Penabali.com – Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Provinsi Bali menemui Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Bali, Nyoman Sugawa Korry di Kantor Golkar Bali, Jumat (05/02/2021).
“Kedatangan kami ke sini (Golkar Bali, red) untuk menyampaikan unek-unek persoalan yang kami hadapi para usaha peternakan babi di Bali,” kata Ketua GUPBI Bali, Ketut Hari Suyasa.
“Ini tidak ada kaitannya dengan politik, ini murni demi kepentingan masyarakat,” imbuhnya menegaskan tujuan ke Golkar Bali.
Hari Suyasa menceritakan, beberapa hari sebelumnya sempat mendengar bahwa Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Bali Nyoman Sugawa Korry melontarkan pernyataan bahwa perlu adanya re-stocking bagi usaha peternakan babi di Bali.
“Karena itulah kami datang dan saya sempat mengontak beliau (Sugawa Korry, red) untuk memohon ijin bisa bertemu dan bersyukur kami diterima dengan baik. Terima kasih Pak Ketua,” ungkapnya.
Hari Suyasa yang didampingi tiga orang peternak babi membeberkan permasalahan yang tengah dihadapi. Mulai harga daging yang mahal, ketersediaan bibit babi dan daging yang minim, dan “serbuan” daging babi dari luar Bali. Belum lagi ancaman flu babi gelombang kedua yang lagi-lagi akan dapat mengancam peternakan babi di Bali yang tentu saja hal itu menambah beban bagi para usaha peternakan babi terlebih ditengah pandemi Covid-19.
“Di Jawa harga babi diatasi 58 ribu per kilo hampir menyentuh 60 ribu, sekarang di Bali kisaran 45 sampai 48 ribu per kilo, maka sangat tidak berlogika babi yang terdampak di Jawa dikirim ke Bali dengan asumsi dijual 28 ribu per kilo, secara ekonomi sangat tidak masuk akal kenapa tidak dijual di Jawa yang lebih mahal, ini artinya apa artinya yang dikirim ke Bali itu tidak lebih daripada sampah atau wabah babi-babi yang terdampak dikirim ke Bali,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Bali Sugawa Korry memahami persoalan yang sedang dihadapi GUPBI ini. Partai Golkar melihat permasalahan ini cukup serius karena tak hanya mengganggu ekonomi masyarakat kecil utamanya para usaha peternakan babi di Bali, namun juga dapat mengganggu kelangsungan adat dan budaya.
“Dimana kegiatan adat, agama, budaya Hindu kita di Bali yang tidak memerlukan daging babi, saya kira semuanya membutuhkan. Jadi kalau persoalan ini dibiarkan berlarut-larut maka para usaha peternakan babi terganggu, ekonomi kerakyatan terganggu, adat budaya kita juga demikian,” tutur Sugawa Korry yang didampingi Sekretaris Golkar Bali Made Dauh Wijana beserta beberapa jajaran pengurus diantaranya Komang Suarsana dan Iwan Karna.
Dari sisi kesehatan lanjut Sugawa, juga dapat terganggu. Daging babi dari daerah terdampak flu babi dari luar yang dikirim ke Bali, dan itu dikonsumsi masyarakat maka kesehatan juga bisa ikut terdampak. Karena itu, Golkar Bali menyikapi serius persoalan ini.
“Salah satu dorongan kami Partai Golkar kepada pemerintah daerah adalah melakukan re-stocking bibit babi yang sehat,” jelas politisi senior Partai Golkar kelahiran Desa Banyuatis, Buleleng ini.
Sugawa Korry menyatakan Partai Golkar juga akan mengawal penganggaran bantuan bibit babi di APBD Induk Provinsi Bali.
“Kamis depan saya rapat dengan Badan Anggaran DPRD Bali, saya akan dorong lagi,” terang Sugawa Korry yang juga Wakil Ketua DPRD Bali.
Dalam upaya menyelamatkan usaha peternakan babi di Bali, Partai Golkar juga akan mendesak Pemprov Bali melakukan upaya pencegahan dan penanganan penyakit yang menyerang ternak babi seperti African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika. Termasuk penegakan regulasi berupa Pergub Bali terkait larangan ternak babi beserta produknya masuk ke Bali. Tujuannya untuk melindungi peternak babi di Bali agar tetap eksis untuk menggerakkan ekonomi kerakyatan.
“Ini tak hanya menyangkut ternak babi, tapi ada hal lebih mendasar lagi karena babi sangat dibutuhkan oleh karma didalam melaksanakan kegiatan-kegiatan adat dan keagamaan,” ucapnya. (red)