Ekonomi Bali pada triwulan IV 2019 diprakirakan akan tetap tumbuh kuat dengan kisaran 5,10%-5,50% (yoy), ditopang oleh membaiknya kinerja konsumsi pemerintah, investasi dan kinerja ekspor luar negeri. Kondisi ini juga didukung oleh beberapa prompt leading indikator berupa peningkatan pertumbuhan jumlah kedatangan penumpang di Bandara Ngurah Rai, meningkatnya hasil survei konsumsi berupa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), perbaikan pertumbuhan jumlah kunjungan wisman dan peningkatan konsumsi listrik rumah tangga serta akselerasi kredit investasi.
Namun demikian bila dibandingkan dengan triwulan III 2019, pertumbuhan pada triwulan IV 2019 akan lebih rendah (melambat) karena disebabkan beberapa hal. Antara lain terbatasnya anggaran rumah tangga karena telah terserap untuk tahun ajaran baru dan liburan sekolah; musim kemarau yang berlangsung lebih kering dan lebih lama; berakhirnya masa panen perkebunan dan tabama sebagaimana triwulan sebelumnya; dan base effect masifnya pengerjaan konstruksi mendukung penyelenggaraan IMF-WB AM 2018.
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati saat acara pertemuan tahunan Bank Indonesia, di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Renon, Denpasar, Senin (16/12/2019) mengaku optimis pada tahun 2020, tingkat inflasi akan tetap terkendali meskipun tantangan dalam bidang ekonomi kedepannya semakin kompleks.
Wagub yang populer dipanggil Cok Ace ini menyampaikan berbagai langkah telah dilakukan pemerintah dalam upaya menjaga laju inflasi diantaranya membangun sistem distribusi dengan perbaikan infrastruktur jalan raya, pelabuhan serta pembangunan sarana penunjang lainnya. Tidak hanya itu, pemerintah juga terus meningkatkan sinergi dengan semua stakeholder dalam upaya menjaga laju inflasi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Bali.
“Di tahun 2019 ini pertumbuhan ekonomi Bali masih tetap kuat, dan di tahun 2020 diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dalam kisaran 5,70%-6,10%. Kedepan sinergitas, transformasi dan inovasi terus kita lakukan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,” imbuhnya.
Inflasi Bali pada triwulan I 2020 diperkirakan akan meningkat dibanding prakiraan triwulan sebelumnya, yaitu dalam kisaran 3%±1% (yoy). Hal ini disebabkan oleh rencana kenaikan cukai rokok sebesar 23%, sehingga beresiko mendorong peningkatan inflasi Bali secara signifikan. Sejalan dengan itu, resiko meningkatnya frekuensi hujan, dapat menahan produksi komoditas bumbu-bumbuan sehingga akan berdampak terhadap terjadinya peningkatan inflasi pada triwulan I 2020. Meskipun terdapat resiko kenaikan inflasi, namun melalui koordinasi dan kerjasama dengan TPID, tingkat inflasi Bali pada triwulan I 2020 diperkirakan dapat tetap terkendali.
Secara keseluruhan, inflasi Bali tahun 2020 diperkirakan akan meningkat dibanding 2019 dan diperkirakan berada dalam kisaran 3%±1% (yoy), berada dibawah nilai tengah range tersebut. Perkiraan inflasi tahun 2020, juga berada dalam rentang sasaran inflasi Nasional sebesar 3%±1%(yoy), sebagaimana tercantum dalam PMK No.93/PMK.011/2014 tentang Sasaran Inflasi.
Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan di tahun 2019 kesejahteraan di Provinsi Bali sangat baik dimana hal ini tercermin dari tingkat kemiskinan merupakan yang terendah kedua secara nasional (setelah DKI Jakarta) dan berada di bawah nasional yang sebesar 9,41%. Sementara, tingkat pengangguran di Bali merupakan yang terendah di Indonesia dan berada di bawah pengangguran nasional yang sebesar 5,28%. Di tahun 2020, sinergi dan kerjasama baik itu sinergi dalam pengendalian inflasi, sinergi untuk mendukung UMKM terus ditingkatkan dalam upaya mendorong peningkatan kinerja ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Bali. (red)