Penabali.com – Kondisi perbankan di Bali, hingga triwulan I 2021 dengan berbagai program rekstrukturisasi yang digawangi oleh OJK dan bantuan pemerintah berperan besar untuk menjaga kestabilan sistem keuangan.
“Namun dengan pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, kami lihat pembiayaan kredit perbankan terbatas, namun dengan risiko terjaga,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho, saat acara Silahturahmi Idul Fitri 1442 H yang digelar Bank Indonesia dan OJK Regional 8 Bali-Nusra secara virtual, Jumat (21/05/2021).
Sampai dengan triwulan I 2021 tren pertumbuhan kredit terus menurun, hingga hanya tumbuh -0,59% secara tahunan, dengan non-performing loan masih dalam ambang batas terkendali dibawah 5%, sebesar 3,78%.
“Di kesempatan yang baik ini, kami juga mendorong perbankan harus turut serta berpartisipasi dalam mendorong kembali kegiatan perekonomian, yaitu melalui tingkat penyaluran kredit yang baik dan tetap prudent kepada sektor-sektor ekonomi produktif,” jelas Trisno.
Trisno menerangkan, kredit sektor akmamin masih bertumbuh positif 0,58% (yoy), sementara kredit sektor perdagangan dan konstruksi membaik masing-masing tumbuh -2,78% dan -5,79% (yoy). Sementara pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) di Maret 2021 yang masih mengalami terkontraksi sebesar 3,79% (yoy), terutama pada rekening tabungan dan giro.
Trisno mengungkapkan, dalam Rapat Dewan Gubernur 19-20 April 2021, Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga acuan, BI 7DRR yang saat ini berada di 3,50%, terendah sepanjang sejarah. Implikasi kontraksi di pembiayaan maupun penghimpunan DPK perbankan tentunya tidak terlepas dari imbas pertumbuhan Bali yang masih lemah. Sebagai provinsi yang perekonomiannya ditopang oleh sektor pariwisata, secara spasial Bali tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar -9,3% (yoy).
“Pertumbuhan ekonomi Bali tersebut menjadi pertumbuhan terendah di Indonesia,” sebut Trisno.
Trisno menuturkan, pandemi Covid-19 di dunia membawa implikasi pembatasan mobilitas global yaitu perlintasan manusia antar negara sehingga berdampak pada penurunan jumlah wisatawan internasional/mancanegara (wisman). Sampai dengan Mei 2021, jumlah wisman diperkirakan turun hingga 99%. Sementara itu kondisi covid di dalam negeri dan kebijakan pembatasan sosial berskala besar juga menyebabkan wisatawan domestik diperkirakan menurun hingga 60%.
“Namun demikian, pada triwulan I 2021, kami lihat pertumbuhan Bali mulai membaik, terlihat dari kontraksi yang tidak terdalam triwulan sebelumnya yaitu 9,85% (yoy). Kami memperkirakan untuk tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2021 akan lebih tinggi dari 2020, didukung dengan stabilitas sistem keuangan yang tetap terjaga,” ungkap Trisno.
Dalam menghadapi berbagai tantangan di tengah pandemi Covid-19, Trisno mengajak semuanya tetap optimis bahwa perekonomian Bali akan bangkit kembali. Bank Indonesia berkomitmen untuk terus bersinergi dengan rekan kami OJK, pemerintah pusat, pemerintah provinsi, instansi vertikal, perbankan, asosiasi, pelaku usaha, dan seluruh lapisan masyarakat dalam meningkatkan kinerja ekonomi Bali.
“Kami turut mendorong dan berpartisipasi aktif mendorong program vaksinasi sebagai salah satu game changer perekonomian Bali. Perhatian yang penuh dari pemerintah pusat dan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat harus kita apresiasi dengan pelaksanaan vaksinasi secara sungguh-sungguh untuk mencapai herd imunity sebagai persyaratan penanganan covid dengan baik,” jelasnya.
“Kesabaran pelaku pariwisata untuk terus menjaga citra Bali sebagai pusat pariwisata Indonsia harus kita support dengan dukungan moral, perhatian penuh, kemudahan dan jika perlu dukungan finansial melalui program program PEN, pinjaman daerah dan dukungan lainnya,” imbuh Trisno sembari mengatakan ide Travel Bubble sebagai terobosan mendatangkan wisman harus didukung dengan kebijakan yang akomodatif.
Sektor pariwisata menjadi sektor yang sangat rentan terhadap berbagai persoalan baik itu isu lingkungan, keamanan, politik, dan bahkan isu kesehatan seperti yang terjadi saat ini. Trisno mengutarakan, sembari mengantisipasi pemulihan kinerja pariwisata hendaknya dicari terobosan pada sektor-sektor potensial non pariwisata. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bank Indonesia, sektor ekonomi kreatif, sektor pertanian dan sektor pendidikan memiliki prospek yang baik untuk menjadi penunjang pertumbuhan ekonomi Bali kedepan.
Bank Indonesia dan OJK terus mendukung perekonomian Bali antara lain dengan menciptakan stabilitas sistem keuangan dan sistem pembayaran antara lain dengan program pembiayaan perbankan, pendalaman pasar keuangan, maupun system pembayaran termasuk QRIS.
“Semoga pelaksanaan halal bihalal ini semakin mempererat silaturahim kita kedepan dan terus meningkatkan kontribusi perbankan dalam meningkatkan perekonomian Bali kita tercinta ini,” harap Trisno. (rls)