(Penabali.com) – Bukan merupakan perkara mudah bagi seorang Mayda Devianita dihadapkan pada dua pilihan yang berdampak pada masa depannya. Yaitu harus fokus pada skripsi atau mengikuti Program Indonesian International Students Mobility Awards (IISMA).
Tidak pernah terbesit di benaknya untuk mendapatkan kesempatan berkuliah di luar negeri. Sebagai mahasiswa semester akhir, seperti layaknya mahasiswa lain pada umumnya, Mayda pada mulanya berupaya fokus dengan tugas akhirnya, yakni menyelesaikan skripsi.
Sampai pada akhirnya ia mendapatkan informasi mengenai Program IISMA yang cukup mengganggu konsentrasi dan membuatnya bimbang dan bingung. Untuk beberapa saat, mahasiswi angkatan tahun 2018 mengalami kegalauan dan resah sampai akhirnya dengan berbagai pertimbangan, pada bulan Mei 2021 ia akhirnya meyakinkan diri dan memantapkan pilihannya untuk mendaftar pada Program IISMA.
Berdasarkan penuturan Mayda, Program IISMA merupakan program beasiswa dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang memberangkatkan 1.000 mahasiswa tingkat strata 1 (S1) untuk menempuh perkuliahan selama 1 semester di berbagai universitas mitra kebanggaan dunia.
“Saya berkesempatan untuk studi di University of Glasgow, kampus ternama, bergengsi dan kebanggaan Skotlandia. Alasan saya memilih kampus ini adalah disamping mata kuliah yang ditawarkan sangat menarik, pengalaman non akademis berupa budaya dan pesona Kota Glasgow, berhasil memikat hati saya untuk kesekian kalinya,” tuturnya riang.
Keberangkatan Mayda ke Skotlandia bukanlah hal yang mudah karena ia harus menempuh berbagai test dan persiapan sebelumnya.
“Berbagai persiapan saya lakukan sebelumnya, dimulai dari mempersiapkan curriculum vitae, EPT (English Proficiency Test), essay, hingga wawancara. Hingga pada akhirnya, pengumuman secara resmi dirilis pada portal IISMA dan langkah selanjutnya adalah mempersiapkan keberangkatan,” tutur Mayda.
Ada beragam pengalaman yang dapat diperoleh Mayda selama berstudi di Skotlandia. Program IISMA mempertemukan Mayda dengan 29 orang berlatar belakang nilai budaya yang berbeda, menyatu, dan mensinergikan visi misi untuk hidup untuk belajar selama 1 semester di University of Glasgow. Meskipun berlatar belakang keilmuan arsitektur, faktanya Program IISMA memberikan ruang bagi Mayda untuk menempuh mata kuliah di luar dari program studi yang sedang ia tekuni di Universitas Udayana. Beberapa diantaranya, yaitu mata kuliah Earth Science, Digital Media Information Studies, Scottish Culture, dan Climate Change and Sustainability. Meskipun perkuliahan berlangsung dengan pola hybrid, namun tidak menghambat Mayda untuk memiliki dan mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis.
Didukung pula dengan metode pembelajaran di University of Glasgow yang lebih memfokuskan pada penyampaian materi dalam grup diskusi, sehingga Mayda merasa mendapat pembelajaran praktis untuk berargumen dan sekaligus berkesempatan untuk mendengar pendapat dari berbagai sudut pandang grup diskusi atas isu-isu faktual.
Mayda juga mengaku bahwa ada banyak pengalaman non-akademik selama di University of Glasgow yang membuatnya merasa mendapat kesempatan untuk bisa memperluas cakrawala, menambah relasi, dan pengalaman dalam berorganisasi.
“Tidak hanya ilmu akademik yang saya dapatkan, melainkan non akademik berupa budaya, kebiasaan, gaya hidup, teman-teman, dan organisasi. PPI atau Perhimpunan Pelajar Indonesia,” imbuh Mayda.
Meskipun cuaca di Glasgow-Skotlandia cenderung hujan, namun hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi seorang Mayda untuk turut mengeksplorasi beragam museum yang ada di sekitarnya. Dengan mengunjungi beragam tempat yang memuat nilai sejarah, maka Mayda secara tidak langsung merasa lebih dekat dengan budaya Skotlandia itu sendiri.
Bagi seorang Mayda, studi di Skotlandia menjadi perjalanan dan cerita hidup yang tidak akan terlupakan, yang sekaligus mendorongnya untuk berani menaruh harapan akan karir dan status pendidikannya. (rls)