Buleleng (Penabali.com) – Ketika mendengar nama Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt, sebagian besar masyarakat di Kabupaten Buleleng umumnya mengenal desa itu sebagai sumber ternak kerbau atau kebo dalam bahasa Bali. Bagaimana tidak, Desa Lokapaksa sedari dulu telah menjadi pusat peternakan kerbau, pemotongan sekaligus olahan pangan menjadi berbagai jenis kuliner kerbau.
Potensi kedua, Desa Lokapaksa juga terkenal akan potensi perkebunan anggurnya yang sempat menjadi ikonik desa setelah kerbau. Hasil perkebunan anggur petani di desa itu sangat melimpah begitu juga kualitas buahnya yang manis, sehingga mampu menembus pasar yang luas di seluruh Bali bahkan ke luar Bali.
Kini, Pemerintah Desa Lokapaksa berencana mengembangkan dan menjadikan salah satu potensi di bidang pertanian sebagai ikonik baru yang mampu bersaing di pasaran. Budidaya Kelor kini tengah dikembangkan di Desa Lokapaksa pada lahan yang cukup luas di dua banjar.
Perbekel Desa Lokapaksa, Putu Dodik Tryana, ketika dijumpai di kantornya, Kamis (15/9/2022), mengakui bahwa Kelompok Tani Tri Hita Karana Desa Lokapaksa mulai membudidayakan pohon kelor sebagai komoditi unggulan peningkatan perekonomian masyarakat. Dodik menerangkan, budidaya kelor di desanya berkembang sangat baik. Hal itu disebabkan karena telah memiliki kelompok dan koperasi.
“Di desa kami memang banyak komoditi pertanian yang bagus, ada alpokat dan juga porang. Namun saat ini kelor menjadi pilihan komoditi unggulan dan juga sudah ada kelompok tani dan koperasinya, namanya Tri Hita Karana,” terang Dodik.
Perbekel yang baru menjabat itu menerangkan, semenjak melakukan kolaborasi dengan Unversitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja beberapa waktu lalu, hasil pertanian kelor di desanya sangat mengejutkan. Selain pohon tumbuh dengan subur beserta daun yang cukup besar dari biasanya, ukuran buahnya pun tidak seperti buah kelor kebanyakan. Setiap buah kelor yang dipanen memiliki panjang hingga 1 meter.

“Kelor ini ada potensi yang buahnya sangat besar sekitar 1 meter lebih. Biasanya kan 30 cm, tapi disini bisa 1 meteran lebih,” ujarnya dengan bangga.
Dodik mengatakan, hingga saat ini budidaya kelor sudah dilakukan pada dua lahan yang cukup luas di 2 banjar, yakni Banjar Dinas Bukit Sakti dengan luasan lahan 3 hektar dan di Banjar Dinas Kembang Sari dengan areal yang lebih luas lagi.
Guna memaksimalkan pembudiyaan kelor, Dodik menyatakan telah melakukan kerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Undiksha Singaraja terkait bantuan bibit kelor dan juga pompa hidran, sehingga lahan di dua banjar itu dapat maksimal ditanami kelor.
Hingga kini, hasil olahan kelor sudah dipasarkan oleh Koperasi Tri Hita Karana Desa Lokapaksa kendatipun pasarnya belum luas. Namun demikian, secara bertahap Dodik yakin produk olahan kelor Lokapaksa mampu bersaing dan menjadi ikonik desa. Hal ini juga selaras dengan program Pemdes “One Product One Village”.
“Kami berharap peran serta masyarakat untuk mendukung budidaya dan olahan pangan kelor yang sedang dikembangkan ini. Bantu dan bersemangat sareng sami, sehingga bisa menjadi produk unggulan di desa kita,” pintanya.
Ditambahkan, hasil olahan kelor Kelompok Tani Tri Hita Karana sudah dalam kemasan dan dijamin higienis, yakni teh kelor dan tepung kelor yang tentunya mengandung nutrisi yang baik bagi kesehatan tubuh. (rls)