Penetrasi Asuransi di Indonesia Hanya 3,01%, DAI Aktifkan Literasi Asuransi ke Siswa Sekolah

Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penetrasi asuransi di Indonesia masih tergolong rendah yakni 3,01 persen. Padahal asuransi seharusnya menjadi andalan sebagai pelindung dari berbagai resiko di masa depan yang dapat mengancam perencanaan keuangan.

Tingkat pendidikan, kesadaran dan pendapatan masyarakat masih menjadi beberapa penyebab utama rendahnya minat masyarakat dalam berasuransi. Selain itu, kondisi wilayah Indonesia yang merupakan negara kepulauan, ikut mempengaruhi percepatan penetrasi asuransi kepada masyarakat dan merupakan tantangan tersendiri bagi industri asuransi agar kegiatan penetrasi tidak hanya berfokus di kota-kota besar.

“Dalam konteks yang lebih luas, tema Hari Asuransi tahun 2019 yakni Sejuta Polis Untuk Negeri searah dengan program pemerintah yang mencanangkan target keuangan inklusif atau presentase jumlah penduduk dewasa yang memiliki akses layanan keuangan pada lembaga keuangan formal sebesar 75 persen pada akhir tahun 2019, target tersebut tercantum dalam Peraturan Presiden nomor 82 tahun 2016,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan NonBank OJK, Riswinandi, disela konferensi pers Hari Asuransi 2019, di Bali Nusa Dua Convention Center, Kawasan ITDC Nusa Dua, Kabupaten Badung, Kamis (17/10/2019).

Karena rendahnya penetrasi asuransi tersebut, maka Dewan Asuransi Indonesia (DAI) mendorong peningkatan penetrasi dan literasi asuransi di seluruh lapisan masyarakat, bekerjasama dengan seluruh anggota asosiasi asuransi yang beranggotakan asosiasi asuransi umum (AAUI), asuransi jiwa (AAJI), asuransi jaminan sosial (AAJSI) asuransi syariah (AASI), pialang asuransi dan reasuransi (APPARINDO) serta penilai kerugian asuransi (APKAI).

“Terkait tantangan penetrasi asuransi saat ini, insan asuransi melihat masih banyak celah yang dapat dilakukan guna mencapai tujuan peningkatan masyarakat untuk sadar berasuransi. Era teknologi digital dan perubahan lintas generasi dari baby boomers menjadi generasi millennials, merupakan opportunity luar biasa bagi industri asuransi untuk dapat meraih pasar yang lebih besar,” jelas Ketua Panitia Hari Asuransi 2019, Fahri Adnan.

Untuk mensosialisasikan manfaat berasuransi, DAI melaksanakan program literasi asuransi ke-24 kota sejak September 2019. Hingga saat ini, program ini telah menyentuh 17.277 peserta yang terdiri dari para siswa SMA dan SMK. Upaya literasi secara massal ini bahkan mendapat pengakuan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) dan tercatat sebagai rekor Literasi Asuransi kepada siswa/siswi SMK-SMK dengan peserta terbanyak di Indonesia.

Fahri juga menerangkan, DAI juga bekerjasama dengan Permodalan Nasional Madani (PNM) dalam melakukan sosialisasi asuransi kepada para pelaku UMKM dan masyarakat pra sejahtera.

“Kolaborasi dengan PNM ini ditargetkan dapat menjangkau 1.000 peserta di 10 titik antara lain Cirebon, Purwakarta, Depok, Bandung, Tegal, Pasar Minggu, Jember, Banyuwangi, Cimahi, dan Tasikmalaya. Salah satu pesan utama yang kami angkat di program literasi ini adalah bagaimana asuransi merupakan salah satu bentuk investasi penting yang akan sangat diperlukan saat terjadinya resiko atau musibah,” ulasnya.

Badan Pusat Statistik memperkirakan tahun depan Indonesia akan memasuki periode dengan komposisi jumlah penduduk produktif yang tinggi. Hal ini akan berimplikasi pada meningkatnya demand terhadap asuransi karena sebetulnya lapisan golongan masyarakat ini akan membutuhkan berbagai produk keuangan baik untuk proteksi, investasi, dan lain sebagainya.

“Potensi tersebut juga ditunjang dengan hegemoni insurance technology (insurtech) yang kian populer, melalui evolusi dalam semua aspek operasional asuransi mulai dari sisi penjualan produk, underwriting, hingga pembelian polis yang bisa dilakukan hanya dengan sentuhan jari. Inovasi ini akan memudahkan perusahaan-perusahaan dalam menjangkau untapped market dan tentunya akan memberikan pengalaman baru pada calon tertanggung,” sambung Riswinandi. (red)