Tokoh masyarakat asal Desa Sayan, Ubud, Gianyar, Komang Takuaki Banuartha menyalurkan sedikitnya 50 paket sembako kepada para pekerja pariwisata khususnya di Sari Tours, Selasa (19/05/2020), di Denpasar.
Para pekerja pariwisata yang dibantu mulai dari sopir, guide, satpam, dan seluruh karyawan Sari Tours yang merupakan perusahaan travel milik pria yang akrab dipanggil Mang Banu ini. Mang Banu paham betul apa yang dirasakan masyarakat saat ini termasuk para karyawannya ditengah lesunya pariwisata akibat wabah covid-19.
“Mereka telah membantu saya selama ini. Ketika covid-19 ini mewabah, pariwisata mulai melemah dan itu berdampak pada usaha yang saya jalankan. Karena itu dengan niat hati yang tulus ikhlas saya berinisiatif membantu kawan-kawan saya. Memang tidak bisa membantu penuh tapi paling tidak bantuan ini dapat meringankan beban mereka. Kita senang sama-sama, sulit pun kita sama-sama rasakan”, ujar Mang Banu saat ditemui di kantornya, Sari Tours, di Sanur, Denpasar.
Takk hanya peduli terhadap karyawannya, Mang Banu juga menyalurkan bantuannya ini kepada warga yang memang benar-benar membutuhkan dan terdampak covid-19, termasuk kepada para jurnalis.
“Dalam situasi seperti ini saya sangat selektif siapa yang memang saya bantu dan berhak mendapatkan bantuan. Kalau rekan-rekan jurnalis tentu ini juga bagian kepedulian saya karena dari para wartawan-lah kita mengetahui perkembangan informasi termasuk berita seputar penanganan covid-19”, kata Mang Banu yang juga Bendahara DPD Partai Golkar Provinsi Bali.
Tiap paket sembako yang diserahkan berisi 5 kg beras organik, minyak goreng, dan telur. Pola penyalurannya pun tetap mengikuti protokol kesehatan. Penerima bantuan datang secara bertahap, menjaga jarak, dan terpenting memakai masker sesuai arahan dari pemerintah.
“Beras organik saya beli dari petani di Gianyar dan Badung. Ini juga bagian pemberdayaan petani lokal sekaligus membantu mereka ditengah situasi sulit seperti sekarang”, ungkapnya.
Saat disinggung penyaluran bantuan baik paket sembako maupun Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-DD) yang digelontorkan pemerintah, menurut Mang Banu belum berjalan baik. Ia mengungkapkan, ada warga yang dapat BLT-DD tak sesuai dengan 14 kriteria kemiskinan yang disyaratkan. Diantaranya seorang warga dianggap miskin jika rumah luas lantai <8m2/orang, lantai tanah/bambu/kayu murah; dinding bambu/rumbia/kayu murah/tembok tanpa plester; buang air besar tanpa fasilitas/bersama orang lain. Lalu penerangan tanpa listrik, air minum dari sumur/mata air tak terlindung/sungai/air hujan, bahan bakar kayu bakar/arang/minyak tanah; konsumsi daging/susu/ayam hanya 1 kali per minggu, satu setel pakaian setahun; makan 1-2 kali per hari.
“Apa yang terdapat dalam 14 kriteria kemiskinan itu terlalu mengada-ada, ngawur. Kalau itu semua digunakan, desa-desa Bali tidak ada yang miskin, jadi tidak ada yang bisa dapat bantuan”, pungkas Ketua HIPMI Peduli Provinsi Bali ini.
Dikatakan juga, mengkategorikan orang penerima BLT-DD itu sulit karena aturan atau kriterianya tidak masuk akal. Ia mengatakan, mencari orang miskin di Bali yang sesuai dengan 14 kriteria kemiskinan tersebut tidak gampang. Kalaupun ada, menurutnya pemerintah gagal mensejahterakan rakyatnya.
“Kalau seperti itu kriterianya yang kasi aturan itu, artinya setengah hati mau kasi bantuan”, ketusnya. (red)