(Penabali.com) – Dua tahun lebih berperang dengan Covid-19, akhirnya pemerintah melonggarkan izin kepada masyarakat untuk bisa melaksanakan mudik lebaran dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Hal ini dilakukan melihat kondisi kasus Covid-19 yang mulai mereda dan masyarakat yang telah terbiasa, teredukasi, dan beradaptasi.
Bagi masyarakat Indonesia, mudik lebaran adalah rutinitas penting yang harus dijaga untuk melepas rindu dan berkumpul dengan keluarga tercinta di hari raya. Budaya mudik ini sudah berlangsung sejak lama dari tahun ke tahun bahkan dari generasi ke generasi.
Gelombang besar mudik lebaran 2022 sudah dimulai sejak hari Jumat (29/4/2022). Pemudik berasal dari berbagai daerah yang terletak di seluruh penjuru Indonesia, tidak terkecuali Bali. Selain terkenal akan keindahan wisata alamnya, Bali juga merupakan tempat singgah para pendatang yang menuntut ilmu, para pencari rupiah, dan para pelancong. Begitupun sebaliknya, banyak dari penduduk asli Bali yang merantau keluar pulau menyempatkan kembali pulang ke kampung halamannya di Bali.
Dikutip dari Merdeka.com, menurut Wakil Ketua Bidang Budaya Lingkungan dan Humas Badan Pengurus Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Bali, I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya, mengatakan bahwa tingkat hunian sudah meningkat dari angka 30% mencapai 60%. Ia menjelaskan alasan kenaikan okupansi hotel di Bali yang pertama dikarenakan jumlah wisatawan domestik (wisdom) yang awalnya hanya 8.000 per hari lewat udara, kini telah mencapai 18.000 per hari. Kenaikan ini pun juga terjadi pada wisdom yang masuk melalui jalur darat hingga 15.000 per hari.
Seperti yang terpantau di Pelabuhan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Manajer Usaha ASDP Pelabuhan Gilimanuk Djumadi mengatakan bahwa jumlah kendaraan maupun penumpang yang menyeberang di Pelabuhan Gilimanuk mengalami peningkatan dibanding tahun 2021. Peningkatan kendaraan mencapai angka 235% dan penumpang sebanyak 418% dibandingkan tahun 2021.
Menariknya, menurut informasi yang diperoleh GlobalXtreme menyatakan bahwa trafik penggunaan Internet di Bali meningkat dibandingkan dengan trafik penggunaan pada tahun 2020 dan 2021. Hal ini seiring dengan dimulainya gelombang mudik hingga Lebaran serta libur tengah tahun tahun 2022 ini.
Dinilai dari penggunaannya, streaming merupakan pilihan yang paling banyak diminati terutama pada kanal Youtube, Netflix, Tiktok, dan game online. Sejalan dengan itu, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Muhammad Arif mengatakan trafik penggunaan Internet pada periode Ramadhan dan Lebaran memang selalu meningkat, sementara persentase kenaikannya akan beragam tergantung dari karakter pelanggan dari masing-masing penyedia layanan Internet. Arif juga menambahkan bahwa trafik kenaikan yang paling dirasakan berasal dari layanan streaming, hal ini terjadi karena semakin akrabnya masyarakat dengan layanan tersebut.
Meningkatnya trafik Internet di Bali, tidak lepas dari peran teknologi Internet Fiber Optik. Kabel Fiber Optik ini memiliki kecepatan akses tinggi, kemampuan transfer data yang lebih cepat, serta tidak terpengaruhi oleh gangguan elektromagnetik sehingga penggunaannya lebih stabil. Maka dari itu tidak heran apabila trafik penggunaan kabel Internet Fiber Optik meningkat.
Tim GlobalXtreme juga menemukan fakta menarik, dimana semakin meningkatnya penggunaan WiFi yang diiringi dengan potensi tinggi meningkatnya kualitas SDM di Bali. Berdasarkan data yang diperoleh dari Sloka Institute, Lembaga Pengembangan Media, Jurnalisme, dan Informasi, banyak pengguna Internet di Bali yang memiliki status pendidikan tinggi 69.8% lulusan Sarjana/Diploma, 20.7% lulusan SMA, 9.6% pada tingkat Master/Doktor, dan 2,6% SMP.
Selain itu, penggunaan sosial media yang lebih ke arah kritis dibanding narsis. 56.6% pengguna Facebook di Bali membahas tentang pemikiran atau komentar terhadap isu aktual. Sementara pengguna Twitter di Bali, 30% berkomentar terhadap isu aktual, dan 28,3% tentang pekerjaan atau sekolah.
Tim GlobalXtreme menilai bahwa berdasarkan pemaparan di atas menunjukan Bali memiliki potensi tinggi dalam pemanfaatan kemajuan teknologi. Berdasarkan catatan dari APJII, ada sekitar 3,4 juta orang atau 85% dari total populasi di Bali merupakan pengguna Internet aktif. Peningkatan ini menunjukan bahwa Internet memiliki peran penting dalam menunjang era new normal pasca pandemi Covid-19. Terlebih lagi daerah seperti Bali yang merupakan pusat wisata dan perantauan semakin memungkinkan terus meningkatnya trafik penggunaan Internet. (rls)