Buleleng (Penabali.com) – Dalam rangka meningkatkan populasi dan produksi ternak Sapi Bali, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali mengadakan Bimbingan Teknis Manajeman Peternakan. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis 14 Juli 2022 di Adi Assri Beach Resort Pemuteran Gerokgak Buleleng.
Dalam kegiatan ini Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali mengundang empat narasumber antara lain dari BPTU HPT Denpasar, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Balai Besar Veteriner Denpasar, dan BPTP Denpasar. Narasumber dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana adalah Dr. drh. I Gusti Ngurah Bagus Tri Laksana, M.Kes., yang merupakan Dosen Reproduksi dan Kebidanan Veteriner.
Peserta dari kegiatan bimbingan teknis ini adalah para penerima bantuan ternak oleh pemerintah pada kelompok ternak di Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.
Acara Bimbingan Teknis Manajemen Peternakan ini dilakukan dengan cara Diskusi Panel. Diskusi Panel dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama dimulai dari jam 10:15 Wita sampai Jam 12:30 Wita diisi dua narasumber yaitu drh. I Gusti Putu Ngurah Raka dari BPTU HPT Denpasar tentang Budidaya Usaha Peternakan Sapi Bali dan Dr. drh. I Gusti Ngurah Bagus Tri Laksana, M.Kes., tentang Teknik Reproduksi Ternak Sapi Bali. Sedangkan Diskusi Panel Sesi Kedua dilakukan dari jam 13;30 wita sampai pukul 16:00 Wita yang diisi narasumber dari Balai Besar Veteriner Denpasar tentang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit pada Ternak Sapi Bali, serta dari BPTP Denpasar memberikan materi tentang Pengolahan Limbah Peternakan Sapi Bali.
Pada Diskusi Panel sesi pertama Dr. drh. I Gusti Ngurah Bagus Tri Laksana, M.Kes., banyak mengulas tentang masalah reproduksi Sapi Bali terutama tentang inseminasi buatan (IB) dan permasalahan reproduksi yang dihadapi para peternak. Banyak peternak yang mengaku mengalami kegagalan inseminasi buatan dan mengalami gangguan postpartum yaitu prolapsus uteri. Dr. drh. I Gusti Ngurah Bagus Tri Laksana, M.Kes , memberikan penjelasan bahwa kegagalan IB yang sering terjadi akibat tidak tepatnya waktu IB, yaitu peternak melakukan IB pada saat munculnya leleran vagina atau saat puncak estrus, padahal seharusnya IB dilakukan 8 sampai 12 jam setelah puncak estrus tersebut. Para peternak mengakui bahwa mereka melakukan IB pada saat puncak estrus dan akan mengikuti anjuran narasumber. Adapun gangguan postpartum berupa prolapsus uteri hal ini dikarenakan kurangnya exercise pada Sapi Bali saat bunting dan narasumber memberikan saran agar peternak memberikan ruang untuk exercise pada sapinya saat bunting.
Acara diskusi panel ini berlangsung hangat dan peserta sangat antusias mengikuti kegiatan. Perbekel Sumberklampok yang juga merupakan seorang peternak Sapi Bali juga sangat mengapresiasi kegiatan bimbingan teknis ini. Beliau juga meminta narasumber untuk memberikan saran kepada peternak apabila dihubungi via telepon maupun WhatsApp (WA). Para narasumberpun bersedia untuk dihubungi dan dengan senang hati akan membantu peternak. (rls)