SMASHED project dalam penyampaian pesannya menggunakan metode yang interaktif dan menyenangkan melalui pertunjukan teater serta kegiatan dialog dan workshop membuat poster. Para siswa akan dibawa ke narasi cerita yang akan menantang mereka untuk memikirkan ulang keputusan-keputusan yang dibuat para karakter tersebut termasuk konsekuensinya.
Selain itu, aktivitas workshop juga menjadi bagian penting dari pengalaman belajar. Setelah menonton pertunjukkan teater, workshop memberikan transisi dari pola pembelajaran didaktik menjadi pelibatan yang lebih interaktif.
“Jadi anak-anak disini dilatih belajar report tak hanya dengan narasi namun kita beri kesempatan kepada mereka media untuk kreativitas menyampaikan kesimpulan dari workshop itu dengan cara menggambar lalu dipresentasikan,” jelas koordinator tim pakar perkembangan anak atau fasilitator dari Program Studi Psikolog Universitas Udayana, Winda Febri Mustika, disela acara SMASHED Project, Selasa (20/8/2019), di SMPN 3 Denpasar.
Menurut Winda, pola pembelajaran seperti SMASHED Project ini lebih gampang dicerna oleh anak-anak sekolah karena mereka diajarkan langsung berinteraksi dengan teman, orang sekitar, maupun guru. Model pembelajaran semacam ini memberikan anak-anak ruang untuk lebih mengekspresikan kemampuannya dalam berinteraksi dan mengungkapkan sesuatu yang ada dipikirannya.
“Anak-anak lebih nyaman, mereka tak takut salah juga karena kita bebaskan mereka menyampaikan sesuatu. Tepatnya bebas berekspresi namun dalam koridor norma yang santun, beretika,” ujar Winda.
SMASHED Project memulai 3 hari program kreatif-edukatifnya di SMPN 3 Denpasar, Selasa (20/8/2019). Program ini membantu para siswa usia 12-15 tahun membangun ketrampilan hidup atau life skills dalam menghadapi persoalan remaja seperti perundungan (bullying), penyebaran berita palsu, dan bahaya minum minuman beralkohol dibawah umur.
SMASHED Project yang digelar lembaga pendidikan Collingwood dari Inggris yang bekerjasama dengan Dapoer Dongeng Noesantara, telah memulai program ini di Bali sejak 5 Agustus hingga awal September 2019 mendatang, dan akan menjangkau lebih dari 6.000 siswa di beberapa sekolah menengah pertama di Kota Denpasar dan Kabupaten Tabanan.
SMASHED Project berangkat dari latar belakang permasalahan remaja yang menghadapi beragam tantangan dan tuntutan untuk memiliki tanggung jawab yang semakin serius terkait dengan sikap dan pilihan hidupnya.
“Maka dari itu SMASHED Project hadir untuk memberikan sejumlah life skills praktis untuk menyelesaikan berbagai kebingungan, kecemasan dan konflik yang dihadapi agar remaja bisa terus tumbuh menjadi dewasa yang sehat lahir dan bathin,” jelas Produser-Kurator Program dari SMASHED Project, Yudhi Soerjoatmodjo, disela kegiatan.
Selain di SMPN 3 Denpasar, SMASHED Project juga telah menyasar SMPN 6 Denpasar tanggal 5-8 Agustus lalu dengan jumlah siswa 800 orang. Lalu di SMPN 10 Denpasar tanggal 9 dan 10 Agustus 2019 dibagi dua sesi per hari. SMPN 2 Kediri Tabanan tanggal 12 Agustus 2019. SMP Dharma Wiweka 20-22 Agustus 2019. Kemudian akan menyasar SMPN 3 Kediri Tabanan tanggal 24 Agustus 2019, SMP Ganesha tanggal 26-28 Agustus 2019. SMPN 1 Denpasar 30-31 Agustus 2019. Di bulan September, SMASHED Project kembali akan menuju SMPN 1 Kediri Tabanan tanggal 2-4 September 2019.
“Total ada sembilan sekolah dengan 33 sesi. Jumlah muridnya kurang lebih enam ribuan siswa,” tutup Winda. (red)