(Humas Bakamla RI). Sebagai negeri bahari yang dikelilingi lautan, menjadikan Indonesia kaya potensi kelautan. Namun dibalik itu, kelautan Indonesia juga rawan terhadap kejahatan salah satunya peredaran narkoba. Dari catatan Badan Narkotika Nasional, 70 persen peredaran narkoba melalui jalur laut. Untuk menjaga keamanan laut Indonesia, Bakamla RI mengadakan pertemuan dengan warga pesisir Belu, di Balai Desa Dualaus, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Rabu (27/2).
Pertemuan dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat pesisir dan perbatasan dalam menjaga keamanan dan keselamatan laut, dengan melibatkan BNN Belu dan Asosiasi Sistem Komunikasi Kabel Laut Seluruh Indonesia (Askalsi).
Wakil Bupati Belu J.T. Ose Luan usai membuka pertemuan, mengajak masyarakat tepian negeri di Belu untuk mengambil manfaat dari kegiatan pembentukan Potensi Keamanan Maritim (Poksimar) dan Ceramah Maritim oleh Bakamla, serta menjadikannya motivasi untuk berbuat hal yang benar di laut.
Kegiatan dibuka dengan sambutan Direktur Kerja Sama Bakamla yang dibacakan Plt. Kasubdit Potensi Keamanan dan Keselamatan Laut Kolonel Bakamla Eli Susiyanti, SH., MH., MM. dan menghadirkan dua orang narasumber Kepala BNN Belu Ferdinandus Bone Lau, S.I.P., yang mensosialisasikan tentang “Partisipasi Masyarakat Pesisir dan Perbatasan dalam Upaya Pencegahan Penyelundupan Narkoba Melalui Jalur Laut” dan dari Askalsi menghadirkan Ketua Bidang Hubungan Antar Instansi Eki Pratama, membahas tentang Sistem Komunikasi kabel bawah laut.
Menurut Ferdinandus, hari ini merupakan jalan untuk mempertemukan BNN dengan Bakamla di Belu untuk menyelamatkan laut. “Di laut itu sangat rawan. Jalur perdagangan narkoba paling rawan 70 persen melewati jalur laut dan tercatat 30 orang setiap hari meninggal karena narkoba atau 11.071 jiwa per tahun”, jelasnya.
Faktor penyebab narkoba berjaya di laut, diantaranya, bisa jadi bapak-bapak nelayan dimanfaatkan sebagai kurir tanpa bapak sadari. Di Belu ini yang paling rawan adalah menjadi kurir”, imbuhnya.
Ketua Bidang Hubungan Antar Instansi Askalsi, Eki Pratama menghimbau masyarakat maritim turut menjaga kabel komunikasi bawah laut sebagai aset negeri, agar tidak terjadi putus kabel. Tahun 2018, katanya, terjadi 18 kali putus kabel dimana 2 kejadian disebabkan gempa, dan sisanya disebabkan jangkar dan rumpon.
Dikatakannya, jika kabel laut terputus maka komunikasi melalui berbagai media juga akan terputus dan merugikan masyarakat sendiri. Itulah kenapa masyarakat juga perlu paham tentang keberadaan kabel bawah laut ini. “Harapannya, setelah bekerja sama dengan Bakamla, hal ini akan lebih sering tersosialisasikan dan diketahui masyarakat luas. Dan juga tidak ada lagi kejadian kabel putus karena jangkar atau rumpon”, ucapnya.
Dalam pertemuan diserahkan 65 life jacket kepadapara nelayan. Pada akhir acara, Kolonel Bakamla Eli memimpin jalannya simulasi pelaporan tindak kegiatan ilegal di laut yang dilakukan oleh 3 orang perwakilan nelayan dengan menggunakan media Call Center Bakamla 1500500. Turut mendukung fasilitasi kegiatan Kepala Desa Dualaus Oktobiyalis Nape. (red)