Categories Denpasar

Cermati Haluan Pembangunan Bali 100 Tahun, Golkar Bali: Arah Pembangunan Berpegang Teguh pada Kearifan Lokal

Denpasar (Penabali.com) – Gubernur Koster telah menyusun konsep Bali masa depan sebagai haluan pembangunan Bali dengan arah dan strategi yang jelas, terukur, dan berdimensi jangka panjang sampai 100 tahun ke depan, demi kesucian dan keharmonisan alam, manusia, dan kebudayaan Bali, untuk kemuliaan generasi Bali masa depan sepanjang zaman.

Materi Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru, terdiri atas 4 (empat) bagian: Bali Tempo Dulu, Bali Masa Kini, Permasalahan dan Tantangan, dan Bali Masa Depan.

Menurut Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Bali, Dr. Nyoman Sugawa Korry, S.E., M.M., Ak.Ca., haluan pembangunan Bali untuk 100 tahun kedepan merupakan sebuah dimensi waktu yang sangat panjang. Dibutuhkan kecermatan analisis kondisi masa lalu dan kajian masa kini untuk kemudian disusun prediksi-prediksi yang menggunakan alat analisis yang secara ilmiah bisa dipertanggungjawabkan.

Sugawa Korry menjelaskan, ciri obyektif masa depan adalah ketidakpastian dan perubahan. Berdasarkan kajian akademik yang telah diketengahkan oleh para kelompok ahli, secara filosofis menggunakan dasar Sad Kerthi dan Tri Hita Karana.

“Kami berharap lebih dilengkapi dengan tujuan hidup masyarakat yaitu Catur Purusartha, karena yang ingin dicapai di masa depan adalah tercapainya kualitas peradaban, kualitas hidup, intelektualitas, kesejahteraan dan kebahagiaan manusia itu sendiri,” ujar Sugawa Korry di Denpasar, Kamis (22/6/2023).

Dari kajian masa lalu dan masa kini, apa yang disajikan cukup komprehensif, tetapi pada kajian di masa depan perlu kecermatan lebih jauh lagi. Sugawa Korry mengatakan, alat analisa yang digunakan untuk memprediksi adalah apa yang diyakini benar untuk saat ini, tetapi sebagaimana hakekat ilmu pengetahuan yang selalu berkembang, belum tentu dipandang masih relevan untuk masa yang akan datang.

Begitu pula implementasi Tri Hita Karana, dari sisi kajian hubungan manusia dengan Tuhan, dibutuhkan kecermatan untuk mengantisipasi perkembangan- perkembangan lingkungan strategis, seperti apa yang boleh dan tidak boleh di masa kini maupun di masa depan.

“Seperti misalnya, di masa lalu krematorium adalah hal yang ditabukan, tetapi saat ini dipandang relevan,” ucap Wakil Ketua DPRD Bali ini.

Untuk hubungan manusia dengan alam, lanjut Sugawa Korry, adalah bagaimana bisa memprediksi lingkungan alam yang wajib dipertahankan, sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dengan segala kompleksitas berbagai kebutuhannya, misalnya 100 tahun kedepan, relevansi mempertahankan 25% sampai 30% hutan lindung bisa dilaksanakan. Begitu juga hubungan manusia dengan manusia, sejalan dengan arah dan tujuan haluan ini, seperti upaya mencapai kesejahteraan dan kebahagian masyarakat, apakah kebijakan kondisi struktur ekonomi Bali yang didominasi sektor tersier masih layak dipertahankan, atau dibutuhkan arah keseimbangan baru struktur ekonomi Bali di masa depan.

Kemudian, sebagai haluan atau arah yang harus dituju di masa depan, pastilah akan selalu diperhadapkan dengan perubahan-perubahan lingkungan strategis, sehingga haluan ini harus disesuaikan sejalan perubahan lingkungan strategis tersebut dan sebagai bagian dari NKRI.

Sugawa Korry berharap, arah ataupun haluan ini selaras dengan kebijakan dan sistem perencanaan pembangunan nasional, dengan tetap memegang teguh hal-hal yang berbasis kearifan lokal di Bali. (rls)