Bertepatan di Hari Sumpah Pemuda ke-92 tahun 2019, DPD KNPI Bali mengadakan acara diskusi kebangsaan yang bertajuk, “Sumpah Pemuda Sebagai Alat Persatuan dan Kesatuan Pemuda Indonesia”. Diskusi dilaksanakan Senin (28/10/2019), di Warung Bencingah Jl. Kaliasem, Denpasar.
Diskusi kebangsaan mendatangkan tiga pembicara yaitu Ketua KNPI Bali Nyoman Gde Antaguna, SE., SH., MH., tokoh pemuda yang juga akademisi Dr. Ida Bagus Radendra S., SH., MH., serta Fabian Andrianto Cornelis.
Pembicara Fabian Andrianto Cornelis dihadapan ratusan pemuda peserta diskusi kebangsaan, melihat pemerintahan saat ini bersama parlemen cukup kuat. Dimana dua kubu yang pernah berseberangan saat Pilpres lalu, bersatu kembali bahkan masuk didalam jajaran Kabinet Indonesia Maju untuk bersama-sama membangun Bangsa dan Negara Indonesia.
Meski demikian, Cornelis mengingatkan generasi muda, generasi milenial sebagai agen perubahan tidak boleh berdiam diri dalam perspektif nyaman sehingga “tidur lelap” tanpa mau tahu terhadap situasi bangsa.
“Generasi muda jangan pernah meninggalkan ruang kritik kepada pemerintah karena itu tugas anak muda sebagai agent of change, pemuda tidak boleh diam ketika melihat sesuatu yang perspektifnya aman karena pemuda itu harus terus menggali untuk mengeluarkan ide-idenya,” kata Cornelis.
Pemuda, kata Cornelis, harus terus bergerak maju, selain belajar menggali ilmu bekal masa depan. Tetapi generasi muda khususnya mahasiswa harus terus bersuara lantang menyikapi berbagai kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat kecil.
Pembicara berikutnya, Ketua KNPI Bali Nyoman Gde Antaguna menyoroti deretan para menteri sebagai pembantu Presiden Jokowi di Kabinet Indonesia Maju, yang diisi anak muda. Seperti Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang diisi oleh bos CEO Nadiem Makarim. Ada juga Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang dijabat Wishnutama. Dua anak muda di jajaran Kabinet Indonesia Maju ini menurut Antaguna masih menjadi sorotan banyak kalangan. Ada yang optimis, namun tak sedikit pula yang merasa pesimistis.
“Harapan kita khususnya mahasiswa dimana tempatnya untuk mengeksplorisasi belajar terus bergerak mengkritik dan belajar untuk mengeluarkan ide gagasan kepada pemerintah dan pemerintah juga harus mendukung jangan baper. Inilah keseimbangan demokrasi,” ujar pria yang selalu tampil dengan kepala plontos ini.
“Meskipun terkesan trial and error cuma karena memang Presiden mencoba berpihak pada prestasi maka dipilihlah figur-figur muda. Ini artinya jadi ajang bagi generasi milenial untuk terus memacu diri dalam pendidikan termasuk penguasaan teknologi informasi,” imbuh pria yang sering dipanggil Mangde ini.
Namun demikian, Mangde mengingatkan kepada anak muda bahwa intelektual itu penting. Namun yang lebih penting lagi adalah karakter. Menurut Mangde, sepintar apapun tapi kalau tidak dibarengi karakter yang kuat untuk ikut membangun bangsanya, maka semua itu tidak ada artinya.
“Dalam konteks ini ada yang lebih penting dari intelektual adalah bagaimana membangun rasa nasionalisme. Poin pentingnya nasionalisme diatas segala-galanya ditengah persoalan bangsa saat ini yang sedang berperang melawan radikalisme,” sebutnya.
Ida Bagus Radendra, seorang tokoh muda yang juga akademisi, mengatakan peringatan Hari Sumpah Pemuda jangan hanya sebatas formalitas dengan kegiatan upacara bendera tetapi bagaimana aksi nyata para pemuda di seluruh Indonesia untuk menguatkan kembali rasa nasionalisme dan semangat kebangsaan yang berlandaskan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan Bhineka Tunggal Ika dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Jangan jadi pemuda yang pragmatis dan tidak berpikir luas tentang bangsanya, jangan manja dengan situasi sekarang. Karena itu ayo pemuda Indonesia bangkitlah dan tunjukkan karya-karyamu demi kemajuan bangsa Indonesia,” ujar Radendra penuh semangat.
Diakhir acara, para peserta diskusi yang didominasi generasi muda menyatakan diri dalam sebuah Deklarasi Pemuda Bali.
“Bahwa sesungguhnya sumpah pemuda yang didengungkan oleh pemuda tanah air, 28 Oktober 1928 adalah embrio lahirnya Indonesia Merdeka. Tak terhitung berapa banyak darah, keringat dan air mata tumpah demi satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa, yakni: INDONESIA. Merupakan sebuah keniscayaan bagi generasi selanjutnya untuk mempertahankan apa-apa yang telah ditanam oleh para pahlawan bangsa”.
Dan oleh sebab itu, kami Pemuda Bali, menyatakan:
1. Kami Pemuda Bali menyatakan bahwa Pancasila adalah ideologi bangsa Indonesia;
2. Kami Pemuda Bali menyatakan bahwa Undang-undang Dasar (UUD) 1945 adalah dasar Negara Republik Indonesia;
3. Kami Pemuda Bali menyatakan bahwa Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan kami sebagai bangsa Indondesia;
4. Kami Pemuda Bali menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati bangsa Indonesia;
Denpasar, 28 Oktober 2019
Merdeka!
Merdeka!
Merdeka!