Categories Denpasar Event

Buka Peringatan Bulan Bung Karno III Provinsi Bali, Gubernur Koster Ajak Masyarakat Teladani Gagasan dan Cita-cita Bung Karno Menuju Indonesia Raya

Penabali.com – Gubernur Bali Wayan Koster membuka peringatan Bulan Bung Karno III Provinsi Bali, Selasa (01/06/2021) di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar.

Gubernur Koster menyampaikan, bahwa sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 18 Agustus 1945, Pancasila ditetapkan sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Sebuah ideologi dan landasan filosofis bangsa dan negara dalam menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia merdeka.

“Sebuah negara bangsa yang terdiri dari 300 suku bangsa, memiliki 700 bahasa, dan 17.000-an pulau. Tanpa adanya sebuah ideologi dasar dan landasan filosofis seperti Pancasila, tentunya akan sulit membayangkan bagaimana perjalanan bangsa kita ini untuk mencapai tujuan bernegara sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,” jelas Gubernur Koster.

Peringatan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni oleh Pemerintah Provinsi Bali sejak 2019 juga dirangkai dengan Perayaan Bulan Bung Karno Provinsi Bali. Karena pada bulan Juni, hal-hal fundamental dan sakral terjadi, dimulai dari tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila; 6 Juni Hari Lahir Bung Karno; dan 21 Juni Hari Wafat Proklamator Bung Karno.

Untuk mengenang, menghormati, dan memaknai hari-hari penting tersebut, Gubernur Bali telah menerbitkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 19 Tahun 2019 tentang Bulan Bung Karno di Provinsi Bali. Tahun ini merupakan penyelenggaraan Bulan Bung Karno yang ke-3.

“Perlu saya sampaikan bahwa dari 636 desa di Bali sebanyak 427 desa (67%) menyelenggarakan kegiatan Bulan Bung Karno,” kata Gubernur Koster didampingi Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Arta Ardhana Sukawati, Sekda Bali Dewa Made Indra, Ketua TP PKK dan Dekranasda Provinsi Bali Ny. Putri Koster, Ketua BKOW Bali Ny. Tjok. Putri Hariyani Sukawati, para bupati/wali kota se-Bali, Kapolda Bali, Bendesa Agung, beserta stakeholder maupun instansi terkait dan Forkompimda secara live streaming melalui youtube dari Gedung Ksirarnawa.

Selain sebagai wujud penghormatan dan bakti kepada Bung Karno, Bapak Pendiri Bangsa yang telah merumuskan dasar negara, penyelenggaraan Bulan Bung Karno di Provinsi Bali yang pelaksanaannya juga sampai ke kabupaten/kota, kecamatan, hingga desa/kelurahan memiliki tujuan mulia, yaitu pertama, mengarusutamakan Pancasila dalam kehidupan masyarakat Bali dalam berbangsa dan bernegara. Kedua, meningkatkan pemahaman masyarakat Bali tentang sejarah, filosofi dan nilai-nilai Pancasila. Ketiga, memperkokoh semangat kebangsaan dan inklusi sosial di tengah kontestasi nilai (ideologi) dan kepentingan yang mengarah kepada menguatnya kecenderungan politisasi identitas.

Keempat, membangkitkan dan memelihara memori kolektif masyarakat Bali tentang ketokohan dan keteladanan Ir. Soekarno sebagai penggali Pancasila dan Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia.

Kelima, memperkuat institusionalisasi nilai-nilai Pancasila, dan spirit perjuangan Bung Karno sesuai dengan kearifan lokal masyarakat Bali.

Bulan Bung Karno Provinsi Bali tahun 2021 mengusung tema, “Wana Kerthi: Taru Prana Bhuwana (pohon sebagai nafas bumi), yang sejalan dengan Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru. Yang artinya, menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya, untuk mewujudkan kehidupan krama Bali yang sejahtera dan bahagia sakala-niskala, menuju kehidupan krama dan gumi Bali sesuai dengan prinsip Tri Sakti Bung Karno; Berdaulat secara Politik, Berdikasi secara Ekonomi, dan Berkepribadian dalam Kebudayaan, melalui Pembangunan Secara Terpola, Menyeluruh, Terencana, Terarah, dan Terintegrasi dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasar Nilai-nilai Pancasila 1 Juni 1945.

“Tema ‘Wana Kerthi’ Taru Prana Bhuwana ini dapat menjadi wahana bagi penyebarluasan, internalisasi serta pelaksanaan Pancasila serta ajaran-ajaran Bung Karno secara nyata dalam upaya pelindungan dan pelestarian alam semesta. Sehingga politik green, politik yang pro-alam lestari, dengan pemanfaatan sepenuhnya energi terbarukan, energi ramah lingkungan, termasuk pola pembangunan yang senantiasa selaras dalam menjaga kesucian dan kelestarian hutan, keragaman hayati, serta ruang hijau, menjadi tekad dan ikrar ideologis bersama. Tidak boleh gentar, lemah, dan putus asa, betapapun tantangan dan godaan hadir untuk membelokkan cita-cita ini, Kita harus tetap tegak demi kelangsungan harmoni alam, manusia, dan kebudayaan Bali,” tegas gubernur kelahiran Desa Sembiran, Buleleng ini.

Tambahnya juga, bahwa alam, hutan, tetumbuhan, dengan segala kekayaan hayati tidak saja menjadi sumber kehidupan, kesejahteraan, dan pengobatan, tetapi juga sumber inspirasi untuk menata kehidupan sosial dan peradaban. Seperti Bung Karno melakukan perenungan dan merumuskan Pancasila sedari melihat, menatap, dan memasuki desa-desa di Indonesia, termasuk kala Bung Karno di pengungsian di Ende, Nusa Tenggara Timur.

Cerita Gubernur Koster, saat itu, Bung Karno merenung di bawah pohon sukun, dan melihat energi supranatural bekerjanya Tri Murti pada dedaunan, pohon, dan dahan Sukun. Begitulah harmoni tokoh besar bangsa ini dengan semesta raya. Energi yang dipancarkan oleh alam adalah energi kehidupan dan keindahan bagi manusia.

Karena itu, pilihan tema Wana Kerthi menjadi kontekstual dan selaras, terlebih pada situasi pandemi Covid-19, yang mana kembali ke alam, hutan, dan tetumbuhan sebagai sumber usadha-pengobatan.

“Bagaimana pun penghormatan paling utama kepada Bung Karno adalah dengan meneladani dan melaksanakan ide, pemikiran, gagasan, dan cita-citanya untuk Indonesia Raya. Saya berharap seluruh lapisan masyarakat Bali, terutama generasi muda mari dengan suka cita memikul tanggungjawab ideologis ini,” pungkasnya seraya memekikkan Merdeka, Merdeka, Merdeka!. (rls)