Categories Nasional Pariwisata

Dua Langkah Kemenparekraf Tingkatkan Indeks Pariwisata Indonesia

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menginisiasi gerakan BISA (Bersih, Indah, Sehat, Aman) dan Gerakan Pakai Masker (GPM). Kedua gerakan ini diluncurkan untuk mengakselerasi pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Deputi Kebijakan Strategis Kemenparekraf/Baparekraf, Kurleni Ukar mengajak pemangku kepentingan yang hadir untuk bersama-sama mengendalikan penularan covid-19.

Pada saat yang sama, ia meminta kepada stakeholder pariwisata untuk membangun destinasi wisatanya sesuai standar protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah. Pengelola destinasi, pemangku kepentingan dan masyarakat diharapkan selalu menjalankan 3M yakni menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan sebagai kebiasaan baru dan wajib dijalankan.

Dengan begitu, wisatawan akan merasa aman dan terlindungi ketika melakukan perjalanan wisata ke suatu destinasi.

“Health and hygiene serta safety and security merupakan dua faktor penilaian dalam Travel and Tourism Competitiveness Index akan menjadi prioritas utama bagi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Penerapan protokol kesehatan tak hanya untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19, namun harus terus digalakkan oleh stakeholder pariwisata, sehingga sektor pariwisata dapat tetap produktif dan aman,” harapnya.

Masih berdasarkan Travel and Tourism Competitiveness Index, kata Kurleni Ukar, daya saing pariwisata Indonesia berada pada posisi 102 dari 104 negara. Melalui kegiatan ini, Kurleni Ukar berharap dapat membangkitkan nilai indeks pariwisata Indonesia.

“Kita ingin membangkitkan kembali pariwisata dan ekonomi kreatif. Diharapkan penerapan protokol kesehatan secara disiplin dengan penuh kesadaran serta kesiapan destinasi di era new normal dapat meningkatkan kualitas daya saing pariwisata Indonesia dan mengembalikan kepercayaan wisatawan sehingga dapat menghidupkan kembali sektor pariwisata,” tambahnya.

Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Budaya Kabupaten Probolinggo Sugeng Wiyanto mengucapkan terima kasih gerakan BISA dan Gerakan Pakai Masker diselenggarkan di Bromo Tengger Semeru.

“Melalui gerakan ini kami optimistis akan membangkitkan kembali industri pariwisata dan menciptakan kepercayaan kepada wisatawan domestik dan mancanegara kalau wisata kita aman dan mematuhi protokol kesehatan,” ucapnya.

Ketua Gerakan Pakai Masker, Sigit Pramono menjelaskan, dari hasil riset sebuah lembaga internasional, Indonesia berada pada peringkat 97 dari 100 negara yang aman dari Covid-19.

“Posisi kita di atas Bahama, Laos dan Kamboja. Negara pesaing di sekitar kita umumnya masuk di 20 besar. Kalau persepsi dan citra ini terus dibangun, maka tidak ada wisatawan datang ke negara kita. Kita harus ubah persepsi ini. Kita pasti bisa. Caranya tentu saja melalui Gerakan Pakai Masker dan Gerakan BISA agar wisatawan domestik dan mancanegara melihat bahwa Indonesia siap menjalankan protokol kesehatan pada destinasi wisatanya. Itu menjadi jaminan keselamatan mereka terhindar dari Covid-19,” imbuh Sigit.

Menurutnya, saat ini kita sedang diibaratkan sedang berperang. Bukan menggunakan senjata api, namun alat peperangan kita sangat sederhana, yakni masker.

“Masker menjadi pelindung kita agar tercipta rasa aman, agar wisatawan datang ke destinasi wisata kita. Masker menjadi andalan dunia wisata kita,” paparnya.

Dalam kurun waktu tiga bulan, Sigit menerangkan jika organisasinya telah melakukan kampanye dan penyuluhan di lebih dari 1.200 pasar di seluruh Indonesia dan menjangkau 7 juta lebih pedagang.

