Setelah pemerintah mengambil kebijakan untuk menghentikan sementara penerbangan dari/ke Cina, otomatis terjadi lost kunjungan wisatawan Tiongkok ke Bali.
Menurut praktisi sekaligus pelaku pariwisata Made Ramia Adnyana mengatakan, pasar turis Cina ke Bali sekitar 19 persen dari total pasar wisatawan yang datang ke Bali di tahun 2019. Setelah virus corona merebak, praktis pariwisata Bali mengalami kondisi “jeda”.
“Kita lost 20-25 persen pasar. Karena kalau kita bicara 1 juta 750 ribu wistawan Cina, kalau kita bagi 365 hari itu setiap hari lebih dari 3.000 packs kedatangan Cina lost, hilang,” beber Ramia kepada awak media disela acara Hospitality Leaders Talks di Ruang Tirta Empul Gedung KPw Bank Indonesia Provinsi Bali di Denpasar, Rabu (12/02/2020).
Menurut Ramia, kondisi ini tentu harus segera dicarikan strategi alternatif agar pariwisata bisa bangkit lagi. Pengalaman Bali sudah teruji menghadapi sejumlah krisis seperti erupsi Gunung Agung maupun peristiwa memilukan bom Bali beberapa tahun lalu. Untuk itu Ramia optimis, dengan sinergi pemerintah bersama stakeholders dan asosiasi di sektor pariwisata akan mampu membawa keluar dari tiap permasalahan sehingga pariwisata Bali dapat terus bertahan.
“Kami bersama kawan-kawan di pariwisata terus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan pemerintah untuk memperkuat mitigasi ketika terjadi krisis seperti sekarang,” kata Ramia yang juga General Manajer Hotel Sovereign, Kuta.
Sementara itu Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi BaliTrisno Nugroho didampingi Ketua Panitia Penyelenggara Hospitality Leaders Talks I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, menungkapkan selain membidik turis selain Cina seperti Amerika, India, Singapira, maupun Australia, Bali bisa juga membidik pasar domestik.
“Pasar MICE juga potensial kita kejar karena Bali punya pengalaman menyelenggarakan event-event besar berskala internasional,” sebut Trisno.
Meski demikian, ia mengatakan situasi saat ini akan dilihat lagi dalam tiga sampai enam bulan ke depan. Ia berharap situasinya masih tetap terkendali.
“Bank Indonesia sangat konsisten dengan teman-teman di pariwisata untuk bersama-sama mewujudkan pariwisata Bali yang berkualitas dan berkelanjutan sesuai arahan Bapak Presiden Jokowi bahwa kita mengejar kualitas bukan lagi kuantitas,” ucap Trisno.
Untuk menutupi kekosongan wisatawan dari Negeri Tirai Bambu, para praktisi pariwisata di Bali mendesak pemerintah untuk mendorong direct flight khusus untuk lima negara pemasok wisatawan paling banyak agar mengalihkan penerbangannya ke Bali, yaitu India, Jepang, London, Amerika dan Middle East.
“Kita alihkan, re-rute, kita usulkan itu ke Menpar agar direct flight lima negara itu bisa dialihkan ke Bali,” pungkas Agung Rai Wirajaya yang juga Ketua PHRI BPC Badung. (red)