Denpasar (Penabali.com) – Unit Lontar Universitas Udayana, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana menggelar Ulas Lontar III yang mengangkat topik “Udakalango: Wacana Konservasi Air sebagai Lanskap Keindahan dalam Naskah Lontar Bali”. Acara diselenggarakan secara daring melalui aplikasi zoom meeting, Jumat (8/7/2022).
Dalam Ulas Lontar III ini menghadirkan dua orang pembicara yaitu Dr. I Made Suparta, M.Hum., dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia dan I Nyoman Suwana, S.S., M.Hum., staf Unit Lontar Universitas Udayana. Acara diskusi dipandu moderator, Putu Ari Suprapta Pratama, S.S., M.Hum., dosen Program Studi Sastra Jawa Kuna FIB Unud.
Acara diawali dengan sambutan dari Ketua Unit Lontar Universitas Udayana, Prof. Dr. I Wayan Cika. Dalam sambutannya, Prof. Cika mengungkapkan, acara Ulas Lontar ini merupakan upaya aktualisasi amanat dari para pendiri Fakultas Sastra Universitas Udayana terdahulu.
“Acara Ulas Lontar ini merupakan aktualisasi amanat pendiri Fakultas Sastra Unud, yaitu sebagai kunci wasiat untuk membuka secara ilmiah perbendaharaan Bali, sebagai peti tempat penyimpanan perbendaharaan sastra dan budaya lama,” ujarnya.
Acara dibuka Wakil Dekan III FIB Unud, Dr. Ni Ketut Ratna Erawati, M.Hum., mewakili Dekan Fakultas Ilmu Budaya. Dalam sambutannya, disampaikan bahwa acara Ulas Lontar ini sangat penting untuk mempersempit jarak antara keberadaan naskah lontar dengan para pembacanya.
“Acara Ulas Lontar sangatlah penting bagi para pembaca atau penikmat naskah Jawa Kuno dan Bali sehingga dapat mengetahui berbagai hal yang terkandung di dalam naskah lontar,” ungkapnya.
Acara dilanjutkan pemaparan materi oleh Dr. I Made Suparta, M.Hum., dengan topik Pasir Wukir dan Apsudewa Tattwa dalam Teks Bhasa Hanyang Nirartha: Kajian Ethno-Theo-Hydrology.
Dalam pemaparannya, Dr. I Made Suparta menjelaskan berbagai sumber teks Jawa Kuno dan Bali yang memuat wacana tentang air. Teks-teks Jawa Kuno dan Bali yang memuat wacana tentang air, diantaranya Kakawin Anyang Nirarta, Adi Parwa, Tantu Pagelaran, dan sebagainya.
Lebih jauh, Dr. I Made Suparta mengungkapkan, pemuliaan terhadap air dilakukan tidak hanya terhadap wujud fisik air semata melainkan pula melalui proses transendensi air di dalam tubuh manusia.
Pembicara kedua, I Nyoman Suwana memaparkan tentang upaya perlindungan air dalam naskah Tantu Pagelaran. Suwana mengungkapkan, dalam teks Tantu Pagelaran, upaya pelestarian air dilakukan melalui proses reflektif.
Proses reflektif yang dimaksud adalah ketika manusia mampu memperlakukan air selayaknya manusia maka air akan melakukan sebaliknya. Artinya, ketika manusia mampu merawat air dengan baik, maka air juga akan memberikan yang terbaik untuk makhluk hidup.
Acara diskusi yang berlangsung selama dua jam ini diikuti 150 peserta yang terdiri atas dosen, mahasiswa, penyuluh agama Hindu, penyuluh bahasa Bali, serta khalayak umum. Diskusi berlangsung hangat dengan banyaknya peserta yang bertanya selama diskusi berlangsung. (rls)
Sumber: http://www.unud.ac.id