Tiga Isu Penting Dinas Pertanian Buleleng Pasca Pandemi

Buleleng (Penabali.com) – Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang sangat luas bagi Kabupaten Buleleng, terlebih dunia pariwisata sangat terdampak. Beruntung, Kabupaten Buleleng memiliki sektor-sektor lain yang mampu meringankan bahkan bangkit dari keterpurukan ekonomi. Buleleng dominan wilayah agraris, sektor pertanian menjadi tumpuan ekonomi saat pandemi.

Seiring waktu berjalan, Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui Dinas Pertanian mulai menyusun strategi-strategi pemulihan atau recovery pasca Covid-19 di bidang pertanian. Ditemui di ruang kerjanya, Jumat (6/1/2023), Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, Made Sumiarta, mengatakan strategi pemulihan pasca Covid-19 tidak terlepas dari isu strategis di wilayah Kabupaten Buleleng. Kebangkitan ekonomi di sektor pertanian menjadi tantangan Dinas Pertanian untuk mengkaji, merencanakan, dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan pimpinan sesuai regulasi serta evaluasi dari sebuah program yang telah dijalankan.

Kadis Sumiarta menerangkan, alih fungsi lahan sawah yang cukup banyak terjadi di Kabupaten Buleleng sangat berdampak pada kuantitas produksi beras selama tahun 2019-2020. Terkait itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng bersama DPRD Buleleng menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) untuk mengatasi alih fungsi lahan sawah.

“Kita sudah membuat Perda terkait perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Implementasinya masih menunggu Perda RTRW yang saat ini berproses di Dinas PUTR,” ujarnya.

Isu selanjutnya yaitu degradasi lahan. Pihaknya mengupayakan melalui sosialisasi dan pemahaman kepada petani untuk beralih secara perlahan-lahan menggunakan pupuk organik baik padat maupun cair. Sehingga penggunaan pupuk kimia yang digunakan secara berlebihan bisa berkurang.

“Upaya mencegah adanya degradasi lahan dengan penggunaan pupuk organik terus kita lakukan, degradasi lahan membuat produksi pertanian akan mengalami penurunan. Mari go organik,” ajaknya.

Selain isu lahan, Kadis Sumiarta menjelaskan, daya saing produk pertanian masih rendah yang diakibatkan masih rendahnya sumber daya di masyarakat. Untuk itu, dalam mewujudkan peningkatan daya saing produk dilakukan berbagai upaya diantaranya peningkatan produk mutu, daya saing dan pemasaran komoditas-komoditas pertanian.

“Peningkatan produk pertanian di hulu di tahun ini yaitu intensifikasi lahan pertanian yang ada untuk berproduksi lebih optimal yaitu setiap tahun kita sudah bantu bibit padi, palawija dan jagung. Kemudian perbaikan jaringan irigasi, pemberian bantuan alat pertanian seperti traktor, bantuan pupuk subsidi dan edukasi kepada petani agar tidak minded terhadap pupuk kimia dan beralih ke organik karena kita punya Perda tentang Sistem Pertanian Organik (SPO),” bebernya.

Ditambahkan Kadis Sumiarta, untuk tanaman holtikultura seperti buah-buahan dan sayuran untuk bisa menciptakan daya saing produk dan peningkatan sumber daya kelompok tani dengan pembinaan dan sosialisasi sekolah lapang atau good agricultural practice agar bisa meningkatkan kapasitas petani dalam berbudiya yang baik, berkelanjutan, dan berbudidaya organik.

”Kita tahu produk pertanian utamanya buah-buahan sangat potensial dikembangkan dan menjadi pemasok utama buah-buahan di Buleleng,” tandasnya.

Selain itu, di sektor perkebunan seperti cengkeh, kopi, kakao, dari sektor peternakan tidak kalah penting dalam meningkatkan produksi sebagai komoditi unggulan untuk di ekspor dalam upaya strategi recovery.

”Astungkara sektor peternakan yaitu penyakit mulut dan kuku (PMK) telah mereda, dan tetap kita lakukan vaksinasi untuk mencegah mewabahnya PMK dan sektor perkebunan juga sebagai komoditi potensial ekspor bagi Buleleng,” jelasnya.

Selain tiga isu penting tersebut, jelas Kadis Sumiarta, pengendalian inflasi penting agar daya beli masyarakat tetap terjaga yaitu dengan menjaga stabilitas harga dengan keamanan pasokan produk pertanian.

“Strategi pola tanam dan masa tanam kita terapkan agar petani selalu berproduksi, tidak musimam walau skala kecil. Kita contohkan pola tanam dalam satu area tidak satu jenis tanaman, bisa ditumpang sari,” pungkasnya. (rls)