Categories Buleleng Kesehatan

Fenomena Gunung Es, Diskes Buleleng Kebut Tracing Penderita Penyakit TBC

Buleleng (Penabali.com) – Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng menargetkan peningkatan sekitar 10% dalam mencatatkan pasien yang terjangkit Penyakit Tuberkolosis (TBC) dari tahun lalu, sehingga pasien yang terjangkit dapat terdeteksi lebih dini dan lebih efektif dalam mencegah tersebarnya ke lebih banyak orang.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, I Gede Artamawan, seijin Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, menjelaskan penyakit TBC ini fenomenanya seperti gunung es. Jadi, tidak tahu berapa pastinya jumlah orang yang terkena penyakit ini karena tidak memeriksanya lebih awal karena selama ini. Jika sudah parah baru diobati.

Berdasarkan data yang dihimpun pada 30 Juni 2023 penanganan tracing jumlah pasien yang terjangkit penyakit TBC sudah mencapai sebanyak 444 kasus atau dalam persentasi 53% yang mana pada tahun lalu target tercapai kasus yang dicatatkan mencapai 66%, kemudian untuk target yang ingin dicapai pada tahun ini sekitar 70% – 80 % kasus yang ditracing.

“Langkah kita dalam memenuhi target ini yaitu dengan cara penemuan untuk selanjutnya dilakukan pengobatan kepada pasien. Semakin banyak yang kita temukan, maka semakin banyak orang yang kita selamatkan,” terangnya.

Menurut Kabid Artamawan, dalam penananganan kasus TBC terdapat 4 metode. Pertama, secara pasif yakni petugas yang ada di fasilitas kesehatan (Faskes) hanya melayani pasien rutin dan jika ada yang mengalami gejala langsung dites. Metode kedua, yaitu secara aktif dengan menindaklanjuti kontak erat dari pasien yang telah diidentifikasi positif dengan menargetkan 20 orang yang harus di tes.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, I Gede Artamawan. (foto: ist.)

Kemudian metode ketiga, yaitu secara masif dengan dengan menggerakan tes melibatkan kelompok di masyarakat atau instansi pemerintah maupun swasta. Terakhir, metode intensif dengan menargetkan kelompok masyarakat yang memilihi daya tahan lemah dan memiliki penyakit bawaan yang riskan terjangkit TBC.

“Untuk di Buleleng sendiri pada saat ini sedang fokus dengan tindak aktif dalam melakukan tracing orang terdekat dari pasien yang positif agar mengetahui penyebarannya sejauh mana. Walaupun tes negatif orang kontak terdekat tersebut tetap mendapat terapi obat yaitu Terapi Pencegahan Tuberkolosis (TPT) dengan mengombinasikan beberapa jenis obat yang fokus terhadap pencegahan tertular dari bakteri,” jelasnya.

Langkah tracing di Bulelng ini juga didukung pengadaan alat Tes Cepat Molekuler (TCM) yang berjumlah 5 unit diantaranya berada di RSUD Buleleng sebanyak 2 unit, RS Pratama Tangguwisia 1 unit, RS Pratama Giri Emas 1 unit, dan Puskesmas Gerokgak 1 unit, yang fungsinya untuk mengindentifikasi dahak yang memenuhi syarat dan mengetahui hasil positif atau negatif terinfeksi bakteri dari dahak tersebut.

Diharapkan kesadaran masyarakat akan bahaya TBC ini tidak disepelekan karena masa inkubasi dari penyakit ini kurang lebih mencapai 5 tahun yang menyebabkan gejala tidak timbul langsung dan diketahui. Untuk itu, kepada pasien yang sudah terjangkit, keteraturan meminum obat harus dilaksanakan berkelanjutan dan tetap menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

“Yuk! Masyarakat Buleleng tetap melakukan PHBS dan jika bergejala mengarah ke TBC segera datang ke faskes terdekat, jangan takut!,” ajaknya. (rls)