Categories Nasional Politik

Partai Demokrat: Koalisi KSP Moeldoko, Yusril Berjuang Demi Rupiah

Jakarta (Penabali.com) – Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat (PD), Herzaky Mahendra Putra, menegaskan bahwa Partai Demokrat pimpinan Ketum AHY tidak terkejut kalau dalam mencapai ambisinya, KSP Moeldoko berkoalisi dengan Yusril. Kedua orang ini sama-sama ambisiusnya. Egomania. Mereka akan melakukan apa saja untuk mencapai ambisinya.

“Kami sudah mendapatkan informasi koalisi mereka berdua ini sejak tiga bulan lalu. Sudah ada pembicaraan diantara mereka berdua ini, melalui zoom meeting, dari rumahnya KSP Moeldoko di Menteng, pada awal Agustus 2021,” ungkap Herzaky dalam keterangan persnya di Jakarta, Minggu (03/10/2021).

Strategi mereka, terang Herzaky, dalangnya Moeldoko wayangnya Yusril, dengan pemeran pembantu para pemohon tersebut.

“Kita tahu, bahwa yang namanya kontrak profesional, pasti ada rupiahnya. Itu wajar. Tapi kami minta agar Yusril mengakui saja. Jangan berkoar-koar demi demokrasi,” tandasnya.

Herzaky mengungkapkan, wajar kalau kader Demokrat marah ketika Yusril mengatakan upayanya membela Moeldoko adalah berjuang demi demokrasi. Kalau benar demi demokrasi, benarkan dulu AD/ART Partainya. Itu baru masuk akal. Selain itu, Yusril tidak paham aturan atau belum baca aturannya. Jika keberatan dengan AD/ART, ajukan ke Mahkamah Partai, bukan ke Mahkamah Agung.

“Kami juga memperhatikan instabilitas emosi pak Yusril. Ketika kader Demokrat katakan bahwa kok aneh, pak Yusril sekarang menggugat AD/ART yang tahun lalu telah dijadikan dasar untuk mengusung anaknya menjadi Calon Bupati di Belitung Timur; lalu apa respons pak Yusril? Dia katakan, Pak SBY tidak akan bisa maju Nyapres 2004, kalau tanpa dukungan PBB. Sungguh pembodohan publik. Sangat tidak intelek. Perlu diragukan intelektualitasnya,” sebutnya.

Tanpa PBB (Partai Bulan Bintang, red), SBY dengan dukungan Demokrat tetap bisa maju mencalonkan diri sebagai capres. Karena baik dilihat dari perolehan suara maupun kursi, sudah memenuhi syarat untuk maju tarung di Pilpres 2004.

“Tapi bukan itu persoalannya. Kami mempersoalkan intelektualitas dan respons Yusril. Kurang cerdas dan terlalu emosional,” pungkasnya.

“Karena itu, kami juga bertanya, lagi-lagi soal kemampuan intelijen KSP Moeldoko. Begini rekan-rekan wartawan; seperti yang kami sampaikan sebelumnya, bahwa seminggu sebelum putusan dari Kemenkumham, ada pertemuan antara Tim DPP Partai Demokrat dengan Tim Yusril. Saat itu penawarannya, benar 100 milyar. Ada buktinya. Ada tulisan tangannya. Kami tentu saja menolak halus karena melampaui batas kepantasan, seolah-olah hukum bisa diperjualbelikan. Bayangkan, kami yang berada di pihak yang benar saja dimintai tarif 100 milyar,” ungkap Herzaky.

Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat (PD), Herzaky Mahendra Putra. (foto: ist.)

“Faktanya, seminggu kemudian, tanpa Yusril, kami memang benar menang. Pengajuan KSP Moeldoko ditolak oleh pemerintah. Sekarang, kami tidak bisa membayangkan, berapa KSP Moeldoko harus membayar Yusril pada posisi KSP Moeldoko yang salah dan kalah,” imbuhnya.

