Denpasar (Penabali.com) – Siapa yang tidak kenal Rujak Buleleng? Masyarakat Bumi Panji Sakti tentu tidak asing dengan makanan khas yang terdiri dari irisan beragam buah seperti kedondong, ubi jalar, mangga, pepaya, bengkuang, nanas, mentimun, dan pisang batu lalu dicampur dengan bumbu ulek khas yang terbuat dari gula Bali, terasi, cabai rawit dan garam.
Kuliner rakyat yang sehat dan murah meriah ini tentunya tidak sulit ditemui di Kabupaten Buleleng terutama pada wilayah Kota Singaraja. Namun, menu ini juga tidak sulit untuk ditemui di luar Buleleng karena juga dijual oleh warga “Denbukit” Buleleng yang merantau ke kabupaten lainnya di Bali.
Salah satu tempat yang menjual Rujak Buleleng adalah Warung Rujak Merdeka yang berlokasi di jantung Kota Denpasar, tepatnya Jalan Merdeka No.88, Denpasar Timur. Lokasi strategis yang dekat dengan kompleks gedung pemerintahan, membuat warung rujak ini mudah untuk ditemui.
Pemilik Warung Rujak Merdeka, Ni Komang Parnadi, Rabu (4/5/2022), mengatakan dirinya mengedepankan cita rasa khas Buleleng sebagai daya tarik utama warung yang Ia dirikan sejak tahun 2012. Berkat itu, warung yang Ia kelola berhasil memikat masyarakat Kota Denpasar akan cita rasa otentik khas Buleleng.
Menurut Parnadi, cita rasa Rujak Buleleng memiliki ciri khas pada bumbunya yang jauh berbeda dengan rujak di Bali selatan, yaitu kombinasi antara gula Bali, terasi, dan cuka yang dapat menciptakan rasa khas asam, manis, dan asin secara bersamaan. Tambah Parnadi, cita rasa tersebut semakin kuat dengan bahan baku yang juga khas Kabupaten Buleleng seperti gula aren Pedawa.
“Memang khas rasa gula Pedawa, manisnya itu beda dari gula lainnya,” ujarnya.
Selain itu, ciri khas lainnya adalah dari penggunaan terasinya. Parnadi mengatakan pembuatan rujak Buleleng itu menggunakan terasi yang dipanggang, sehingga memberikan rasa terasi yang unik dibandingkan dengan rujak daerah lainnya. Selain itu, penggunaan cuka juga menjadi ciri khas rujak Buleleng sebagai penguat rasa asam.
Tidak hanya dari segi bumbu, komposisi buah Rujak Buleleng juga memiliki keunikannya tersendiri. Selain menggunakan buah-buahan yang lumrah pada rujak Bali, Rujak Buleleng memiliki daya tarik utama pada buah pepaya, mentimun dan ubi jalar. Hal itu menurut Parnadi karena pengirisan buahnya menggunakan alat khusus yang digunakan oleh pembuat rujak Buleleng yaitu “gobet”.
“Gobet” merupakan alat yang terbuat dari balok kayu yang tengahnya diberi lubang pipih dengan mata pisau sebagai pemotong buahnya. Kata Parnadi, gedang dan ubi jalar “mecacah” atau yang diiris dengan “gobet” ini memiliki tekstur irisan yang unik yaitu tipis dan panjang sehingga terasa gurih saat dimakan.
Mengenang masa awal dirinya mendirikan Warung Rujak Merdeka, Parnadi menjelaskan, Ia semula berjualan di kampung halamannya, Sukasada. Namun, karena menargetkan pangsa pasar yang lebih luas, pada tahun 2012 silam Parnadi sekeluarga memutuskan untuk pindah ke Kota Denpasar. Pada tempat yang baru, warung rujak ia bangun sederhana lalu diberi nama yang sama dengan jalan lokasi warungnya berada yaitu Merdeka.
“Dulu warungnya masih kecil, menunya juga nggak selengkap sekarang, jualannya baru rujak, daluman, jaje Bali, sama tipat cantok dan tipat plecing,” kenang ibu anak satu itu.
Berbekal pengalaman mengelola warung rujak yang telah ia jalani sejak masih lajang, Parnadi menjalankan Warung Rujak Merdeka dari nol secara perlahan. Parnadi mengaku pada awalnya Warung Rujak Merdeka masih sepi karena masyarakat sekitar masih asing dengan Rujak Buleleng.
