Paket pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Badung, I Gusti Ngurah Agung Diatmika dan Wayan Muntra, awalnya diusung Partai Golkar, Partai Nasdem, dan Partai Gerindra, di Pilkada Badung 2020.
Namun di injury time, paket yang sangat diharapkan masyarakat Badung akan melakukan perubahan pembangunan, justru tidak jadi maju karena Partai Golkar “berbalik arah” merapat ke PDI Perjuangan dan mendukung serta mengusung paslon petahana, Nyoman Giri Prasta-Ketut Suiasa (Paket Giriasa).
Terkait hal ini, Agung Diatmika menulis surat pernyataannya dan mempublikasikannya kepada awak media, di Warung Mina Dalung, Rabu (02/09/2020). Di kesempatan ini pula, Agung Diatmika didampingi Wayan Muntra, Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Badung Diesel Astawa bersama jajaran, serta relawan Diatmika-Muntra.
Berikut isi surat yang ditulis langsung I Gusti Ngurah Agung Diatmika.
“Terima kasih sebanyak-banyaknya atas kepedulian dan bantuan rekan-rekan dan semua pihak. Ada relawan, tokoh masyarakat, para pemuka agama, kalangan milenial, dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebut satu per satu atas dorongan moralnya untuk mengarungi tahapan Pilkada Badung. Tanpa dorongan itu, niscaya saya tidak akan memiliki cukup keberanian terjun ke politik praktis yang penuh tantangan dan misteri seperti Pilkada Badung ini.
Sebelum menginjak kepada pernyataan sikap saya atas dinamika politik yang terjadi saat ini terkait diri saya, izinkan saya menceritakan sedikit bagaimana proses sampai saya berada di titik ini, dan sampai bisa bertemu dengan rekan-rekan media sekalian.
Sampai sekarang saya masih ingat, bagaimana keterkejutan saya saat dilamar menjadi Bakal Calon Bupati Badung oleh Koalisi Rakyat Badung Bangkit (KRBB) pada bulan Juli 2020 lalu. Perlu perenungan cukup lama sebelum saya menyatakan kesanggupan untuk diusulkan oleh KRBB. Sebab, selain tidak punya pengalaman berpolitik praktis, saya juga perlu merenungkan, apakah kehadiran saya akan membawa manfaat bagi orang banyak
Selama ini dalam menjalani profesi maupun aktivitas sosial, saya selalu berusaha di jalan yang lurus. Selalu berjalan seiring dan sepenanggungan dengan kawan yang bersama-sama berjuang. Bahkan kepada pihak yang berseberangan pun, saya selalu menjalin hubungan baik dimana perbedaan demi perbedaan adalah sesuatu yang indah untuk diharmoniskan.
Karena itu dalam proses politik, saya berusaha mencari kawan yang mau dan ikhlas mengulurkan tangan dalam perjuangan yang jelas butuh pengorbanan, sekurang-kurangnya pengorbanan waktu. Satu hal yang saya syukuri, sampai kini saya mendapat banyak kenalan baru. Selain memberi hatinya, mereka juga menitipkan aspirasi agar saya berani melakukan perubahan menuju ke titik lebih baik lagi daripada situasi yang sudah baik saat ini di Kabupaten Badung.
Hal itu semua kian menguatkan tekad saya bahwa saya sudah berada di jalan yang benar untuk mengabdi secara lebih luas untuk masyarakat Badung. Proses dan mekanisme untuk diusung sebagai bakal calon Kepala Daerah Badung sudah saya jalankan bersama Pak Wayan Muntra. Mulai dari tahapan di koalisi hingga masing-masing internal partai. Partai Nasdem bahkan sudah menyelesaikan rangkaian proses itu dengan adanya rekomendasi dari DPP Partai termasuk Gerindra yang tetap pada idealisme dan komitmennya.
Namun seperti kita lihat bersama, hasil akhirnya tidak memihak kepada kami. Partai Golkar sebagai pihak yang sebelumnya paling bersemangat mengajukan kami sebagai pasangan calon, ketika menjelang kompetisi dimulai justru berbalik badan meninggalkan kami.
Untuk diketahui, persoalan terbesar bukanlah karena kami tidak jadi mengikuti pilkada, bukan itu sama sekali. Namun kami merenungkan, mengapa kami sampai gagal memperjuangkan banyaknya aspirasi masyarakat Badung yang dititipkan ke kami. Kami sadar masyarakat yang mendatangi dan kami datangi pasti kecewa saat ini disitu pula letak kekecewaan terbesar kami sebagai pihak yang diamanahkan menghadirkan perubahan.
Jika ada rekan-rekan yang bertanya apakah saya menyesal sekarang? Munafik bila saya menjawab tidak. Tetapi, bagi saya tak kurang banyak hal positif yang saya peroleh dari perjalanan sejak sebulan terakhir ini. Pergaulan yang lebih luas, bertemu orang baru, dan masih banyak lagi.
Satu keberuntungan terbesar adalah sampai dengan detik akhir rekomendasi Golkar dikeluarkan, para pendukung masih setia bersama saya. Isu Golkar akan meninggalkan Diatmika-Muntra tidak menggoyahkan semangat mereka untuk terus berjuang dan menolak menyerah. Merekalah pihak-pihak yang kebaikannya tidak mungkin bisa saya balas.
Banyak hikmah dari semua ini. Kata seorang teman saya, pada saat kita sukses maka teman kita tahu siapa kita. Namun saat kita susah, kita tahu siapa teman kita. Untuk diketahui dan dicatat, langkah saya untuk berbuat dan mengabdi di masyarakat sama sekali tidak terhenti karena kenyataan saat ini. Sebab, saya tanpa berpolitik pun tetap menjadi bagian dari masyarakat. Saya dilirik oleh partai karena keberadaan saya ditengah masyarakat. Saya adalah milik masyarakat.
Saya sejujurnya tidak suka keadaan ini, tapi saya wajib berjiwa besar untuk menerima. Sikap ini merupakan tindakan yang merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai warga Badung, dan saya mohon kepada semua pihak yang mendorong dan bersimpati kepada kami agar turut berjiwa besar.
Kepada Partai Nasdem dan Gerindra yang sudah memberi rekomendasi ke kami, saya menghaturkan terima kasih tak terhingga. Meski saya orang baru di kancah politik, rekan-rekan di Nasdem dan Gerindra sedikit pun tak ada ragu bahwa saya mampu diberi amanah untuk berkompetisi di pilkada. Kepada sahabat di Gerindra Badung, saya mengucapkan ribuan terima kasih atas dorongan moral yang tidak lelah dipompakan bahkan setelah saya terbukti tidak ada kesempatan menjadi calon kepala daerah. Kami justru berutang budi kepada Nasdem dan Gerindra, karena belum mampu menunaikan komitmen kami untuk menghadirkan perubahan di Badung.
Kekuasaan bukanlah tujuan bagi kami, kekuasaan adalah alat untuk menggapai tujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Badung, yang berkeadilan sosial.
Khusus kepada relawan dan semua pihak yang tidak kenal lelah mendorong dan menuntun saya, rasanya hanya Tuhan yang mampu membalas kebaikan dan ketulusan hati rekan-rekan semua. Saya percaya, persahabatan dan persaudaraan pada hari ini tidak akan putus meski kita tidak lagi dalam satu bahtera bernama pilkada. Sekian yang dapat saya sampaikan, terima kasih atas perhatiannya. (red)