Hipmikindo Sebut 5 Permasalahan UMKM Bisa Dibantu Lewat CSR

Jakarta (Penabali.com) – Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia (HIPMIKINDO) mengapresiasi perusahaan-perusahaan besar yang menyalurkan dana tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility/CSR) untuk pengembangan sektor UMKM dan membantu memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi industri tersebut.

Menurut Ketua Umum Hipmikindo, Syahnan Phalipi, ada lima permasalahan yang dihadapi pelaku usaha kecil menengah di Indonesia yang bisa dibantu oleh aktifitas CSR seperti permodalan, pemasaran, sumber daya manusia, manajemen keuangan serta literasi digital.

“Kalau program sosial korporasi bisa menambah energinya untuk usaha kecil dan menengah, maka kita sebagai asosiasi bisa bekerjasama dengan perusahaan dalam meningkatkan kualitas SDM, literasi digital, pemasaran, keuangan, kekayaan intelektual, dan perizinan. Karena banyak juga UMKM yang mandek di masalah perizinan,” tuturnya.

Syahnan menambahkan, program CSR juga bisa berbentuk help desk dimana perusahaan besar membantu memfasilitasi pelaku usaha mikro untuk mendapatkan izin dan legalitas. Tentunya bentuk kegiatan bisa disesuaikan dengan bidang usaha perusahaan itu sendiri.

“Misalnya, selain help desk, CSR perusahaan bisa dalam bentuk investasi permodalan seperti crowd funding dan juga literasi perbankan. Untuk Industri Rumah Tangga (IRT) yang bergerak di sektor makanan dan minuman, perusahaan bisa membuatkan dapur untuk mereka yang memenuhi standar sertifikasi seperti kebersihan, aliran air dan udara, yang untuk membangunnya butuh biaya besar,” terang Syahnan.

Syahnan mengatakan program berkelanjutan dan berkesinambungan akan menciptakan keterikatan dan rasa empati yang tinggi.

“Bayangkan kalau ada perusahaan-perusahaan besar yang mau memodali usaha-usaha di berbagai pelosok, tentu ini sangat baik untuk bangsa dan negara kita,” sambungnya.

Senada dengan itu, Direktur Utama PT Phapros Tbk Hadi Kardoko mengatakan bahwa korporasi memiliki tanggung jawab moral dan sosial dalam memberikan nilai tambah pada masyarakat dan pemangkung kepentingan. Salah satu yang menjadi fokus perhatian utama dalam berbagai program CSR adalah memberdayakan ekonomi berbasis komunitas dan wilayah.

Pada tahun 2021 yang lalu, Phapros telah menyalurkan dana kemitraan sebanyak empat kali kepada pelaku usaha kecil dan menengah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan beberapa di luar Pulau Jawa. Bidang usahanya pun cukup beragam, mereka bergerak di berbagai usaha mulai dari kuliner, toko kelontong, bengkel, pakaian, percetakan, peternakan, perikanan hingga klinik kesehatan.

Selain itu, tambah Hadi, bersama mitra UMKM di Semarang, Phapros melakukan pelatihan penanaman tanaman indigofera yang digunakan sebagai pewarna alami pembuatan batik. Perusahaan juga menginisiasi penanaman 1000 bibit indigofera yang memanfaatkan lahan kosong milik mitra sehingga hasil panennya nanti bisa diolah menjadi pasta pewarna alami batik.

“Jadi fokus CSR kami dari hulu ke hilir sehingga pelaku UMKM yang menjadi binaan kami benar-benar bisa mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat literasi sebagai bagian dari pembinaan,” ucapnya.

Total penyaluran Phapros kepada UMKM selama 2021 senilai 3,6 milliar rupiah dengan fokus kemitraan pada pelatihan promosi, pembinaan dan pendampingan serta dukungan pemasaran melalui pameran-pameran lokal dan nasional.

“Selama 2021 kami telah memiliki 212 mitra yang tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia,” tutupnya. (rls)