Categories Badung Figur Pendidikan

Buku “Prosa Gerilya Mengurai Kisah Ngurah Rai”, Interprestasi Milenial Tentang Cerita di Era Kolonial

Badung (Penabali.com) – Tepat pada Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78, Kamis (17/8/2023), The Apurva Kempinski Bali menjadi tempat diluncurkannya sebuah buku yang berjudul “Prosa Gerilya Mengurai Kisah Ngurah Rai”.

Buku yang ditulis seorang wartawan, Andre Syahreza, mengulas, mengupas, menceritakan perjalanan sejarah pahlawan nasional asal Desa Carangsari, Badung, I Gusti Ngurah Rai. Oleh penulis, buku ini mencoba mengurai kisah itu, kisah masa lalu Bali dalam perspektif masa kini. I Gusti Ngurah Rai ditempatkan sebagai figur sentral dalam buku setebal 206 halaman ini. Menurut Andre, sang penulis, buku ini bukan sebuah biografi, melainkan sebuah interprestasi milenial tentang cerita di era kolonial.

General Manager The Apurva Kempinski Bali, Vincent Guironnet, kepada awak media mengatakan lokasi peluncuran buku Prosa Gerilya Mengurai Kisah Ngurah Rai mengambil tempat di L’Atelier by Cyril Kongo, lantai tertinggi yang ada di The Apurva Kempinski Bali. Tempat ini sudah mengalami transformasi menjadi studio ekslusif dari Cyril Kongo yang merupakan internationally acclaimed graffiti artist bisa dilihat bagaimana sentuhan art & style dari Cyril Kongo sudah membawa dimensi baru dari tempat bernuansa al fresco ini.

Hal itulah yang menjadi alasan mengapa The Apurva Kempinski Bali menjadikan L’Atelier by Cyril Kongo sebagai salah satu venue dalam Powerful Indonesia Festival, sebuah festival yang diadakan Kempinski Bali untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78, salah satunya dengan peluncuran buku ini.

Foto: General Manager The Apurva Kempinski Bali, Vincent Guironnet (paling kanan), penulis buku Andre Syahreza (tengah) Frischa Aswarini (dua dari kanan), Dee Lestari (dua dari kiri).

Powerful Indonesia Festival dalam rangkaiannya akan menampilkan kekuatan Indonesia dari berbagai sisi seperti budaya, tradisi, peninggalan sejarah, seni, dan musik yang semuanya dikemas dalam berbagai pertunjukan yang berfokus pada kebersamaan dan kreatifitas.

“Powerful Indonesia adalah tentang Indonesia secara menyeluruh termasuk dalam peluncuran buku ini tentang sosok pahlawan I Gusti Ngurah Rai, beliau bukan hanya sosok pahlawan bagi Bali tapi adalah figur pemberani yang ikut merebut kemerdekaan,” ujar Vincent.

“Ini adalah momen tepat, 78 tahun kemerdekaan Indonesia kami luncurkan buku I Gusti Ngurah Rai,” sambung Vincent yang juga mengatakan mengetahui sosok I Gusti Ngurah Rai sebagai pahlawan nasional.

Andre Syahreza, adalah seorang wartawan yang pernah bekerja di media massa lokal di Bali, dan media nasional. Andre pernah meraih penghargaan Anugerah Pewarta Wisata Indonesia dari Kemenparekraf selama dua tahun berturut-turut. Andre juga pernah diundang oleh Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Carribbean Studies sebagai visiting scholar. Beberapa buku yang telah Ia tulis antara lain The Innocent Rebel: Sisi Aneh Orang Jakarta (2006), Black Interview (2008), dan City of Fiction (2010).

Andre mengatakan, menulis buku Prosa Gerilya Mengurai Kisah Ngurah Rai berawal spontanitasnya ketika melihat patung I Gusti Ngurah Rai. Mulai saat itu, Andre berpikir tentang seperti apa kisah hidup I Gusti Ngurah Rai sebagai orang Bali, sebagai tentara.

