Berbekal Pelatihan dari Kementerian Perindustrian, Pande Gong “Tridatu” Desa Sawan Siap Go Nasional

Buleleng (Penabali.com) – Gong merupakan sebuah alat atau instrumen dalam sebuah barungan gamelan yang bentuk dari instrumen gong itu adalah bundar dan mempunyai titik di tengahnya sebagai pusat resonansi.

Instrumen gong adalah instrumen yang terdapat hampir di sebagian besar barungan gamelan yang ada di Bali, seperti pada barungan gamelan gong gede, gong kebyar, gong luang dan lain-lain. Instrumen gong ini di Bali biasanya lumrah sebagai pengiring acara agama serta tidak jarang dijadikan sebagai benda yang disakralkan dalam suatu Pura.

Bali banyak memiliki sosok pengerajin pembuat gong yang biasa disebut “Pande Gong”. Kali ini membahas pengerajin gong di Desa Sawan Kabupaten Buleleng yang karyanya sudah dikenal di lingkup Bali bahkan se-Indonesia. Produk gong yang diunggulkan tersebut dinamakan gong “Tridatu” yang tak seperti biasanya dan memiliki harga lebih murah dari gong berbahan perunggu yang lumrah digunakan, namun dengan kualitas yang dihasilkan sama persis. Hal tersebut disampaikan Nyoman Wira selaku Perbekel Desa Sawan saat ditemui di kediamannya, Minggu (19/6/2022).

Wira mengatakan di Desa Sawan ini pengerajin pande gong dan pande besi tersebut sudah sering diberikan pelatihan melalui Kementerian Perindustrian RI dengan perantara kelompok-kelompok binaan yang ada di Desa Sawan. Atas hal itu, banyak pengerajin ini mendapatkan pengetahuan baru mengenai perkembangan teknologi yang dapat mendukung efisiensi dalam menjalankan usaha.

Perbekel Desa Sawan, Nyoman Wira. (foto: ist.)

“Kita sedang gencar menawarkan hasil produk dari pengerajin yang kita miliki di desa ini, mulai dari desa-desa lain lingkup Kabupaten Buleleng, bahkan apabila ada yang sedang mencari kebutuhan gong dan perlengkapan olahan pande besi agar dapat berbelanja langsung ke Desa Sawan,” ucapnya.

Lanjut Wira menjelaskan berbagai upaya dilakukan agar pengerajin dari pande besi dan pande gong ini tetap berlanjut dengan mengikutsertakan anak dari pengerajin tersebut dalam pelatihan. Dengan mengikutsertakan kaum milenial harapannya usaha yang dijalani terus berkreatifitas menciptakan produk-produk melalui inovasi baru dan dapat menciptakan sistem kerja yang efisien. Tentunya dibarengi dengan dukungan perkembangan teknologi serta sarana dan prasarana memadai.

Bukan saja melalui pelatihan, dukungan dari pihak desa untuk kemajuan usaha kerajinan ini yaitu melalui dana Bumdes menyiapkan permodalan seperti pembelian mesin, sarana prasana, dan lain-lain. Meskipun dirasa dengan modal yang kecil namun dari pemerintah desa tetap berusaha penuh selalu memberikan dukungan demi keberlangsungan usaha yang merupakan unggulan di daerah ini.

“Kalau penjualan pengerajin sudah memiliki teknik pemasarannya sendiri, serta wilayah yang menjadi target pemasarannya masing-masing. Dan tidak main-main, usaha dari perangkat desa serta segala pihak yang mendukung guna mempublikasikan produk kerajinan ini membuahkan hasil hingga dapat menjual sampai Sumatera, Sulawesi, NTB, dan NTT. Produk yang dipasarkan pun meliputi alat pendukung pertanian, peralatan dapur, instrument gong, dan lain-lain,” jelas Wira. (rls)