Denpasar (Penabali.com) – Program Studi Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana melaksanakan kuliah umum Tata Kelola Kawasan Heritage: Studi Kasus Perbandingan Kawasan Heritage Asia Tenggara dengan Jepang, dilaksanakan secara luring bertempat di Ruang Dr. Ir. Soekarno, Gedung Poerbatjaraka, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana, Kamis 6 Oktober 2022.
Kegiatan ini menghadirkan Dr. Naori Miyazawa dari Waseda University Jepang dan dipandu Dr. Drs. I Nyoman Wardi, M.Si., sebagai moderator. Turut hadir pula Ketua TPPM Prodi Arkeologi, Zuraidah, S.S., M.Si., para dosen dan mahasiswa Program Studi Arkeologi, serta tamu undangan lainnya.
Acara dibuka dengan sambutan Ketua TPPM Prodi Arkeologi, Zuraida, S.S., M.Si., sebagai perwakilan dari Koordinator Program Studi Arkeologi. Dalam sambutannya, beliau mengungkapkan terima kasih kepada Dr. Naori Miyazawa karena berkenan hadir dan menjadi pembicara dalam kuliah umum kali ini. Beliau juga berharap acara ini dapat memberi manfaat kepada para mahasiswa dan memberi pengalaman juga mengenai tata kelola kawasan heritage.
Dr. Naori Miyazawa mengawali pemaparannya tentang colaboration research yang dilakukannya dengan Universitas Udayana mengenai subak sebagai warisan budaya oleh Unesco. Beliau mengamati gamelan sebagai warisan budaya dan juga desa adat dan sekarang sedang melaksanakan penelitian mengenai marketing management di subak. Menurut hasil penelitiannya, luas subak sekarang cenderung menurun hingga 7% dan itu dipengaruhi oleh penghasilan padi yang menurun hingga para petani harus menjual lahan milik mereka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan dari marketing management adalah untuk meningkatkan taraf hidup para petani dan mempertahankan lahan yang dimiliki petani. Beliau juga mengajak semua orang untuk kembali memakan nasi dari beras organik dan membantu para petani dalam pemasaran produk yang lebih luas dengan menyasar pasar di Jepang dan juga dengan kemasan yang lebih inovatif.
Dr. Naori Miyazawa mengungkapkan juga bahwa di Jepang terdapat bank sawah atau “field bank” yang ada sejak tahun 1982 dan terdapat di lebih dari 80 tempat di Jepang. Warga yang tinggal di kota mau membayar pada petani untuk beras yang mereka hasilkan di pedesaan dan orang di pedesaan akan mengirimkan beras ke kota tersebut. Dengan demikian, kedua pihak sama-sama diuntungkan. Kadang-kadang warga yang tinggal di kota juga ikut berpartisipasi menanam padi sekaligus tukar-menukar pengalaman sehingga mereka dapat belajar tata cara menanam padi, merawat padi, maupun memanen padi.
Banyak keuntungan yang didapat dari bank sawah diantaranya adalah melestarikan kawasan sawah, meningkatkan dan membantu usia petani lebih sehat, memotivasi kaum muda dalam kegiatan “farming” atau menanam padi, dan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat di pedesaan.
Beliau juga turut memaparkan mengenai organisasi-organisasi yang bergerak dalam bidang pelestarian kawasan heritage, contoh kasus yang terjadi di Jepang, serta upaya yang dilakukan untuk melestarikan kawasan heritage dan membuat kawasan tersebut menjadi kawasan yang lebih makmur dan dapat menjadi suatu kekayaan lokal bagi penduduk.
Dalam kuliah umum, beliau juga menekankan agar kawasan heritage dapat dilindungi dan dipertahankan kepemilikannya, khususnya daerah Badung karena itu dapat memberi kebermanfaatan nantinya baik dalam bidang ekonomi maupun kebudayaan.
Acara selengkapnya dapat disaksikan melalui: https://youtu.be/d27_WY0ffqI. (rls)
Sumber: https://drive.google.com/drive/u/3/folders/1lUydh4II7IxR8rAzJ8rIYbjEUxJ8P6Lo