Foto: Penulis buku, Andre Syahreza (kiri) dan General Manager The Apurva Kempinski Bali, Vincent Guironnet.

“Jadi saya berusaha memanusiakan Ngurah Rai yang saya sering lihat patungnya, bagaimana ceritanya ketika beliau menjadi manusia seperti kita yang punya titik lemah. Jadi saya berusaha memandang dia bukan dari sudut pandang semata-mata pahlawan tapi sebagai orang Bali,” tutur Andre.

Andre juga mengungkapkan tantangannya selama menulis buku ini. Jika proses wawancara terutama dengan keluarga I Gusti Ngurah Rai bisa Ia lewati dengan mudah, tak begitu ketika Andre harus menyusuri desa-desa yang pernah dilewati dan disinggahi Ngurah Rai ketika bergerilya bersama pasukannya saat berperang melawan penjajah.

Salah satu tempat yang Andre singgahi adalah Tanah Aron di kaki Gunung Agung, Kabupaten Karangasem. Di tempat ini, Andre menemui beberapa saksi sejarah yang diakuinya tidak bisa diwawancarai karena sudah tua dan mengalami gangguan pendengaran.

“Kendala terbesar saya sebenarnya membuat konsep penulisan,” kata Andre, alumni Universitas Udayana ini.

Meski Ngurah Rai adalah pahlawan nasional namun beliau berasal dari Bali. Andre berharap, generasi muda Bali memahami sosok I Gusti Ngurah Rai tidak hanya sebagai pahlawan nasional namun juga orang asli Bali yang berani mempertaruhkan nyawanya untuk merebut kemerdekaan.

“Saya berharap dengan buku ini saya bisa menjadi semacam penyambung lidahnya (Ngurah Rai, red) antara cerita Ngurah Rai ke anak-anak jaman sekarang,” ujar Andre yang pernah mengenyam pendidikan SMA di Singaraja.

Selain mengundang keluarga I Gusti Ngurah Rai, acara peluncuran buku yang dilaksanakan secara hybrid ini, juga turut dihadiri panelis seorang perempuan berdarah Bali yang merupakan seorang penyair, presenter, dan penyiar, yaitu Frischa Aswarini, serta seorang penulis, penyanyi, dan penulis lagu yang telah dikenal tidak hanya di Indonesia melainkan juga secara internasional yakni Dee Lestari.

Foto: Dua cucu I Gusti Ngurah Rai, Gung Nanik (kiri) dan Gung Inda.

Salah satu cucu I Gusti Ngurah Rai, yakni I Gusti Ayu Agung Inda Trimafo Yudha mengaku awalnya tidak terkejut Andre Syahreza akan menulis buku tentang perjuangan kakeknya merebut kemerdekaan di jaman kolonial. Namun, perempuan yang akrab dipanggil Gung Inda ini, akhirnya mengaku kaget setelah mengetahui buku yang ditulis Andre berjudul Prosa Gerilya Mengurai Kisah Ngurah Rai itu, ditulis dan diceritakan sesuai gaya kekinian.

Menurut Gung Inda, buku ini sangat inovatif karena Andre menulisnya dari sudut dan angel yang berbeda. Mulai dari sudut masa lalu dan masa kekinian.

“Kalau kita nulis terlalu terkesan seperti buku sejarah kadang anak-anak kita itu tidak punya korelasi dengan hal tersebut, jadi walaupun bukunya ini kecil tapi yang diangkat inti-intinya aja baik itu filosofi Ngurah Rai bagaimana orang-orang terdekatnya, ini lebih humanis,” jelas Gung Inda.

Buku ini menurut perempuan pengusaha ini, mewakili keluarga I Gusti Ngurah Rai, Ia sangat mengapresiasi.

“Saya mengapresiasi upaya gerilya penulis menulis buku yang inovatif dan saya harap buku ini bisa dibaca oleh anak-anak sekarang,” ucap Gung Inda. (red)