Jakarta (Penabali.com) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendorong masyarakat untuk bisa memahami resiko bencana yang ada dalam 4 prioritas aksi pengurangan bencana. Hal ini disebabkan karena sebagian besar wilayah di Indonesia rentan terhadap bencana.
Menurut Deputi Bidang dan Sistem BNPB, Raditya Jati, 4 prioritas aksi itu diantaranya, memahami resiko bencana, memperkuat tata kelola risiko bencana, melakukan investasi dalam pengurangan resiko bencana dan meningkatkan kesiapsiagaan bencana. Sebab, kejadian bencana yang semakin sering terjadi di Indonesia adalah dampak dari perubahan iklim atau hidrometeorologi.
“Penting membangun Climate Resilience secara bersama. Supaya bisa mewujudkan Indonesia yang tangguh bencana untuk pembangunan berkelanjutan. Termasuk beradaptasi dan memulihkan diri dari bencana dan perubahan iklim secara tepat waktu, efektif dan efisien,” jelas Raditya Jati dalam diskusi “Deklarasi Darurat Iklim: Satu Langkah Cegah Bencana” yang selenggarakan Change.org Indonesia, Rabu (8/12/2021).
Karena itu, salah satu cara yang bisa dilakukan saat ini adalah beradaptasi dan meningkatkan ketahanan. Sehingga dampaknya tidak menimbulkan banyak bencana.
Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menyatakan perubahan iklim ini adalah dampak dari aktivitas manusia yang cukup lama.
“Upaya apapun yang berkontribusi untuk penyadaran seluruh komponen masyarakat itu baik supaya kita dapat bergerak bersama. Terutama membangun kesadaran untuk generasi muda karena akan diwariskan ke generasi selanjutnya. Bahkan ke generasi yang saat ini belum lahir. Gimana kita bisa melanjutkan chronological empathy,” ujar Ardhasena Sopaheluwaka.
Penggagas Petisi #StopBencana, Melissa Kowara, menambahkan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat dan seluruh elemen penting untuk mewujudkan satu tujuan, Indonesia tanpa bencana. Untuk selamat dari krisis iklim, dan selamat dari bencana.
“Kalau kita tidak segera bergerak, krisis iklim ini akan semakin parah. Bencana akan datang bertubi-tubi pada saat yang bersamaan sehingga orang harus bermigrasi, kehilangan tempat tinggal, kelaparan massal. Dan krisis iklim ini adalah krisis sosial,” tandasnya. (rls)