Badung (Penabali.com) – Universitas Dwijendra (Undwi) menyelenggarakan Wisuda Tahun Akademik 2021/2022, Wisuda Sarjana ke-34 dan Magister ke-9 serta Dies Natalis ke-40, Kamis (28/6/2022), bertempat di Hotel Patra Jasa, Tuban, Badung.
Adapun wisudawan dan wisudawati yang dilepas kali ini sebanyak 235 orang dengan sarjana baru dari 10 program studi baik S1 maupun S2. Program Migister berjumlah 28 orang, Program Sarjana berjumlah 207 orang.
Adapun rinciannya, yakni Magister Ilmu Hukum sebanyak 28 orang, Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur sebanyak 4 orang, Fakultas Pertanian dan Bisnis dalam Program Studi Agribisnis sebanyak 26 orang dan Agroteknologi sebanyak 9 orang, Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bisnis Program Studi Ilmu Komunikasi sebanyak 32 orang, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Program Studi PPKn sebanyak 18 orang serta Program Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah sebanyak 12 orang, Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar 13 orang, Program Pendidikan Bahasa Inggris 17 orang dan Fakultas Hukum Program Studi Ilmu Hukum sebanyak 76 orang.
Dalam kesempatan tersebut, Rektor Universitas Dwijendra, Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc., M.M., berharap kepada para wisudawan maupun wisudawati agar dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologinya sehingga dapat membawa nama baik almamater, serta dapat lebih meningkatkan kapasitasnya. Karena menurut rektor, ilmu pengetahuan di dapat di dunia kampus baru sebagian kecil sehingga selalu ditekankan kepada lulusan bahwa setelah diwisuda agar menimba ilmu jangan sampai terhenti.
“Mereka harus selalu mengejar dan mencari informasi pengetahuan yang saat ini masih sangat mudah untuk diakses”, katanya.
Kemudian digitalisasi yang ada saat ini juga harus menjadi bagian utama dari wisudawan, karena, siapapun yang tidak dapat menguasai ilmu teknologi dan informasi komunikasi dia akan tertinggal.
“Maka harus berusaha selalu meningkatkan kapasitas terutama untuk keterampilan dalam memahami digitalisasi ini,” ujarnya.
Di Universitas Dwijendra, jelas rektor, memiliki misi menekankan pada budaya dengan beberapa hal ingin diharapkan kepada seluruh wisudawan yakni ada nilai-nilai budaya Tatwam Asi sehingga siapapun menjadi lulusan Universitas Dwijendra benar-benar dapat memiliki empati dan simpati yang tinggi karena aku adalah kamu.
“Dengan demikian, begitu menjadi sarjana atau magister semua akan dapat menjadi satu dalam membangun,” cetusnya.
Selanjutnya, nilai budaya yang ada di Bali sangat kental yaitu Catur Guru. Meskipun nantinya para wisudawan sudah pintar atau pendidikan tinggi jangan pernah lupa dengan Catur Guru yakni orang tua, guru pengajian dimana pernah belajar dan menuntut ilmu karena tidak hanya di bangku sekolah namun juga di luar bangku sekolah, mereka juga punya guru.
Kemudian Guru Wisesa adalah, pemerintah siapapun pemerintahnya tetap harus mengikuti aturan-aturan yang ada dan ditetapkan oleh pemerintah. Baik itu di pusat, provinsi, kabupaten, dan termasuk di tingkat desa ini yang harus dipegang teguh wisudawan.
Selanjutnya Guru Swadiaya yakni, Tuhan yang Maha Esa, apapun dilakukan oleh seluruh umat termasuk wisudawan ini benar-benar harus mempertahankan nilai-nilai yang telah ditanamkan sejak awal, sejak dalam kandungan, sehingga, sekarang menjadi sarjana atau magister khususnya di Dwijendra University harus selalu mengingat, karena apapun yang ada di dunia ini adalah diciptakan oleh Tuhan.
“Nilai budaya tetap diperhatikan seperti Catur Guru perlu, jangan pernah dilupakan,” ucapnya.
Nilai budaya yang lain juga ingin diingat kepada wisudawan adalah Tri Hita Karana, yang memiliki nilai universal tidak hanya orang Hindu namun di luar Bali juga memiliki nilai-nilai universal dikemas menjadi filosofi hidup di Bali yakni Tri Hita Karana yang prinsipnya sederhana yaitu harmoni di masyarakat, memiliki hubungan yang baik dengan Tuhannya, hubungan baik dengan sesamanya, serta hubungan baik dengan lingkungan atau alamnya.
“Tiga nilai budaya ini menjadi penekanan meskipun ada banyak nilai-nilai budaya yang lainnya,” sebutnya.
Adapun pencapaian sudah diperoleh Universitas Dwijendra mulai di tingkat Prodi termasuk di tingkat, fakultas dan universitas terutama di bidang akademik sudah dapat meningkatkan indek prestasi komulatif mahasiswa.
Selain itu, mengikuti program MBKM yang sedang digalakkan pemerintah seperti mahasiswa magang, pertukaran mahasiswa antar perguruan tinggi, kemudian program-program penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, baik itu oleh mahasiswa dan dosen termasuk dengan hibah-hibah telah diperoleh misalnya PJJ setiap tahun mendapat hibah terutama dari keguruan FKIP, yang terakhir dari teknik dan kemudian ada hibah Maching Fun dan hibah risert keilmuan.
“Semuanya ini kami melibatkan mahasiswa karena harapan kami bahwa mahasiswa yang sedang belajar ini pada saatnya menjadi sarjana sudah memiliki bekal dan soft skill yang sangat kuat untuk mendampingi hard skill yang sudah dimilikinya,” bebernya. (red)