Namun, keberadaan warungnya yang menjual kuliner khas Buleleng menarik perhatian sejumlah masyarakat Buleleng yang merantau di Kota Denpasar, berbondong-bondong mereka datang untuk mengobati rasa rindu akan cita rasa kuliner kampung halaman mereka. Bermula rasa penasaran lalu berlanjut menjadi langganan.
Berkat promosi dari mulut ke mulut yang diceritakan oleh para pelanggannya, Warung Rujak Merdeka pun juga berhasil menarik perhatian masyarakat asli Denpasar maupun daerah lainnya untuk mencicipi Rujak Buleleng. Menurut Parnadi, banyak dari mereka yang akhirnya terpikat dan menjadi langganan karena Rujak Buleleng buatannya dapat menghadirkan cita rasa baru yang berbeda dari cita rasa rujak Bali selatan pada umumnya.
Seiring berjalannya waktu, reputasi warung rujak miliknya pun juga menarik perhatian wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Pada musim liburan, banyak wisatawan yang datang ke Warung Rujak Merdeka baik yang sekadar penasaran ingin mencicipi maupun sudah berlangganan setiap berlibur ke Bali. Bahkan, artis ibukota pun yaitu Anang dan Ashanty sempat singgah di Warung Rujak Merdeka dan terpikat dengan kuliner khas Buleleng.
Demi memenuhi permintaan pelanggannya, seiring berjalannya waktu, Parnadi mulai menambah menu yang dijualnya seperti rujak kuah pindang, blayag, lumpia, tipat plecing sere lemo, dan lain sebagainya. Meski terdapat sejumlah menu khas kabupaten lain, namun sebagian besar menu yang dijual masih memegang teguh cita rasa khas Buleleng.
“Seperti lumpianya, beda sama yang Bali selatan yang pakai bumbu kacang, di sini kita pakainya base (bumbu) siobak,” jelasnya.
Setelah Warung Rujak Merdeka berjalan selama 9 tahun, Parnadi memutuskan untuk melebarkan sayap bisnisnya dengan membuka cabang baru di Jalan Tukad Badung, Denpasar. Tidak hanya pelayanan makan di tempat, Parnadi juga menerima pesanan skala besar untuk konsumsi acara seperti ulang tahun, arisan, rapat, dan lain sebagainya.
Meski telah mempekerjakan 9 orang karyawan dan karyawati pada kedua cabang Warung Rujak Merdeka, Parnadi sehari-hari masih turun tangan langsung untuk meracik rujak maupun makanan lainnya. Hal itu guna menjaga cita rasa Warung Rujak Merdeka agar tetap otentik dan tidak berbeda dari saat pertama kali dirintis.
Disinggung mengenai omzet yang diperolehnya dalam sehari, Parnadi mengaku bisa memperoleh sekitar 4 juta rupiah. Jumlah tersebut diakuinya lebih kecil dari omzet pada masa sebelum pandemi Covid-19 yang bisa mencapai 6 juta rupiah dalam sehari. Namun, semenjak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dilonggarkan oleh pemerintah, omzet Warung Rujak Merdeka berangsur-angsur meningkat, meskipun belum sebanyak omzet sebelum pandemi Covid-19.
Kendatipun warung miliknya berlokasi pada tempat yang terbilang strategis, sehingga lumrah bagi usaha kuliner untuk mematok harga yang tinggi, Parnadi mengaku tidak neko-neko dalam mematok harga pada menu Warung Rujak Merdeka. Ia menyebutkan rentang harga menu makanan dan minuman yang dijual mulai dari 10 ribu rupiah sampai dengan 20 ribu rupiah saja.
“Sangat terjangkau lah harganya, rujaknya 10 ribu, tipat cantoknya yang biasa 12 ribu, kalau tambah telur 15 ribu,” sebutnya.
Sebagai pelaku usaha kuliner yang melestarikan kuliner khas Buleleng, Parnadi berpesan khususnya kepada generasi muda Buleleng untuk bangga terhadap cita rasa kuliner khas Buleleng. Hal itu karena menurutnya kuliner khas Buleleng tidak hanya dicintai oleh masyarakat Bumi Panji Sakti, namun masyarakat Bali selatan dan bahkan turis domestik maupun mancanegara pun juga terpikat oleh cita rasa khas Buleleng.
“Kita sebagai masyarakat Buleleng harus menyadari kekayaan cita rasa kuliner khas Buleleng,” tutupnya. (rls)