Bali Power Generation Unit Kini Dilengkapi PLT Surya Atap, Dukung Pergub 45/2019

Gubernur Bali Wayan Koster didampingi Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM F.X. Sutijastoto dan Dirut PT. Indonesia Power M. Ahsin Sidqi serta jajaran Direksi dan Komisaris PT. Indonesia Power meresmikan penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap, Senin (24/02/2020), di Bali Power Generation Unit, PT. Indonesia Power, Pesanggaran, Denpasar.

PT. Indonesia Power mengembangkan dan memasang PLTS Atap dengan total daya sebesar 226 kWp di kompleks perkantoran Bali Power Generation Unit.

“Peluncuran ini perwujudan dari inisiasi inovasi Pak Gubernur (Gubernur Koster, red) untuk mendorong pengembangan energi baru terbarukan di Bali yaitu Pergub 45 Tahun 2019, ini sangat selaras dengan pencapaian target 23 persen di tahun 2025 dari kebijakan energi nasional,” ujar Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM F.X. Sutijastoto.

Pengembangan teknologi PLTS Atap ini diinisiasi oleh PT Indo Tenaga Hijau, salah satu anak perusahaan PT Indonesia Power, sejak pertengahan tahun 2019 silam. Dengan memanfaatkan modul fotovoltaik yang dipasang pada atap bangunan perkantoran Bali Power Generation Unit, teknologi ini menjadi salah satu jalan untuk menurunkan emisi yang dihasilkan oleh unit pembangkit.

“Inilah yang kemudian kita sinergikan, kemudian yang melaksanakan nanti adalah melalui sinergi BUMN sebagai agen pembangunannya dengan perusda setempat dan kedepannya dikembangkan oleh pengusaha-pengusaha dari Bali. Kami memfasilitasi mengembangkan di awal membangun rantai pasoknya. Menurut saya ini adalah suatu strategi mencapai 23 persen itu,” kata Sutijastoto.

PLTS Atap Bali Power Generation Unit yang terpasang di dua titik, masing-masing berdaya 130 kWp di PLTDG Pesanggaran dan 96 kWp di PLTG Pemaron, diperkirakan akan mampu memangkas nilai emisi hingga 41T CO2.

Adapun prinsip kerja PLTS Atap sebagai substitusi Pemakaian Sendiri di unit pembangkit PT Indonesia Power adalah dengan sistem terkoneksi jaringan. Sistem ini akan tetap terhubung dengan jaringan PLN dengan mengoptimalkan pemanfaatan energi fotovoltaik untuk menghasilkan energi listrik semaksimal mungkin.

Pada siang hari, Modul Surya akan mengkonversi sinar matahari menjadi Energi listrik Arus Searah (DC). Selanjutnya sebuah komponen yang disebut Grid-inverter merubah listrik arus searah (DC) dari Fotovoltaik menjadi listrik arus bolak-balik (AC) yang kemudian akan langsung disalurkan ke Grid (Jala-Jala PLN). Selama Tegangan dan Frekuensi Jala-Jala masih dalam range tegangan dan frekuesi operasi Grid Inverter, maka energi akan dipenetrasi seoptimal mungkin dengan teknologi MPPT (Maximum Power Point Tracker). Teknologi ini dapat meningkatkan kuantitas energi yang tersalurkan hingga 20% lebih tinggi dibandingkan teknologi konvensional.

Pada saat malam hari dimana tidak terdapat cahaya matahari, maka grid inverter akan stand by akan tetapi tidak berfungsi sebagai beban. Hal ini disebabkan adanya sistem proteksi reverse current. Jika terjadi blackout atau fail pada jala-jala, maka inverter juga akan padam, sebab memiliki proteksi anti islanding yang mencegah inverter tetap menyala pada saat kondisi grid fail.

Bali merupakan salah satu daerah terdepan dalam hal upaya pengembangan energi bersih. Hal itu tercermin dalam Peraturan Gubernur Bali Nomor 45 Tahun 2019 tentang Energi Bersih. Peraturan tersebut turut mengatur tentang pengembangan Bangunan Hijau, bangunan yang memiliki keseimbangan antara energi yang dihasilkan serta energi yang digunakan (zero energy building).

Salah satu poin yang termuat dalam peraturan tersebut adalah bangunan pemerintah pusat dan daerah serta bangunan komersial industri, sosial, rumah tangga dengan luas lantai lebih dari 500 meter persegi diwajibkan memasang sistem PLTS Atap. Adapun tenggat waktu yang diberikan pada bangunan-bangunan tersebut beragam mulai dari 2021 hingga 2024 mendatang.

Direktur Utama PT. Indonesia Power M. Ahsin Sidqi mengatakan, usai peluncuran ini PT. Indonesia Power kemudian bergerak menuju PLTG Pemaron untuk meresmikan IP Academy-Centre of Excellence (COE) Pemaron, pusat pelatihan tenaga ahli pemeliharaan dan enjiniring dengan memanfaatkan peralatan yang ada di Unit Pemaron.

IP Academy – COE Pemaron merupakan wujud upaya PT Indonesia Power dalam mempersiapkan diri untuk menyambut peluang usaha di bidang power generation expertise and technical services yang diprediksi akan semakin dominan pada masa mendatang. Keberadaan pusat pelatihan ini diharapkan dapat memberi nilai tambah pada perusahaan, sekaligus menyasar tiga target.

Yaitu terciptanya Tenaga Ahli (Ekspertise) bidang Pemeliharaan dan Enjiniring untuk seluruh pegawai PT Indonesia Power yang berkaitan dalam mendukung O&M Excellence (Second Curve); Optimalisasi unit eksisting yang berstatus Reserve Shutdown sebagai tempat pelatihan; dan Pemanfaatan peralatan PLTG Pemaron untuk obyek pelatihan atau media praktek tanpa menghilangkan fungsi utama.

“Keberadaan PLTS Atap turut membantu memenuhi kebutuhan energi sendiri sehingga dapat meningkatkan nilai efisiensi unit pembangkit Indonesia Power,” ujar Ahsin Sidqi. (red)