“Juga kami menjangkau 50 pesantren yang mencakup 54 ribu santri dan 1.000 lebih guru. Daerah dan kawasan yang menjadi pusat kerumunan juga kami sasar, di antaranya adalah destinasi wisata,” ujarnya.

Masker, Sigit melanjutkan, dapat mengurangi risiko penularan Covid-19 sekitar 70-75 persen. Atas dasar hal itu, untuk menciptakan rasa aman penggunaan masker merupakan hal mutlak yang tak boleh diabaikan. Maka dari itu, ia menekankan pentingnya para pelaku pariwisata untuk mematuhi protokol kesehatan sebagaimana ditetapkan pemerintah.

“Pelaku wisata harus mematuhi protokol pencegahan Covid-19. Kalau hal itu dipatuhi, dengan sendirinya turis akan datang, karena mereka merasa aman dan nyaman. Fasilitas pendukung juga harus memberikan kepercayaan kepada turis untuk disiplin. Tegurlah dengan baik wisatawan yang tidak memakai masker,” imbuhnya.

Pada kesempatan itu juga diperagakan penggunaan masker yang baik dan benar oleh mantan Puteri Pariwisata 2016, Lois Melly Tangel. Menurut Lois, adaptasi kebiasaan baru bukn hanya terjadi pada industri pariwisata, tetapi juga sektor lainnya.

“Gerakan Pakai Masker kebutuhan kita semua. Vaksin Corona ada di diri kita sendiri yaitu disiplin menjalankan 3 M yakni memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Ini vaksin yng bisa kita pakai sambil menunggu vaksin ilmiah yang masih dalam proses penelitian,” tuturnya.

Menurutnya, penggunaan masker tak hanya untuk melindungi diri kita saja, tetapi juga lingkungan sekitar.

“Memakai masker juga membantu pariwisata kita untuk bangkit lagi,” katanya.

Cara menggunakan masker yang benar, kata Lois, pertama-tama diharuskan mencuci tangan sebelum menggunakannya. Lalu, kata dia, sebelum digunakan kita harus meneliti terlebih dahulu masker kita, apakah masih layak digunakan atau tidak.

“Setelah itu tempelkan di wajah dan kenakan pengaitnya di telinga kita. Sangat dianjurkan tidak menyentuh bagian depan masker sebagai filter debu dan virus di mulut dan hidung kita,” jelasnya.

Jika ingin menaikkan posisi masker, Lois menyebut kita harus memegang bagian ujung dan bawah masker yang terletak di hidung dan dagu kita.

“Kalau mau melepas masker untuk makan misalnya, lepaskan pengait di telinga dan jangan taruh masker di atas meja. Bungkus masker ke dalam plastik atau tisu. Jangan kenakan masker di bawah hidung atau di bawah dagu. Banyak yang terkontaminasi virus karena salah menggunakan masker. Ingat, mereka yang kuat dan hebat adalah yang berhasil beradaptasi dengan kebiasaan baru,” tambah Lois.

Di Jawa Timur, Gerakan BISA dan GPM digelar di tiga kabupaten secara serentak yakni di Kabupaten Banyuwangi, Malang dan Probolinggo pada 5-6 September 2020.

Di Malang, kegiatan berlangsung di Taman Wisata Air Wendit. Di Probolinggo kegiatan dipusatkan di Puncak Seruni Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Sedangkan di Banyuwangi Pantai Pulau Santen dipilih menjadi lokasi pamungkas Gerakan BISA dan GPM yang turut dihadiri Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Ketua Umum Gerakan Pakai Masker Sigit Pramono, serta Grace Hananta dari Komunitas GPM yang akan memberikan penyuluhan pemakaian masker.

Pada gerakan BISA dan GPM di Jawa Timur, Kementerian Pariwista dan Ekonomi Kreatif mendedikasikan papan informasi Covid-19, wastafel dilengkapi signage petunjuk cuci tangan, thermogun di titik-titik masuk destinasi wisata, mesin penyemprot disinfektan serta alat pendukung kebersihan dan keindahan seperti sapu, kuas, cat dan lainnya. (red)