Karantina Pertanian Denpasar “Rapatkan Barisan”, Susun Langkah Antisipatif Cegah Flu Babi Masuk ke Indonesia

Karantina Pertanian Denpasar, Selasa (10/12/2019), menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) dengan berbagai instansi terkait sebagai langkah dalam menyatukan persepsi terhadap upaya pencegahan dini masuknya ASF (African Swine Fever) atau lebih dikenal dengan flu babi Afrika.

Patut diketahui, ASF kini mengancam industri peternakan khususnya babi. Virus ASF bahkan sudah mewabah di beberapa negara tetangga dan yang terakhir pada bulan September 2019, terkonfirmasi negara terdekat Indonesia yaitu Timor Leste, sudah terjangkiti wabah ASF.

Dalam Rakor ini, dibahas upaya dan strategi yang akan diambil terhadap kemungkinan-kemungkinan yang menjadi potensi masuk dan menyebarnya penyakit yang disebabkan oleh virus dari family Asfaviridae tersebut.

Selain itu juga dibahas sumber penularan virus ASF yang bisa ditularkan melalui lalu lintas penumpang yang terkontaminasi virus dari negara wabah, bahan makanan yang ada kandungan babinya, serta sampah sisa makanan/catering yang berasal dari pesawat maupun kapal pesiar yang berasal dari negara wabah dan sumber-sumber penularan ini menjadi fokus pengawasan untuk memfilter masuknya wabah ASF ke Bali.

Bertindak sebagai narasumber pada Rakor ini adalah Ketua Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Bali, Balai Besar Veteriner Denpasar dan dihadiri pula instansi dari pemerintah dan stakeholder yang terlibat langsung baik pihak bandara maupun pelabuhan.

Kepala Karantina Pertanian Denpasar drh. I Putu Terunanegara, M.M., mengatakan Rakor ini untuk mempertajam dukungan karantina terhadap pencegahan masuknya ASF ke Bali dengan melibatkan stakeholder di bandara, pelabuhan, pemerintah, dan pengelola sampah pesawat, serta kapal laut di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dan para peternak babi di sekitar TPA khususnya.

“Kunci keberhasilan pencegahan ASF ke Bali adalah koordinasi yang kuat,” tegas Terunanegara.

Sementara itu Ketua PDHI Cabang Bali Prof. I Ketut Puja mengatakan saat ini yang paling efektif dilakukan adalah pencegahan masuknya penyakit, mengingat ASF sampai saat ini belum ada obat dan vaksinnya.

“Dengan rakor ini, diharapkan filter virus ASF yang masuk ke Bali bisa berlapis dan upaya pencegahan bisa memberikan hasil maksimal,” harapnya. (red)