Kemajuan teknologi informasi di era digital saat ini, tentu harus dimaksimalkan dan dimanfaatkan untuk kegiatan dan aktivitas positif.
Seperti yang dilakukan Calon Walikota dari Paket Amerta, Gede Ngurah Ambara Putra. Pria yang hobi kesenian ini benar-benar memanfaatkan era digital untuk melestarikan seni budaya Bali khususnya lewat mekakawin, mekidung, maupun menyanyi Bali lewat aplikasi “Zello”. Namun sejatinya, apa yang dilakukan Ngurah Ambara ini telah ia lakoni sejak beberapa tahun silam.
“Berangkat dari hobi saya mekekawin saya ajak beberapa orang bergabung, dan sampai sekarang anggotanya ribuan sampai ke luar Bali. Karena sekarang eranya digital, saya manfaatkan aplikasi sehingga teman-teman bisa tetap menuangkan jiwa berkeseniannya lewat zello,” terang Cawali Ngurah Ambara, di Denpasar.
Berangkat dari komitmen melestarikan kesenian dan budaya Bali itulah, Cawali Ngurah Ambara kemudian membentuk sebuah wadah yang disebut Paguyuban Dirgahayu Ambara Swari. Wadah ini sebagai media untuk memotivasi pembentukan sikap dan mempertahankan adat, seni, dan budaya Bali khususnya seni tetembangan, serta mengembangkan semangat dalam pengembangan kesenian tradisional Bali dan menambah kreativitas pecinta adat dan seni budaya dalam melaksanakan suatu pergelaran yang menarik.

Sebagai motivasi dan penyemangat melestarikan seni dan budaya Bali tersebut, Paguyuban Dirgahayu Ambara Swari rutin setiap tahun menggelar parade budaya. Pada tahun ini, pagelaran untuk parade budaya Sekar Alit dan Sekar Agung dilaksanakan pada hari Rabu (30/9/2020) dan Jumat (2/10/2020) dilaksanakan melalui Channel “Dirgahayu Ambara Swari 5” pada aplikasi zello.
“Adat dan kebudayaan menjadi roh dalam tatanan masyarakat bangsa Indonesia. Ini adalah salah satu contoh dimana kebudayaan itu terkikis mulai dari segi penampilan sehingga bergeser ke adat istiadat yang menjadi kebiasaan, sampai pada segi budaya tradisional. Budaya adalah roh kehidupan yang harus dijaga, ini adalah himbauan yang secara etimologis memiliki kekuatan spiritual yang perlu diberdayakan, maka secara terminologis kehidupan ini harus memiliki kebudayaan yang jelas bukan budaya campuran apalagi budaya cangkokan,” papar Cawali Ngurah Ambara.
Dalam tiap penyelenggaraan setiap tahun, parade budaya ini selalu dilakukan secara tatap muka. Namun ditengah pandemi covid-19 saat ini, hal itu tentu tidak dapat dilaksanakan. Selaku inisiator dan penggagas acara, Cawali Ngurah Ambara merancang kegiatan tahun ini dilakukan secara daring atau menggunakan aplikasi zello.
“Dalam kegiatan ditengah pandemi tentu prokes (protokol kesehatan) menjadi yang utama, maka akhirnya memakai salah satu aplikasi di HP android bernama “Zello”. Tentu dengan harapan agar mampu menjangkau ke pelosok yang tidak mampu terjangkau dari radio pancar ulang misalnya,” jelas Cawali Paket Amerta nomor urut 2 ini. (red)