Categories Bali Berita Buleleng

Terima Program Organisasi Penggerak dari Sampoerna Foundation

Singaraja ( Penabali.com) – Pemerintah Kabupaten Buleleng menerima program organisasi penggerak (POP) dari Putera Sampoerna Foundation (PSF) di Gedung Kesenian Gde Manik Singaraja (3/10). Program tersebut harus ditindaklanjuti serta ditularkan kepada sekolah lain setingkat sekolah menengah pertama.

Program Organisasi Penggerak (POP) merupakan inisiatif Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia pada tahun 2021, kemudian dalam pelaksanaannya dipercayakan kepada Putera Sampoerna Foundation (PSF). POP merupakan upaya Kemendikbudristek untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar di Indonesia dengan tujuan meningkatkan kualitas literasi dan numerasi di Indonesia. Diimplementasikan hingga 2023, ada lima sekolah yang menerima program organisasi penggerak pada kesempatan ini yaitu SMP Negeri 8 Singaraja, SMP Negeri 1 Payangan, SMP Negeri 1 Kintamani, SMP Negeri 1 Tompobulu Bantaeng, dan SMP Negeri 4 Sungguminasa Gowa Sulawesi Selatan.

Penjabat (Pj) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana dalam sambutannya menjelaskan Buleleng atau Singaraja dikenal sebagai kota pendidikan. Hal itu akan terus di dorong dengan mengantisipasi perubahan lingkungan strategis yaitu digitalisasi. Atas dasar itu pemerintah kabupaten Buleleng berinisiatif untuk membangun taman pendidikan digital. Pemajuan di sektor pendidikan juga didukung dengan kerjasama antara Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Buleleng dan Putera Sampoerna Foundation (PSF). Melalui POP Lihadnyana berkomitmen meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia yang berkualitas tentu akan membawa Indonesia semakin maju. “Untuk bisa menuju Indonesia emas, yang harus digarap pertama adalah SDM. Bahkan sebelum lahir sudah dipikirkan. Masalah stunting juga akan bisa diantisipasi jika masyarakat memiliki pendidikan yang cukup. Kolaborasi semacam itu akan member dorongan dalam memajukan SDM sesuai dengan potensi yang dimiliki,” ungkapnya.

Pj Bupati Lihadnyana melaporkan rasio tenaga pendidik di SD adah 1:18, dan 1:20 untuk SMP sesuai dengan urusan dan kewenangannya. Angka harapan lama sekolah yakni 13,26 yang dalam nasional 8,29 persen. Capaian ini akan terus ditingkatkan. Oleh karena itu ia berharap pertemuan ini menjadi penting dan strategis guna mendorong dunia pendidikan lebih maju. Sesuai dengan mandatory spending, Pemkab Buleleng menganggarkan 33,38 persen untuk Dinas Pendidikan. Lebih dari yang ditargetkan nasional. Anggaran tersebut akan efektif jika diimbangi dengan kebijakan dan strategi yang tepat. “Sekarang kita berperang dengan kebodohan dan kemiskinan. Maka pendidikan dan kesehatan jadi urusan wajib. Infrastruktur juga wajib dalam rangka memenuhi sarana prasarana di bidang pendidikan dan kesehatan,”ujarnya.

Lihadnyana berpesan kepada tenaga pendidik agar tidak berhenti untuk belajar tidak berhenti meningkatkan kompetensi diri ditengah cepatnya perubahan lingkungan, termasuk juga menyangkut masalah sistem belajar mengajar dengan digital. “Karena kelemahan kita adalah terjebat pada rutinitas administratif yang seharusnya sederhana dibuat rumit, terjebak pada zona nyaman. Kami sangat berkomitmen dengan kegiatan ini terutama bidang pendidikan. Karena kami yakin Buleleng bisa punya lompatan tinggi apabila kita perbaiki SDM-nya,”terangnya.

Sementara itu Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek RI Nunuk Suryani dalam sambutannya mengapresiasi pemerintah daerah yang sudah berhasil mengimplementasikan POP. Dari evaluasi dampak yang dilakukan, terlihat ada perubahan literasi dan numerasi siswa di sekolah penerima POP. Setelah POP diserah terimakan kepada masing-masing sekolah, ia berharap program tersebut bisa di diseminasikan. “Jadi tujuan kami di POP selain mengidentifikasi organisasi masyarakat yang memiliki praktek baik, melakukan intervensi, selanjutnya diseminasi. Kami berharap dari POP yang sudah diserah terimakan Pemda melanjutkan program ini dengan program “Lintas” pada sekolah-sekolah lain. Jadi pada prinsipnya POP ini adalah gerakan. Setelah lima sekolah terintervensi mereka melakukan gerakan untuk bisa menyebarluaskan ke sekolah lain,”katanya.

Senior Director Putera Sampoerna Foundation Elan Merdy mengungkapkan pihaknya mendukung terselenggaranya POP dengan alasan bahwa literasi dan numerasi merupakan satu-satunya cara meningkatkan kualitas siswa. PSF pun memutuskan untuk berpartisipasi menggunakan dana mandiri. “Ini merupakan kesempatan kita untuk mendukung program pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Kalau bicara filosofi ada tiga tangan Sampoerna, satu tangan kami, satu tangan stakeholders, dan satu tangan pemerintah daerah. Dan yang kita saksikan hari ini adalah bukti nyata bahwa pemerintah daerah dipelopori Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng beserta pemerintah pusat dan kami pihak swasta melaksanakan dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui literasi dan numerasi. Pada hari ini dapat kami sampaikan POP telah berjalan dengan baik di lima kabupaten dengan didukung prinsip tiga tangan,”ungkapnya.

Penyerahan program organisasi penggerak berlangsung di Gedung Kesenian Gde Manik Singaraja, Selasa (3/10). Hadir pula Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna, Sekda Buleleng Gede Suyasa, Kepala Dinas Pendidikan dari sekolah penerima, guru dan siswa sekolah penerima.