Sebagai latar belakang penunjukkan Yusril ini, Tim KSP Moeldoko terbelah tiga. drh. Johny Alen dan Nazarudin menghendaki Yosef Badeoda sebagai pengacaranya. Marzuki Ali menghendaki Rusdiansyah. Tapi KSP Moeldoko menghendaki dan akhirnya memutuskan Yusril sebagai pengacaranya.

Awalnya, Tim KSP Moeldoko mengatur pertemuan rahasia di kawasan Ampera di Jakarta Selatan, dengan orang yang dipercaya bisa mengatur-atur hukum. Tapi rencana rahasia ini bubar karena Rusdiansyah diduga membocorkan pertemuan ini kepada pihak lain. KSP Moeldoko marah besar mengetahui hal itu. Nah, apakah intelijen KSP Moeldoko tidak bekerja, untuk mengetahui bahwa setelah beliau diporotin sekian milyar untuk KLB yang gagal, bukankah kali ini terbuka lebar lagi, untuk KSP Moeldoko diporotin milyaran rupiah dalam proses hukum yang prematur, cacat logika, cacat yuridis, dan cacat etika.

Saat ini, semua kembali ke KSP Moeldoko. Beliau punya dua pilihan. Pertama, menghentikan semua ambisinya untuk mengambilalih Partai Demokrat. Mengakui kesalahannya. Meminta maaf kepada seluruh kader Partai Demokrat.

“Kami yakin, masih ada ruang perbaikan bagi siapapun manusia di muka bumi ini yang telah berbuat khilaf atau salah. Bukankah saat ini Tim KSP Moeldoko pun sudah cerai-berai. Max Sopacua mundur teratur. Cornel Simbolon mundur. Nazarudin pun sebagai salah satu investor keluar dari koalisi. Mereka marah karena diduga ulah Rusdiansyah yang memalsukan tanda tangan kader Partai Demokrat untuk menggugat Ketum AHY. Kader tersebut sekarang sudah melaporkan Rusdiansyah ke polisi pada tanggal 18 April 2021. Kami meminta agar pihak Polda Metro Jaya memprosesnya segera. Posisi Nazarudin digantikan oleh Muhamad Azhari, mantan kader yang sudah menjadi anggota partai lain. Keuangan tim pun sudah seret. Karena argometer jalan terus, tapi hasil tak kunjung tiba. Bahkan KSP Moeldoko sudah tidak mempercayai tim Marzuki Alie, dan menggunakan orang-orang terdekatnya di KSP, inisal ES,” ungkap Herzaky.

Pilihan kedua, KSP Moeldoko melanjutkan ambisinya dan siap-siap kehilangan, bukan saja uangnya, tetapi juga nama baik dan kehormatannya. Bukan saja kehormatan pribadi, tetapi juga kehormatan keluarganya.

“Kami yakin, insyaallah, bersama Tuhan dan dukungan rakyat Indonesia, kami dapat memenangkan proses hukum ini,” tegas Herzaky penuh yakin dan optimis.

“Akhirnya, kami mengingatkan kepada KSP Moeldoko, tempuhlah cara-cara yang demokratis dan beradab. Jika memang ada ambisi jadi presiden, dirikanlah partai sendiri. Sudah ada contohnya jenderal mendirikan partai. Jenderal Edi Sudrajat mendirikan PKPI, Jenderal SBY mendirikan Demokrat. Jenderal Wiranto mendirikan Hanura, dan Letjen Prabowo mendirikan Gerindra. Itulah sejatinya jenderal, mendayagunakan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki untuk tegak berdiri di atas kaki sendiri. Untuk itu, kepada KSP Moeldoko, jika benar mengaku jenderal, dirikanlah partai sendiri. Jangan mengganggu partai orang lain,” ujarnya.

“Kepada seluruh rakyat Indonesia, para tokoh nasional, akademisi, LSM, dan seluruh elemen masyarakat, atas nama pimpinan, pengurus, kader dan simpatisan Partai Demokrat, kami mengucapkan terima kasih atas seluruh bantuan, perhatian dan dukungannya kepada kami dalam upaya menyelamatkan demokrasi dan Demokrat dari para begal politik,” tutup Herzaky. (rls)