Blusukan ke Sentra Garam Tradisional, Wayan Sriarta: “Sudah 4 generasi, baru sekarang saya merasakan adanya perhatian dari Gubernur Bali”

Karangasem-Buleleng (Penabali.com) – Gubernur Bali, Wayan Koster, secara maraton meninjau sentra garam tradisional lokal Bali di Desa Tianyar, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem dan di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Senin (6/12/2021).

Dalam kunjungannya itu, Gubernur Koster didampingi Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa, Wakil Bupati Buleleng Nyoman Sutjidra, Kepala Badan Pendapatan Daerah Provinsi Bali I Made Santha, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Bali I Wayan Mardiana, dan Kelompok Ahli (Pokli) Gubernur Bali di Bidang Kelautan dan Perikanan, Ketut Sudiarta.

Kehadiran orang nomor satu di Pemprov Bali ini disambut antusias para petani garam di Desa Tianyar. Ni Made Sri Mariati selaku Ketua Kelompok Mina Karya Satu menjelaskan, petani garam di Tianyar sebagian besar ibu rumah tangga dan mereka terbagi menjadi 6 kelompok yang setiap kelompoknya terdapat 10 petani garam.

“Dalam proses produksinya, kami menggunakan teknik menjemur air laut yang sudah terkumpul pada lahan petakan tanah dan dibantu oleh prasarana plastik geomembran,” kata Sri Mariati.

“Dulunya kami menggunakan prasarana palung yang berbahan dari kayu kelapa, namun karena bahan palung ini rusak dan kami sebagai petani tidak ada uang untuk membelinya, ataupun mendapatkan bantuan dari pemerintahan, maka kami gunakan bahan plastik geomembran ini untuk memproduksi garam Tianyar,” tambahnya seraya mengungkapkan garam yang berhasil diproduksi menggunakan hitungan per minggu dengan jumlah sekitar 100 kilogram. Kalau cuaca mendukung, paling banyak bisa memproduksi garam sampai 250 kilogram.

Sementara itu, Nengah Kari yang juga merupakan petani garam di Desa Tianyar menyampaikan rasa bahagianya bisa dikunjungi dan diperhatikan oleh Gubernur Koster.

“Kedatangan Bapak Gubernur Bali akan menjadi harapan kami untuk melestarikan kembali produksi garam tradisional lokal Bali yang terdapat di sepanjang pesisir pantai Desa Tianyar sampai ke Tianyar Barat sepanjang 10 kilometer ini, sehingga kami tidak lagi tergantung pada tengkulak untuk menjual garam ini, namun ada harapan untuk bisa dijual ke pasar modern dengan bantuan pemerintah,” ungkapnya.

Petani garam di Desa Les, Tejakula, Buleleng, Wayan Sriarta, juga merasakan kebahagiaannya saat didatangi orang sekelas Gubernur Bali. Sriarta mengatakan sudah empat generasi di keluarganya menjadi petani garam, namun baru kali ini dirinya merasakan kehadiran Gubernur Bali untuk memberikan perhatian kepada petani garam tradisional lokal Bali di Desa Les.

“Merinding saya Pak Gubernur. Sudah 4 generasi, baru sekarang saya merasakan adanya perhatian dari Gubernur Bali. Semoga Pak Gubernur sehat selalu dan kunjungan Bapak Gubernur memberikan Kami semangat untuk berproduksi garam, apalagi akan dibantu prasarana produksinya berupa alat palungan,” ujarnya.

Sedangkan petani garam di Desa Les lainnya, seperti Ni Putu Somayanti, memanfaatkan pertemuannya dengan Gubernur Koster. Ia mengungkapkan garam tradisional lokal Bali asal Desa Les yang diproduksinya sempat dicoba dipasarkan ke Kota Denpasar, namun garamnya kalah saing dengan garam dari Jawa, karena harga garam Jawa dijual lebih murah dengan harga Rp.3,000.

“Sedangkan kami menjualnya per kilo Rp.10 ribu itu pun tanpa yodium dan memiliki citarasa yang khas. Sehingga yang beli garam kami saat ini hanya warga lokal dan dijual di pasar tradisional di wilayah Desa Les saja,” ujarnya.

Agar garam tradisional lokal Bali di Desa Les tidak kalah saing dari garam luar Bali, Somayanti memohon kepada Gubernur Koster agar memberikan bantuan pemberdayaan berupa cara memproduksi, memasarkan, hingga memberikan manfaat secara berkelanjutan untuk para petani.

“Saya mohon Bapak Gubernur Bali, Wayan Koster bisa membantu kami dan memberikan program pemberdayaan hingga membantu prasarana produksinya seperti palung,” ucapnya.

Mendengar sekaligus melihat kondisi sentra garam tradisional lokal Bali di Desa Tianyar, dan Desa Les, Gubernur Koster menjelaskan dihadapan para petani hingga stakeholder pemerintahan yang hadir, bahwa kehadirannya ke sentra garam ini untuk melihat langsung kondisi para petani, kondisi prasarana produksinya, kondisi usaha garamnya, dan masalah apa yang dihadapi selama ini.

“Saya lihat dan perlu kita kerjakan dari sekarang ialah menjaga wilayah pesisir pantai di Desa Tianyar dan di Desa Les agar tetap menjadi tempat produksi garam. Karena sekarang sudah ada Surat Edaran (SE) Gubernur Bali Nomor 17 Tahun 2021 tentang Pemanfaatan Produk Garam Tradisional Lokal Bali, yang memungkinkan produk garam tradisional lokal Bali masuk ke pasar modern, maka yang perlu kita siapkan untuk petani garam di Desa Tianyar dan di Desa Les ialah memfasilitasi Indikasi Geografis (IG) garam tradisional lokal Bali ini,” tuturnya.

Karena ijin Indikasi Geografisnya belum keluar, saya akan perintahkan Badan Riset dan Inovasi Daerah Provinsi Bali untuk segera memproses ijin tersebut, agar cepat terbit, tegas Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini seraya mengatakan akan memohon kepada petani garam agar kembali melakukan produksi garam secara tradisional, maka apa yang menjadi masalah di prasarana produksi seperti palung tersebut akan dibantu. Karena dengan menggunakan bahan palung ini, cita rasa garam tradisional lokal Bali akan terjaga dan makin banyak diminati masyarakat.

Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Bali dikatakan Koster, agar segera hadir ditengah-tengah petani garam untuk memberikan program pemberdayaan mulai dari membentuk koperasi yang pengurus dan anggotanya berasal dari para petani garam itu sendiri.

Tidak berhenti sampai disana, para petani garam yang tergabung dalam koperasi harus dibekali cara mengemas produk garamnya agar produk garam tradisional lokal Bali ini memiliki daya tarik kepada konsumen melalui desain kemasan yang bagus, meskipun garam tradisional lokal Bali sudah memiliki cita rasa yang berkualitas.

“Terakhir, saya akan minta Bapak Bupati/Wakil Bupati mulai memberikan penegasan kepada pasar modern di kabupaten/kota se-Bali agar menjual produk garam tradisional lokal Bali, sehingga disana baru petani merasakan manfaatnya,” jelasnya.

Sebagai penutup, dalam kunjungan tersebut Gubernur Koster memberikan bantuan beras kepada para petani garam di Desa Tianyar dan di Desa Les dengan harapan dapat meringankan beban ekonominya dan selalu diberikan kesehatan. (rls)