Tahun 2019 Ekonomi Bali Hadapi Ragam Tantangan, Ini Penjelasan BI

“Causa Iman Karana: Perlu Bangun Sumber Ekonomi Baru”

 

Kinerja ekonomi Bali sampai dengan triwulan III 2018 tumbuh sebesar 5,99 persen (ctc), lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2017 yang sebesar 5,59 persen (yoy). Peningkatan kinerja ekonomi Bali pada triwulan III 2018, mendorong stabilnya share ekonomi Bali terhadap nasional sebesar 1,57 persen.

Berdasarkan catatan Bank Indonesia, jika dilihat dari sisi fundamental, tingkat inflasi Bali di tahun 2018 masih dalam sasaran nasional, yaitu 3,5 persen + 1 persen (yoy). Hingga November 2018, inflasi Bali tercatat 3,43 persen (yoy). Terkendalinya inflasi Bali tersebut, didorong oleh terjaganya pasokan dan distribusi barang untuk komoditas “volatile food” yang selama ini selalu menjadi “momok” penyumbang inflasi di Bali.

“Terjaganya inflasi Bali tidak terlepas dari upaya dan langkah strategis Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) pada tingkat provinsi ataupun kabupaten/kota yang ada di Bali yang selalu memastikan keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan melakukan komunikasi untuk menjaga ekspetasi masyarakat,” ujar Kepala KPw BI Bali, Causa Iman Karana dalam keterangannya di Denpasar, Jumat (4/1/2019).

Causa menerangkan perekonomian Bali di tahun 2019 masih menghadapi berbagai tantangan di berbagai sektor dan salah satu sektor yang perlu dicermati yaitu perkembangan industri pariwisata. Pasalnya, besarnya ketergantungan Bali terhadap kedatangan wisatawan ke Bali disumbangkan lewat jalur udara. Hal ini menjadi salah satu tantangan yang dihadapi Bali, khususnya bila terjadi bencana alam seperti erupsi Gunung Agung yang terjadi beberapa waktu lalu. Karena itu, rencana pengembangan lewat jalur laut sangat dibutuhkan sebagai “jalur” alternatif berlabuhnya wisatawan khususnya turis mancanegara ke pulau yang dijuluki Pulau Seribu Pura ini. Seperti contoh, pengembangan “Benoa Tourism Port” dianggap menjadi suatu hal strategis alternatif pintu masuk ke Bali. Disamping juga pengembangan pelabuhan Celukan Bawang sebagai salah satu pelabuhan penumpang untuk kapal pesiar, juga menjadi alternatif peningkatan akses untuk kunjungan wisatawan ke Bali melalui jalur laut.

Mengatasi tantangan ini KPw BI Bali merekomendasikan program pengembangan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru, melalui hilirisasi komoditas perkebunan untuk pasar ekspor, seperti kakao dan kopi yang telah memiliki potensi pasar di luar negeri serta pengembangan industri kreatif yang saat ini sedang berkembang secara global, menjadi salah satu upaya yang dapat ditempuh Pemerintah Daerah Bali dalam mengatasi tantangan tersebut.

“Menghadapi tantangan ini dan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Bali yang berkesinambungan dan berkelanjutan, pengembangan pariwisata Bali ke depan diusulkan untuk dapat difokuskan pada pengembangan strategi mix tourism, yaitu target kuantitas wisman tetap diupayakan tercapai, namun juga perlu didorong kedatangan wisman dengan pengeluaran yang tinggi dan waktu kunjungan yang lebih lama (quality tourism),” ucap Causa. (arw)