Karangasem (Penabali.com) – Anggota Komisi II DPR RI dari Dapil Bali, Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra kembali membumikan 4 Pilar MPR kepada aparatur Desa Bungaya dan Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Rabu (27/10/2021).
4 pilar MPR RI itu terdiri dari Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD Negara Republik Indonesia (NRI) Tahun 1945 sebagai konstitusi negara serta ketetapan MPR, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara, dan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan negara.
“Rumah besar kita, Indonesia, ditopang 4 pilar. Salah satu saja pilar goyah, patah, maka rumah besar kita akan runtuh,” kata wakil rakyat di pusat yang lebih akrab dipanggil Gus Adhi ini dalam pemaparannya.
Karena itu, kata Gus Adhi, 4 pilar rumah besar Indonesia harus terus disosialisasikan dan dibumikan kepada seluruh lapisan masyarakat. Ia mengatakan, ancaman terhadap ideologi ada di depan mata. Ia lalu membeberkan sumber dari PPIM UIN 2018 menyebut 63% guru punya opini intoleran terhadap agama lain. Kemudian sumber dari mantan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu yang menyebut 3% anggota TNI terpapar ekstremisme. 19,4% PNS tidak setuju Pancasila, dan sebanyak 36,5% mahasiswa kampus Islam setuju khilafah, sumber survey Cisfrom 2018, serta 7 kampus terpapar paham ekstremisme agama, sumber BNPT 2018.
“Ini riil biapak ibu. Karenanya negara wajib hadir untuk terus membumikan 4 Pilar, membumikan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara agar niatan-niatan untuk menggoyahkan ideologi negara, falsafah bangsa kita bisa kita cegah dan kita sebagai anak bangsa makin kokoh dan kuat menjaga 4 Pilar itu,” tutur Anggota Fraksi Partai Golkar ini.
Pada sesi tanya jawab, salah seorang peserta sosialisasi menanyakan kepada Gus Adhi mengapa penting untuk menjaga 4 Pilar bagi bangsa Indonesia. Mendapat pertanyaan seperti itu, Gus Adhi dengan tegas kembali menyampaikan, bahwa negara wajib hadir untuk kembali mempertebal rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia lewat penguatan sosialisasi 4 Pilar itu.
Sumber dari mantan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu yang menyebut 3% anggota TNI terpapar ekstremisme, jelas Gus Adhi, adalah salah satu bukti bahwa aparat negara yang seharusnya mengayomi dan melindungi rakyatnya, justru telah terkontaminasi oleh ekstremisme.
Guru atau tenaga pendidik yang juga seharusnya mendidik dan mencetak sumber daya manusia Indonesia yang berakhlak mulia berdasarkan Pancasila, justru dalam sumber dari PPIM UIN 2018 menyebut 63% guru punya opini intoleran terhadap agama lain.
“Saya dan kita semua disini sebagai sesama anak bangsa, wajib menjaga dan memperkokoh Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara karena itulah jati diri bangsa kita, rumah besar kita. Ingat bangsa yang tidak memegang kuat falsafahnya dalam hal ini Pancasila, maka negara itu akan hancur,” tegasnya. (rls)