Penabali.com – Pandemi Covid-19 yang sudah berjalan tepat satu tahun memberikan guncangan yang cukup keras di hampir seluruh sektor sosial ekonomi, dimana Bali menjadi provinsi yang paling terdampak dengan angka pertumbuhan ekonomi tahun 2020 sebesar -9,31% (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho di acara peresmian Pasar Banyuasri, Buleleng, Selasa (30/03/2021), mengatakan untuk mempercepat penanganan Covid-19 berbagai upaya pemulihan tiada henti dilakukan bersama melalui berbagai gagasan. Dari aspek kesehatan, Pemerintah tengah berupaya mempercepat sekaligus memperluas cakupan vaksinasi Covid-19 kepada seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan dari aspek ekonomi, pada 26 Maret 2021, baru saja digelar “Investment Forum” yang dihadiri oleh para Menteri dan Duta Besar negara asal wisatawan terbesar di Bali untuk semakin meyakinkan bahwa Bali siap dibuka kembali dengan penerapan protokol tata kehidupan era baru yang ketat di seluruh sektor sosial ekonomi termasuk pasar.
Selama pandemi Covid-19, pasar sebagai jantung kegiatan ekonomi jual beli dimana keramaian manusia sulit terhindarkan pun terkena imbasnya. Dengan pembatasan sosial yang dilakukan dan meningkatnya urgensi faktor contactless, cleanliness, health, safety and environment sustainablity (CCHSE), masyarakat kini cenderung lebih berhati-hati dan beralih ke segala sesuatu serba tanpa kontak fisik/tatap muka.
Dari perubahan pola perilaku tersebut, digitalisasi menjadi salah satu cara terbaik untuk terus mendorong roda ekonomi di sektor perdagangan termasuk pasar-pasar tradisional agar tetap berputar.
“Konsep besar digitalisasi tersebutlah yang pada hari ini akan secara resmi kita terapkan di Pasar Banyuasri yang baru saja direvitalisasi menjadi pasar modern ini, meliputi implementasi e-retribusi, e-parking dan cara pembayaran nontunai berbasis QRIS oleh BPD Bali hingga pemanfaatan online platform dan fasilitas kurir daring bekerjasama dengan Gojek,” tutur Trisno.
Inovasi layanan-layanan ini semuanya mendukung social dan physical distancing karena memfasilitasi transaksi dengan tatap muka tanpa kontak fisik untuk pedagang dan transaksi tanpa tatap muka dengan QRIS TTM untuk pembeli, semua dapat dilakukan hanya menggunakan smartphone.
“Astungkara sebagai opsi pembayaran yang CeMuMuAH, dapat kami sampaikan bahwa akselerasi implementasi QRIS di wilayah Bali sangat cepat progresnya dan masuk kedalam peringkat 7 besar Nasional,” ungkap Trisno.
Ia kemudian memaparkan, per 26 Maret 2021, lebih 200.000 merchant di Bali telah merasakan manfaat menggunakan QRIS. Selain higienis dan mudah digunakan, dengan QRIS pedagang tidak perlu lagi menyiapkan uang kembalian dan bebas risiko pencurian maupun penemuan uang palsu.
Selain itu, setiap transaksi yang dilakukan akan otomatis tercatat dalam handphone pedagang sehingga mampu digunakan untuk pengajuan kredit usaha.
“Tak lupa, QRIS juga menguntungkan karena mengikuti perubahan jaman dan bebas biaya bagi usaha mikro,” ujarnya.
“Selamat dan apresiasi kami sampaikan kepada Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Buleleng serta BPD Bali yang telah menginisiasi diselenggarakannya kegiatan ini. Semoga akan mampu menstimulus geliat aktivitas ekonomi baik penjualan maupun konsumsi masyarakat menuju Bali Bangkit,” harap Trisno. (red)