Badung (Penabali.com) – Produksi sampah diprediksi akan kembali meningkat ketika kunjungan wisatawan ke Bali kembali ke situasi normal.
Untuk meningkatkan edukasi dan literasi terhadap pengelolaan sampah, PT Trinseo Materials Indonesia menyelenggarakan webinar Persiapan Tata Kelola Sampah dalam Menghadapi Kembalinya Geliat Pariwisata di Bali: Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber.
Webinar menghadirkan pembicara Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali, Drs. I Made Teja, Kepala Divisi Pengembangan Kerjasama Internasional Bali Tourism Board, Ratna Soebrata, dan Putu Ivan Yunatana selaku Founder dari Bali Waste Cycle sekaligus Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia. Sesi webinar dipandu Sustainabality Director Responsible Care® Indonesia, Hanggara Sukandar.
Kadis Teja mengungkapkan peraturan lockdown yang mengurangi aktivitas di luar ruangan sangat berpengaruh dengan peningkatan sampah, terutama sampah PS Foam atau styrofoam.
Apalagi Gubernur Bali Wayan Koster menelorkan kebijakan pengelolaan sampah yang sudah tertuang di dalam Peraturan Gubernur Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber menyebutkan bahwa kewajiban dari penghasil sampah dalam pengelolaan sampah di sumber adalah dengan cara menggunakan barang dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai. Naiknya sampah PS Foam selama pandemi berbanding lurus dengan meningkatnya food delivery akibat dari pembatasan aktivitas luar rumah.
Sementara Ivan, Founder dari Bali Waste Cycle, menyambut baik Pergub Bali itu.
“Adanya Pergub terkait pemilahan sampah berbasis sumber sangat memudahkan kami sebagai pelaku daur ulang, karena proses kelola dan pemilahan sudah dilakukan dari hulu. Jika sudah dikelola dengan baik, sampah ini akan kembali menjadi barang ekonomi,” ucapnya.
Sedangkan Ratna Soebrata mengatakan, Bali sangat siap menyambut kembali kunjungan wisatawan khususnya turis mancanegara, dengan tetap memperhatikan dan menjalankan protokol kesehatan yang ketat dan mekanisme karantina yang tepat.
Rencana Pemerintah Pusat membuka penerbangan internasional ke Bali tentu akan disambut positif kalangan pariwisata di Bali. Karena hal itu akan memberi angin segar bagi bangkitnya perekonomian Bali yang cukup terpuruk akibat pandemi Covif-19.
Meskipun hingga saat ini occupancy rate hotel-hotel di Bali masih sangat rendah hingga Oktober 2021, Bali sudah melakukan persiapan-persiapan untuk menyambut kembali wisatawan mancanegara.
“Kami yakin ketika bisnis pariwisata kembali normal, dengan kesiapan yang kami lakukan sekarang, kami akan siap menyambut para wisatawan kembali ke Bali,” jelas Ratna Soebrata.
Kembalinya geliat pariwisata di Bali dengan dibukanya border internasional serta tingginya tingkat kunjungan wisatawan domestik secara linear akan meningkatkan jumlah sampah khususnya. Maka, diperlukan tata kelola yang baik sebagai antisipasi permasalahan sampah khususnya di Bali.
Sebagai pusat pariwisata, Pulau Bali memberikan konstribusi yang signifikan terhadap jumlah produksi sampah. Bali memproduksi sampah mencapai 4.281 ton/hari atau 1,5 juta ton tiap tahun.
Dari hasil tersebut, lebih banyak sampah yang tidak dikelola (52 persen) daripada yang dikelola (48 persen) yang dihasilkan dari jumlah penduduk Bali sekitar 4,2 juta jiwa turis asing sebanyak 6,4 juta per tahun dan turis domestik lebih dari 10 juta.
Hanggara berharap, dari webinar ini akan tersusun pengelolaan sampah berbasis sumber seperti yang juga tertuang didalam Pergub Bali Nomor 47 Tahun 2019.
“Kita ingin membangun kesadaran masyarakat bahwa sampah menjadi persoalan klasik, dan pemerintah tidak dapat menuntaskan itu semua tanpa peran aktif msyarakat, salah satunya memilah sampah langsung dari sumbernya,” ujar Hanggara.
Yok Yok Ayok Daur Ulang merupakan program edukasi tata kelola sampah terutama sampah plastik berkelanjutan yang diusung PT Trinseo Materials Indonesia.
Paradigma baru tentang ekonomi sirkular dimulai dari pemilahan sampah, pengumpulan sampah, kemudian dilanjutkan dengan proses daur ulang.
“Jika penerapan pengelolaan sampah dari sumber sudah berjalan dengan baik, cara pandang orang-orang tentang sampah plastik, terutama PS Foam harus diubah, bahwa sampah ini merupakan bahan baku industri. Tugas kita sebagai masyarakat atau desa adalah untuk melakukan pemilahan dengan baik untuk kemudian bisa dibawa ke industri daur ulang. Dengan demikian kita dapat mencapai ekonomi sirkular, dan sampah tidak lagi berserakan di lingkungan sekitar,” jelas Ivan menutup sesi webinar. (rls)