Berbicara soal pertanian, sejatinya pertanian di Bali lebih baik dibandingkan dengan pertanian di luar Bali. Dikatakan lebih baik karena pertanian di Bali ditunjang oleh faktor budaya yang sangat kuat yaitu subak.
“Subak itu sudah mendapat pengakuan sebagai warisan budaya dunia. Ini artinya pertanian di Bali sudah punya stempel khusus,” terang anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi Partai Golkar daerah pemilihan (dapil) Bali Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra, saat ditemui di kediamannya di Kerobokan, Badung, Selasa (2/4).
Untuk mendukung meningkatkan produktivitas pertanian di Bali, menurut politisi yang populer disapa Gus Adhi ini, haruslah mengacu pada sistem dan mekanisme pengolahan pertanian dari hulu hingga ke hilir. Untuk menuju ke arah itu, Gus Adhi menyodorkan sebuah program yang Ia sebut 4 GAMP.
Dijelaskan, 4 GAMP itu yakni pertama, optimalisasi subak. Pertanian di Bali yang ditopang oleh budaya yakni subak, harus benar-benar diperhatikan sistem pengelolaannya dengan memberikan pendampingan dan sistem zonasinya sehingga ada arah yang jelas terkait pemajuan pertanian. Kedua lanjutnya, adalah penyediaan sarana prasarana atau perakatan pertanian yang masih dianggap minim.
“Jadi harus dilengkapi sarana prasarana pertanian dari hulu sampai hilir dari olah tanah sampai pasca panen,” ujar Gus Adhi yang pada Pileg 2019 kembali maju sebagai caleg DPR RI dari Partai Golkar nomor urut 2 dapil Bali.
Lebih lanjut dikatakan, petani juga memerlukan permodalan untuk membiayai produktivitasnya mulai dari awal tanam hingga pasca panen. Dan yang keempat dari program 4 GAMP adalah memberikan pendampingan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi kepada petani.
“Saya yakin dan optimis, program 4 GAMP ini jika bisa diterapkan dengan baik maka Bali akan menjadi lumbung pangan Indonesia Timur sekaligus menjadi destinasi pariwisata yang baru,” ucap Gus Adhi yang memang totalitas peduli terhadap pertanian di Bali.
Gus Adhi berharap, sektor pertanian dan sektor pariwisata bisa sejalan dan masing-masing memberi kontribusi maksimal. Seperti diketahui, sektor pertanian selama ini menjadi salah satu daya dukung terhadap pariwisata Bali. Namun sektor vital ini belum mendapat kontribusi dari sektor pariwisata.
“Sawah hanya jadi obyek jepretan foto dari kamera wisatawan lalu jadi paketan promosi marketing pariwisata tapi sejauh mana CSR pelaku pariwisata itu berpihak kepada pertanian berpihak kepada subak, dan melakukan pemberdayaan petani dan pertanian,” pungkasnya. (red)