“Paparan tentang Ekonomi Indonesia Kedepan”
Sejatinya di setiap krisis selalu ada bahaya dan kesempatan. Jika dilihat dari perkembangannya, memang terlihat ada ketidakpastian yang tinggi karena terjadinya perang dagang antara 2 negara adidaya China dan AS, akibat ketidakseimbangan neraca perdagangan dengan China maka AS menaikan bea tarif impor terhadap masuknya barang-barang dari China. Dengan tekanan tersebut maka China menurunkan kurs devaluasinya terhadap dollar US maka jika mata uang Amerika menguat, jika hal tersebut berlangsung terus menerus maka Indonesia mengalami dampak yang buruk.
“Tahun politik biasanya tak banyak menyumbang pengaruh yang signifikan sebab biasanya saling menjatuhkan hanya berfokus di media sosial saja. Kita sudah membuktikan bahwa pertarungan politik di Indonesia itu tidak sampai bakar-bakaran,” kata Alex saat CEO TALKS dengan ‘Tema Tahun Politik, Tahun Gonjang-Ganjing, Bagaimana Bisnis Kita Bisa Bertahan?’ yang digelar di Kampus AKUBANK, Denpasar (14/12/2018).
Untuk perekonomian Bali bisa diprediksi terjadi mengalami ‘under pressure’ karena ‘over supply’ atau ketersediaan hotel dan villa yang melebihi kebutuhan meskipun ada kenaikan jumlah turis tapi yang saat ini terjadi adalah nilai properti menjadi tertekan.
Diskusi ini menghadirkan pembicara yang terdiri dari pakar ekonomi, pelaku usaha yang terdiri dari Alex P. Chandra (Founder BPR LESTARI), Viraguna Bagoes Oka (Ekonom Senior), Pande Suarsana (PANIN Sekuritas) dan Windu Segara Senet (Owner MANGSI Coffee).
Kalau mau melihat Indonesia haruslah melihat dari audut ‘The Longer Horizon’ yang jangka waktu yang lebih panjang. Pertama, selama 57 tahun hanya 2 kali Indonesia mengalami negative growth pada 1961 dan 1998 dan secara keseluruhan banyak mengalami kemajuan, yang kedua ada analis dari ahli ekonomi dunia, Mc Kenzie 2020 Indonesia nomor 7 di dunia.
Sebuah buku yang berjudul Why Nations Fail (Mengapa Negara Gagal) yang ditulis oleh Daron Acemoglu, James Robinson menyimpulkan apa yang membuat negara menjadi kaya dan miskin?. Apakah sumber daya, budaya, sejarah dan letak geografisnya?.Ternyata sumber daya alam dan letak geografis yang relatif sama tidak berpengaruh. Terbukti dua negara Korea Utara dan Korea Selatan yang memiliki berbagai kesamaan budaya dan letak geografis walau dipisahkan dengan garis batas demilitarized zone, keduanya memiliki kemajuan ekonomi yang berbeda, demikian halnya Singapura yang tidak memiliki sumber daya alam, bahkan untuk kebutuhan pasokan air minum di supply dari Malaysia, akan tetapi tingkat penghasilan rata-rata penduduknya lebih makmur dengan GNP $30.000 dibandingkan Indonesia yang hanya $5000.
Menurut buku tersebut, lanjut Alex, prasyarat pertama untuk menjadi negara maju adalah Political Institution (Democracy) yaitu sistem demokrasi, yang sudah berjalan dengan baik sehingga jika ada kesalahan maka dapat terkoreksi sehingga tetap bisa terlewati, beda dengan konsep otoriter kediktatoran yang bisa berakhir dengan suatu revolusi seperti misalnya Kerusuhan 1998 lalu terjadi karena koreksinya me-reset ekonomi sehingga terrjadi perubahan pemerintahan yang baru namun kedepan jika demokrasi berjalan dengan baik.
Kedua, Economic Institution (Capitalist), sistem ekonomi kapitalistik terbukti yang berhasil membawa Amerika dan Eropa menjadi lebih negara kaya dalam waktu 100 tahun padahal sebelumnya banyak sistem ekonomi yang pernah dijalankan seperti kerajaan maupun socialism system, dan secara masif konsep ekonomi kapitalistik banyak diterapkan di Indonesia.
Prasyarat ketiga adalah adanya Pemerintahan yang kuat (Strong Control Goverment). “Dari ketiga prasyarat tersebut, Indonesia memilikinya, apalagi ditunjang dengan banyaknya pelaku usaha yang masih memiliki usia yang relatif muda dari golongan millenial sehingga masa depan Indonesia diprediksi akan menjadi cerah” pungkas Alex. (day)