Perhelatan Pilkada ditengah pandemi tentu mengharuskan kandidat yang bertarung, benar-benar memperhatikan protokol kesehatan dengan baik dan disiplin. Apalagi dalam menyampaikan misi dan visi, selain agar mampu tersampaikan dengan baik, tentu tanpa mengabaikan tatanan protokol kesehatan tersebut. Setidaknya, akan mampu meminimalisir penyebaran virus, dan tidak sampai menimbulkan klaster-klaster baru.
Calon Walikota Gede Ngurah Ambara Putra, Senin (28/09/2020) di Denpasar mengatakan, dalam menyampaikan visi dan misi tentu memperhatikan protokol kesehatan dengan baik dan ketat. Selain itu, sebisa mungkin akan meminimalisir pelaksanaan kegiatan yang menimbulkan banyak kerumunan massa.
Cawali yang berpasangan dengan Cawawali Bagus Kertanegara yang dikenal dengan Paket Amerta ini menyatakan dalam Pilwali Denpasar tahun 2020 akan mengoptimalkan jejaring media online dalam melakukan komunikasi dan sosialisasi visi misi kepada masyarakat.
“Kita akan sangat menjaga dan menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin, karena melihat virus covid-19 ini memang benar-benar sangat mematikan,” ungkap penggiat seni dan budaya ini.
Agar komunikasi tetap terjaga dan terjalin dengan baik, maka salah satu cara guna meminimalisir bertemu langsung atau bertatap muka, pemanfaatan media sosial tentu menjadi cara efektif dan efisien dalam berkampanye ditengah pandemi covid-19.
“Sebisa mungkin komunikasi dan sosialisasi akan kami maksimalkan lewat daring, media sosial. Karena Paket Amerta sangat komit untuk menjaga dan menciptakan pilkada yang sehat dan aman dari penyebaran covid-19, ini kami jaga betul sehingga masyarakat bisa tetap sehat dan terhindar dari virus corona,” ujar pengusaha valuta asing ini.
Ngurah Ambara juga berharap, seluruh tahapan Pilwali bersama-sama seluruh penyelenggara pemilu, pasangan calon, tim pemenangan, relawan, pendukung dan seluruh masyarakat Kota Denpasar menjaga dan menerapkan protokol kesehatan cegah covid-19.
“Dalam kondisi ini, tentu tidak ada untungnya mengumpulkan orang banyak-banyak. Jangan sampai nantinya malah menimbulkan klaster baru. Bisa saja menyebabkan tidak mendapat simpati dari masyarakat nantinya,” tutupnya. (red)