Buleleng (Penabali.com) – Sampai dengan hari Minggu (24/7/2022), Kabupaten Buleleng sudah nol kasus penyakit mulut dan kuku (PMK). Saat ini fokus dari Satgas Penanganan PMK Buleleng adalah peningkatan upaya pencegahan penyebaran PMK.
Hal itu disampaikan Ketua Satgas Penanganan PMK yang juga Sekretaris Daerah Buleleng Gede Suyasa saat dikonfirmasi mengenai PMK, Selasa (26/7/2022).
Suyasa menjelaskan dari 268 ekor sapi, sudah bisa dipotong bersyarat semuanya. Sehingga, per hari Minggu, (24/7/2022) lalu, Buleleng sudah nol kasus PMK. Hasil ini sudah dilaporkan ke Satgas Provinsi dan Nasional. Termasuk sudah masuk sistem iSIKHNAS milik Kementerian Pertanian (Kementan) RI. Setelah itu, fokus kedepan adalah meningkatkan pencegahan melalui desinfektan dan vaksinasi.
“Saat ini yang sudah divaksin 10.300-an ekor. Masih ada sisa vaksin 5.000. Mungkin dalam empat hari kedepan sudah habis. Akan kami minta lagi,” jelasnya.
Untuk kompensasi kepada petani, sesuai dengan penjelasan Menteri Pertanian dalam rapat koordinasi secara virtual, data usulan agar sudah masuk pada akhir bulan Juli. Pihak kabupaten akan mengusulkan ke provinsi. Nantinya, pihak provinsi yang mengirim ke pusat dengan bukti foto dan nama pemilik. Diharapkan anggaran dari Kementan bisa tersedia secepatnya.
“Jadi harus tunggu. Sekda Bali selaku Ketua Satgas Provinsi terus berkoordinasi karena Ketua Satgas Provinsi yang bertanggung jawab dengan bantuan atau kompensasi ini,” ucapnya.
Suyasa mengatakan Buleleng sebelumnya masih bertahan karena pemerintah kabupaten tidak ingin mengorbankan petani. Petani di Buleleng memelihara sapi bukan semata-mata untuk hobi. Tapi, jadi sumber penghasilan.
“Biaya pendidikan anak-anak dari petani tersebut berasal dari sapi mereka. Makanya Buleleng selalu jadi sorotan. Terakhir baru bisa nol kan kasus,” kata dia.
Oleh karena itu, Pemkab Buleleng melakukan potong bersyarat tidak dengan korbankan petani. Pemkab melalui Satgas melakukan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) kepada petani. Oleh karena itu, ketika ada rapat dengan petani, jika tensi naik rapat ditutup. Dilakukan negosiasi sampai ada kepercayaan jika sapi dipotong, mencegah penularan untuk kepentingan yang lebih besar. Jika banyak penularan, Bali jadi zona merah yang berbahaya buat kunjungan wisatawan.
“Buleleng barat kan banyak wisatawan dari Australia dan Eropa. Australia sudah memberikan info ke warganya yang ke Bali mengenai PMK ini. Jadi dengan kesadaran petani dan satgas semua turun bersama-sama sehingga bisa nol kasus,” imbuh Suyasa. (rls)