Buleleng (Penabali.com) – Perkebunan kopi di Kabupaten Buleleng memiliki potensi yang sangat besar di pasar nasional maupun internasional. Guna memaksimalkannya, industri hulu ke hilir perlu dibangun secara terintegrasi.
Untuk itu, Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI) disupervisi Komisi IV DPR RI mengadakan Bimbingan Teknis (Bimtek) Budidaya dan Pasca Panen Kopi 2021. Kegiatan yang dibuka Anggota Komisi IV DPR RI, I Made Urip itu, berlangsung di Bali Taman Beach Resort and Spa Lovina pada Rabu (13/10/2021).
Bimtek yang diikuti 70 orang peserta itu juga turut dihadiri Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna, dan Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Lanang Aryawan.
Melalui sambutan pembukanya, I Made Urip mengatakan potensi perkebunan kopi di Kabupaten Buleleng sangatlah besar sehingga harus dikembangkan.
“Potensi ini harus kita angkat bersama,” imbuhnya.
Lanjutnya, baik kopi asal Buleleng maupun Bali pada umumnya telah memiliki reputasi yang bagus di pasar nasional maupun internasional. Maka dari itu, Urip berpesan melalui Bimtek ini dirinya berharap para petani dapat mengikutinya dengan baik untuk mendapatkan ilmu meningkatkan daya jual produk, terutama dengan proses produksi pasca panen.
“Saya berharap bapak ibu yang mengikuti Bimtek, bisa mengikuti dengan tekun Bimtek ini, karena ini banyak sekali manfaatnya,” tandasnya.
Sementara itu, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengungkapkan pertanian kopi perlu ditingkatkan nilai jualnya agar dapat menjadi primadona di sektor perkebunan.
Proses produksi pasca panen menurut Bupati yang akrab disapa PAS itu, sangat perlu dikembangkan agar produk olahan kopi semakin banyak sehingga daya jualnya semakin tinggi di pasaran.
Maka dari itu, pihaknya selalu berupaya untuk membantu para petani dalam mewujudkan proses produksi pasca panen agar semaksimal mungkin.
“Kalau bisa kita pasca panen berikutnya akan dicarikan bantuan untuk pengolahannya, ini penting buat kita semua untuk meningkatkan harga, biar petani punya kredibilitas untuk menjual dan membuat jenis rasa, dan lain sebagainya,” pungkasnya. (rls)