Penabali.com – Konsorsium Pangan Bijak Nusantara yang terdiri dari lima lembaga, yaitu Hivos, Yayasan WWF Indonesia, NTFP-EP Indonesia, ASPPUK dan AMAN, didanai oleh Uni Eropa melalui program SWITCH-Asia dalam proyek “Local Harvest: Promoting sustainable and equitable consumption and local food systems in Indonesia” menyelenggarakan Festival Pangan Bijak Nusantara secara virtual, Rabu (10/02/2021). Acara ini diselenggarakan atas kerjasama dengan Perusahaan Umum Produksi Film Negara (Perum PFN).
Festival ini mengangkat tema “Pangan Bijak” dengan tujuan mempromosikan keanekaragaman pangan lokal di Indonesia, kearifan lokal, sistem pangan serta tradisi budaya yang ada didalamnya, dan tetap menjaga kelestarian lingkungan yang telah dilakukan secara turun-temurun. Acara ini diharapkan dapat mendorong perubahan pola konsumsi pangan masyarakat, terutama kepada generasi muda, ke arah pangan lokal, sehat, adil dan lestari.
“Uni Eropa dan Indonesia bekerjasama mempromosikan konsumsi dan produksi pangan yang lokal, lestari, adil, dan sehat dalam rangka pelaksanaan Sustainable Development Goals (SDGs). Acara ini membuka mata kita pada kekayaan dan keragaman sistem pangan, kearifan lokal dan tradisi kuliner di Indonesia dan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran untuk mengkonsumsi pangan yang lebih bijak,” ungkap Hans Farnhammer dari Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam.
Direktur Produksi Perum Produksi Film Negara (PFN), Sutjiati Eka Tjandrasari, mengatakan Indonesia sangat kaya dengan pangan lokal yang tersebar di puluhan ribu pulau dan ratusan suku di Indonesia. Setiap pangan lokal tak hanya memiliki kandungan gizi yang sangat baik, tetapi juga memiliki nilai dan kearifan lokal dalam hal cara menjaga dan memelihara lingkungannya.
“Keanekaragaman bahan pangan lokal adalah salah satu ciri dan kekuatan Indonesia. Ribuan pulau, ratusan suku dan budaya memiliki bahan pangan lokal masing-masing. Berbagai pangan lokal ini, yang potensinya sangat luar biasa, perlu terus digelorakan agar makin dicintai oleh generasi muda. Tidak saja karena citra rasa yang khas dan unik, juga lezat dan renyah, tetapi lebih dari itu, adalah mengenai kearifan lokal, budaya, nilai dan tradisi yang menyertainya,“ jelas Tjandrasari.
Pada festival kali ini, empat provinsi berkesempatan mempromosikan pangan dan kearifan lokalnya, yakni, Kalimantan Utara, Sulawesi Tenggara, Riau, dan Sulawesi Selatan. Keempat provinsi tersebut merupakan lokasi pendampingan anggota konsorsium Pangan Bijak Nusantara, yaitu Yayasan WWF Indonesia (Kabupaten Nunukan dan Malinau – Kalimantan Utara), ASPPUK (Kabupaten Kolaka – Sulawesi Tenggara), NTFP-EP Indonesia (Kabupaten Kepulauan Meranti – Riau) dan AMAN (Kabupaten Enrekang – Sulawesi Selatan).
Festival ini menampilkan berbagai narasumber dari perwakilan pemerintah daerah, akademisi, masyarakat adat, produsen dan juga praktisi yang mewakili pelaku sistem pangan Indonesia. Kegiatan melibatkan partisipasi aktif peserta secara virtual melalui berbagai kanal media sosial, yaitu YouTube dan Facebook dari masing-masing anggota konsorsium.
Memilih pangan yang bijak, yaitu pangan yang lestari untuk lingkungan, adil untuk petani dan bumi, sehat untuk konsumen dan dari varietas lokal, dapat membantu keberlangsungan bumi dan ekosistem. Festival ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk masyarakat agar dapat memilih secara bijak pangan yang mereka konsumsi dan yang dihasilkan dengan proses produksi yang berkelanjutan. (red)