Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati menerima rombongan budayawan dan seniman betawi dari Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) yang dipimpin ketuanya Becky Mardani, di kediaman Wagub, Puri Agung Saren, Ubud, Gianyar, Minggu (23/12). Bali terus menjadi barometer pengembangan dan pelestarian budaya. Keberhasilan Bali mempertahankan budayanya menjadikan sejumlah daerah lain di Indonesia termasuk Betawi ingin belajar ke Bali.
Dalam kesempatan itu, Wagub Bali yang lebih populer dipanggil Cok Ace, mengungkapkan jika kesenian dan kebudayaan sudah menyatu dengan masyarakat Bali sehingga hal itu menjadi modal utama menarik wisatawan ke Bali.
“Saya yakin Bali dan Betawi punya banyak kesamaan, yaitu budaya yang unik didukung oleh masyarakat yang kreatif jadi bisa menjadi modal menarik wisatawan,” jelasnya.
Wagub Cok Ace juga menyinggung tentang pentingnya cluster-cluster atau pemetaan wilayah sebagai objek wisata. “Jadi kita kembangkan potensi wisata di sini berdasarkan potensi masing-masing wilayah, sehingga daya tarik wisata bisa tersebar,” jelasnya.
Begitu juga dengan kebudayaan, Ia menganggap penting pendataan tentang kebudayaan di masing-masing daerah. “Dengan cara ini biasanya akan lebih mudah dalam hal pelestarian dan pengembangan,” cetusnya. Lebih jauh, Ia mengatakan setiap pengembangan budaya dan pariwisata, muaranya adalah kesejahteraan masyarakat. Sehingga Ia berharap dengan setiap usaha-usaha tersebut bisa menggerakkan perekonomian masyarakat.
Sebelumnya, Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), Becky Mardani mengungkapkan tujuan utama ke Bali memang untuk belajar melestarikan dan mengembangkan kesenian Betawi, karena dianggap Bali yang paling maju dalam hal tersebut. Ia menambahkan pada tahun 2015 sudah dibuatkan Perda yang mengatur hal tersebut, namun dirasa masih kurang sehingga mereka study banding lagi ke Bali.
Mengenai Lembaga Kebudayaan Betawi, merupakan sebuah organisasi non pemerintah yang mewadahi sekitar 76 seniman dan budayawan Betawi. “Kami merupakan mitra Pemprov DKI yang konsen tentang kebudayaan dan kesenian Betawi,” ucapnya. Ia juga mengatakan ke depan ingin pengembangan budaya tersebut bisa menarik wisatawan, sehingga DKI Jakarta bisa menjadi daya tarik wisata juga di bidang kebudayaan.
Sementara itu, Bendahara LKB yang juga pencipta desain tenun BaBe (Bali Betawi), Anna Mariana, mengatakan Betawi yang sebelumnya tidak memiliki tenun, kini bisa berbangga karena memiliki tenun khas. Selain tenun BaBe, saat ini juga sudah berkembang produk tenun tradisional dan songket Betawi. Berkat kreativitas Anna Mariana, produk-produkpengembangan inovasi baru untuk tenun-tenun tradisional. Seperti tenun Bali Magista (Bali Makasar Bugis Toraja) yang sudah di’launching’. Selanjutnya, Anna juga mempersiapkan desain tenun dan songket kolaborasi Bali Bandung yang diberi nama “Ba’dung Berkembang”. Tak hanya sampai di situ, Anna Mariana yang juga istri dari Tjokorda Ngurah Agung Kusumayudha ini, tengah mempersiapkan desain tenun dan songket dari berbagai daerah lain seperti Solo, Yogja hingga Papua.
Bagi Anna, budaya Wastra Tradisional Tenun dan Songket begitu penting agar sektor industri ekonomi kreatif bagi para pengrajin di seluruh daerah bisa terus berkembang lebih baik dan banyak. Anna sendiri fokus pada pengembangan, pembinaan kepada para pengrajin agar dapat meningkatkan kualitas produknya. Bila kualitas sudah dicapai maka secara otomatis kuantiti akan terus meningkat sesuai kebutuhan pasar baik dalam negeri maupun mancanegara. Berkembangnya Wastra Nusantara menurut Anna, juga akan dapat menjaga dan meningkatkan ketahanan industri sandang tradisional Indonesia.
Anna juga bercita -cita mengembangkan sentra-sentra dan kampung tenun di setiap daerah agar menjadi obyek yang bisa meningkatkan pariwisata dan pendapatan devisa bagi daerah-daerah di indonesia. Selain itu diharapkan juga dapat mendorong dan meningkatkan industri fashion dan mode di Indonesia sehingga mampu bersaing dengan industri fashion dan mode di dunia.
“Karena itu mari lestarikan dan kembangkan wastra nusantara”, ajak Anna. (red)