Badung (Penabali.com) – Delapan Anggota MPR RI melaksanakan sosialisasi 4 Pilar MPR secara hybrid, dengan lokasi utama (luring) digelar di Anvaya Resort Kuta, Badung, Sabtu (30/10/2021).
Ke-8 Anggota MPR RI sekaligus sebagai narasumber dalam sosialisasi ini adalah, Dr. H. Alirman Sori, S.H., M.Hum., M.M., Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra, H. Arteria Dahlan, ST., S.H., M.H., drg. Putih Sari, Mohammad Saleh, S.E, H. Muhammad Syafrudin, ST, M.M., Dr. Badikenita BR. Sitepu, SE, M.Si, dan TGH. Ibnu Halil, S. Ag, M.Pd.
Uniknya, sosialisasi yang mengusung tema “Dengan Melestarikan Budaya Adalah Implementasi Dari Empat Pilar MPR RI” ini dikemas lewat pagelaran pentas seni budaya. Ada 2 pementasan yang disuguhkan yakni Tari Kecak dan Bondres.
Tari Kecak jadi pementasan pertama dalam sosialisasi ini. Tarian ini merupakan pertunjukan dramatari seni yang menceritakan tentang kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Para pemain pementasan ini didominasi laki-laki. Dengan bertelanjang dada, hanya menggunakan kain (kamben) warna poleng (hitam-putih), mereka duduk melingkar menyerukan suara “cak” sembari mengangkat kedua tangan.

Lantas apa korelasinya Tari Kecak dengan 4 Pilar MPR?. Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra mengatakan bahwa Tari Kecak ini menjabarkan lima sila dalam Pancasila. Dimana pada sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa”, bahwa para penari Kecak sebelum pertunjukkan terlebih dahulu sembahyang untuk membangkitkan taksu agar Tari Kecak memiliki kekuatan atau aura yang memancarkan karisma, kewibawaan, dan spritual.
“Kisah Ramayana dimana diceritakan ada kisah percintaan rasa saling menyayangi antara Rama dan Sinta, Laksamana dengan kakaknya Sang Rama, begitu juga kesetiaan Sang Hanoman, ini ada nilai-nilai sila kedua Pancasila, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,” ujar wakil rakyat dari Dapil Bali yang lebih populer disapa Gus Adhi.
Gus Adhi melanjutkan, Tari Kecak umumnya dimainkan oleh puluhan penari laki-laki. Masing-masing dari mereka mengeluarkan suara “cak” dengan penekanan yang berbeda-beda. Sehingga membentuk satu irama yang sangat unik.
“Dalam merangkai tarian ini ada perbedaan nada namun menjadi satu keharmonisan nada, kesatuan irama, itulah sila ketiga Persatuan Indonesia,” kata Anggota Fraksi Partai Golkar ini.

Kisah Ramayana dalam pementasan Tari Kecak dimana dalam menggempur Kerajaan Rahwana terjadi musyawarah antara Rama dengan Laksmana serta Hanoman untuk mengerahkan tentara kera guna mengalahkan kejahatan. Gus Adhi mengatakan, dari kisah atau cerita ini, ada musyawarah mufakat yang dilakukan untuk menyelamatkan Sinta, dimana Rama dibantu oleh Hanoman untuk mengalahkan Rahwana. Sehingga menurut Gus Adhi, ada terselip nilai sila keempat dari Pancasila yakni Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hidmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan.
Tari Kecak juga menggambarkan nilai-nilai gotong royong, kebersamaan, kekuataan, persatuan sehingga tarian ini bisa dipentaskan. Gus Adhi mengatakan, para leluhur bangsa ini sudah melahirkan nilai-nilai luhur Pancasila sehingga setiap menonton Tari Kecak akan selalu ingat Pancasila.
Ada nilai-nilai seni, ritual dan spiritual yang terkandung dalam Tari Kecak. Tari Kecak dari Bali untuk Indonesia yang menggambarkan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu untuk Indonesia. Jadi, Tari Kecak adalah spirit untuk mempersatukan bangsa negara dalam bingkai NKRI.
“Kepada para seniman tetapkanlah giatkan kesenian Bali karena itu merupakan suatu potensi yang membawa nama Bali harum di mancanegara,” tegas Gus Adhi yang juga Ketua Harian Depinas SOKSI ini. (rls)