Wisnu melanjutkan, sebagai dasar bagi destinasi wisata agar dapat memberikan keamanan dan kenyamanan kepada wisatawan yang berkunjung.

“Sebab, program Gerakan BISA ini menjadi implementasi penerapan protokol kesehatan di destinasi wisata. Pogram Gerakan BISA juga memberikan transformasi pengetahuan baru melalui audiensi. Melalui Gerakan BISA kami juga berupaya untuk terus meningkatkan kualitas destinasi wisata,” ujarnya.

Kemenparekraf/Baparekraf, kata dia, selalu mendorong destinasi wisata untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan. Sehingga, wisatawan mendapat jaminan keamanan tak terinfeksi covid-19.

“Protokol kesehatan ini didisiplinkan kepada pengelola destinasi wisata, masyarakat dan wisatawan dengan cara menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan,” tuturnya.

Dalam Gerakan BISA, Kemenparekraf/Baparekraf menyalurkan beragam kebutuhan untuk disiplin protokol kesehatan seperti wastafel portable anti covid-19 dan peralatan kebersihan. Wastafel ini didesain khusus dengan meminimalkan sentuhan tangan. Bila ingin mengalirkan air, tinggal menekan pijakan kaki di bawah. Pun demikian dengan sabun pencucitangannya. (red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *