Hingga saat ini Indonesia masih menduduki peringkat ke-5 negara dengan angka stunting tertinggi di dunia dan stunting berdampak buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Banyak faktor yang mempengaruhi stunting, namun faktor utamanya adalah kurangnya asupan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Mothercare, sebagai gerai penyedia kebutuhan ibu hamil dan anak, tergerak untuk mengedukasi ibu mengenai pentingnya mencukupi nutrisi anak melalui Makanan Pendamping ASI (MPASI) bersama dengan Dr. Agustina Santi, M.Sc., Sp.A., IBCLC.
Stunting merupakan permasalahan gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam rentang waktu yang cukup lama. Umumnya hal ini disebabkan asupan makanan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Dampak yang terjadi pada anak yang terkena stunting antara lain peningkatan mortalitas (angka kematian) dan morbiditas (angka penyakit) serta penurunan fungsi kognitif (kecerdasan).
“Dan tidak hanya itu dampak jangka panjang adanya penurunan tinggi ketika dewasa, peningkatan obesitas dan penurunan kesehatan reproduksi,” ujar Stefani, Marketing Manager Mothercare Indonesia, Kamis (26/9/209).
Dari berbagai banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting, lanjut Stefani, pemberian komposisi MPASI yang buruk menjadi faktor utama. Kebutuhan energi dan nutrisi anak hingga usia 6 bulan dapat tercukupi oleh pemberian susu maupun ASI saja, namun setelah itu anak memerlukan energi tambahan yang mengandung Makronutrien seperti karbohidrat, protein dan lemak serta Mikronutrien seperti zat besi, seng dan vitamin A.
“Mulailah memberikan MPASI ketika si kecil sudah dapat duduk dengan leher tegak dan mengangkat kepalanya sendiri tanpa memerlukan bantuan,” ucapnya.
Menunjukkan ketertarikan terhadap makanan bisa juga dijadian acuan si kecil sudah bisa diberikan MPASI atau belum. Tanda lain yang dapat dilihat apakah si kecil memerlukan MPASI adalah ketika si kecil gelisah dan tidak tenang walaupun sudah diberikan susu atau ASI secara rutin.
Stefani menyatakan, tahapan pemberian MPASI berbeda disetiap perkembangan usia anak. Di usia 6-9 bulan, berikan si kecil dengan tekstur MPASI yang sangat lembut, dibuat dengan disaring. Frekuensi pemberian MPASI 2-3 kali makan besar dan 1-2 makanan selingan. Usia anak 9-12 bulan, dapat memberikan MPASI dengan tekstur makanan yang tidak terlalu lembek, dicincang halus dan kasar. Frekuensi pemberian MPASI 3-4 kali makan besar dan 1-2 kali makanan selingan. Ketika di kecil telah memasuki usia 12-23 bulan, mereka sudah bisa diberikan makanan yang lebih berat seperti yang kita makan sehari-hari walaupun belum bisa mengunyah secara sempurna. Namun ini bisa digunakan untuk menstimulasi perkembangan otot mulut mereka.
Stefani mengatakan, Mothercare ingin terus berada disemua perjalanan Ibu mengasuh anaknya sejak dari kandungan hingga balita. Mothercare mengajak Ibu Indonesia untuk mencukupi kebutuhan nutrisi anak untuk tumbuh kembang optimal dengan memberikan makanan pendamping ASI yang disesuaikan dengan gizi dan usia mereka.
“Salah satu cara yang kami lakukan untuk terlibat langsung untuk mengedukasi ibu adalah dengan menyediakan informasi dengan sumber yang dapat dipercaya dengan cara yang lebih menyenangkan” ungkapnya.
Ketika anak mulai diperkenalkan dengan makanan, akan ada tendensi kesulitan dalam memberikan makanan pada si anak. Sulit makan dan menolak makanan adalah hal yang wajar terjadi pada anak. Maka tawarkan si kecil jenis makanan yang berbeda-beda. Tawarkan juga finger foods atau makanan yang dapat digenggam oleh anak agar anak dapat belajar makan secara mandiri.
“Jangan pernah memaksa anak untuk makan, karena karena memaksa makan dapat mengganggu kemampuan alaminya untuk mengetahui tanda-tanda lapar dan kenyang pada anak,” pungkasnya. (red)