Penabali.com – Berbicara tentang kuliner, Kabupaten Buleleng memang kaya akan beragam kuliner khas lokalnya. Beragam kuliner seperti siobak, blayag sudang lepet dan jukut undis menjadi primadona bagi masyarakat di kabupaten yang dikenal dengan wilayah “Denbukit” itu.
Salah satu kuliner khas olahan baru yang semakin familiar di lidah warga Denbukit adalah Babi Guling Samsam. Menu olahan berbahan dasar daging babi ini memiliki cita rasa berbeda dengan proses mengguling yang sangat berbeda dari biasanya. Adapun bagian babi diguling berupa perut kulit (samsam) babi yang digulung bersama bumbu racikan khusus atau bumbu rajang.
Salah satu pemilik angkringan babi guling samsam adalah Putu Setiawan. Pria kelahiran 26 Agustus 1992 asal Desa Panji, Buleleng itu, kini sukses mengembangkan bisnis kuliner samsam dengan bumbus khas lokal Buleleng. Pemilik angkringan “Warung Audrey” ini, awalnya menjalani bisnis elektronik di Kabupaten Badung. Namun seiring berjalannya waktu dan tuntutan keluarga, dirinya memutuskan harus pulang kampung.
“Awalnya saya bekerja di Kabupaten Badung selama delapan tahun, karena tuntutan keluarga harus pulang kampung. Sampai di kampung saya berpikir, usaha apa yang enak dikembangakan,” ujar Setiawan.
Akhirnya pada tahun 2018, suami dari Ni Luh Santi Oktavia ini mencoba membuka warung angkringan kecil-kecilan. Bahkan menu yang ditawarkan sebatas capcay dan mie gorang serta nasi goreng.
“Tingginya permintaan konsumen mengharuskan saya untuk lebih melebarkan dan menambah menu untuk para konsumen. Menu warung angkringannya berkembang menjadi lalapan, bakso maupun yang lainnya,” tambahnya.
Merasa tidak puas dengan menu yang biasa-biasa saja, ayah satu anak ini kembali mempelajari menu yang tidak ada di Kabupaten Buleleng. Salah satunya adalah babi guling samsam.
“Ide membuat menu guling samsam ini saya dapat dari media sosial, kemudian mencoba membuat dengan porsi kecil yang diperkenalkan ke teman-teman di lingkungannya. Ternyata responnya begitu antusias, apalagi dengan menggunakan bumbu atau base rajang khas bali,” tuturnya.
Menurut Setiawan, keunggulan samsam milik Warung Audrey ini berada di citarasa, proses pembuatan ditambah bumbu rajang khas bumi Denbukit. Harganya pun bervariasi mulai dari porsi kecil seharga Rp.25.000, porsi besar Rp.100.000, bahkan porsi kiloan dipatok harga Rp.150.000 rupiah.
Perjuangan Putu Setiawan tidak berjalan mulus. Ia mengaku terkendala permodalan untuk mengembangan bisnis kulinernya, ditambah lagi situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini. Ia mengaku bersyukur dan beruntung karena sampai saat ini belum ada pinjaman modal di bank, namun hanya mengandalkan modal yang Ia rintis sejak warung angkringan miliknya berdiri.
“Hingga kini baru bisa mempekerjakan lima pegawai yang notabene merupakan kerabat dan keluarga terdekat,” ungkapnya.
Bahkan, kini Warung Audrey sudah membuka angkringan cabang baru di Jalan Sudirman No.63 Singaraja, tepat di depan Kantor Pos Banyuasri, Singaraja.
Meski menghadapi situasi pandemi, Putu Setiawan optimis usaha yang dilakoninya saat ini akan berkembang dan mampu bersaing dengan angkringan-angkringan lainnya. (kmg)